Abdi Christ dan kawan2 yb,
Kalau sudah bisa dituliskan dalam bentuk laporan atau berita , boleh juga
kami turut menyiarkan berita ini di Indonesia  Media. akhir December ini
mungkin kita bisa ketemu di Jakarta untuk interview singkat dan pengambilan
gambarnya. Apakah itu mungkin. Yang pasti saya akan ketemu Pak David Kwa di
kawasan Bogor.
salam,
Dr.Irawan.

2009/12/2 save_mynit <save_my...@yahoo.com>

>
>
> Selamat malam teman2
>
> Barusan saya ngobrol lagi, dan saya bilang cerita dia telah saya tulis di
> milis. Dia bilang its OK, dia malah tertarik untuk meluruskan sejarah. Yang
> sementara katanya, di generasi2 yang lalu banyak kalangan Cina tidak tahu
> bahwa Guang xu mati diracun. Tetapi belakangan ini ada orang Barat yang
> melakukan penyelidikan dan mengemukakan kembali.
>
> Ketika saya tanya bukti:
>
> 1. semua stempel kerajaan baik yang punya Puyi sudah hilang. Punya Guang xu
> sendiri sudah patah.
>
> 2. Tetapi, ada rule yang menyatakan bahwa ketiadaan stempel tersebut bisa
> tetap sah, bila ada cincin (cincin ludah)
>
> 3. Dia memiliki cincin tersebut karena diwariskan
>
> 4. Dia memiliki mahkota empress dan selir (mahkota dengan bulu merak yang
> ada mutiara-nya) asli.
>
> 5. Lukisan Kian Long ada di rumahnya
>
> 6. Ada sebuah buku harian yang ditulis oleh nenek teman saya ini: Nenek
> teman saya ini tidak lain adalah putri sulung Guang xu dari selir yang
> paling dia sayang: Selir bermarga Chen.
>
> 7. buku harian tersebut ditulis dalam bahasa indonesia terjemahan lama, dan
> saya telah diberi izin untuk menyalinnya ke dalam milis.
>
> 8. isi buku tersebut adalah kejadian sebenarnya seputar Guang Xu.
>
> 9. Si Nenek tidak bertujuan untuk mengembalikan kekuasaan, tetapi dia ingin
> keadilan dan teman saya ini senang bila bisa mengutarakan kembali sejarah
> sesuai dengan kebenaran.
>
> 10. 6 dari 8 anak GUang Xu dari selir Chen mati di bunuh di daratan
> Tiongkok.
>
> 11. 2 dari 8 anak selir Chen berhasil masuk Indonesia. Yang paling bungsu,
> mati di Sunda KElapa karena kelelahan dan trauma. Yang sulung sudah saya
> ceritakan di atas.
>
> 12. Koreksi, nama marga teman saya bukan "Huang" karena "Huang" artinya
> kuning. Dia menjabarkan sebagai berikut, ada 5 marga Huang yang punya bunyi
> sama tetapi berbeda:
>
> - Wang (Wang 3 garis) --> semua orang mongol memakai nama marga ini
> - Wong & Huang yg artinya kuning
> - Ong --> marga Hokkian/ marga pedagang
> - Bong
>
> Jadi koreksi, marga dia adalah Wang (3 garis)
> nama lengkap: "Wang Thien Chen" (gua kaga bisa nulis mandarinnya- tapi udah
> saya minta tulis di kertas)
>
> 13. Kenapa dia memakai marga Wang? Kaisar Guang Xu sebenarnya bermarga Wang
> meski dari Dinasti Ching. Tidak semua kaisar dari dinasti yang sama harus
> memiliki nama yang sama dengan nama dinastinya. Guang xu tidak punya
> keturunan laki2. Nenek si teman saya yang adalah anak sulung perempuan Guang
> XU mempunyai marga Chen, karena perempuan tidak terhitung penerus marga.
>
> 14. Namun akhirnya ayah dari teman saya dan teman saya sendiri diturunkan
> marga Wang. Karena Nenek teman saya ini menganggap adalah suatu keadilan
> baginya untuk menurunkan marga meski dari pihak perempuan. Kedua ada sakit
> hatinya kenapa keturunan dia dan ayah dia dibunuh. Maka menurut dia, ada
> rule khusus dalam penurunan marga yang bisa dilakukan. Itulah mengapa meski
> ketika berada di Indonesia si nenek mengubah marga menjadi "Ong", dia tetap
> menurunkan marga "Wang" pada anak laki2 dan cucunya ini.
>
> 14. Dia bersedia ditemui, dan dia senang untuk meluruskan sejarah. Karena
> ada beberapa sejarah yang tidak terungkap di khalayak. Tetapi, dengan jujur
> dia bilang, ada kemungkinan cerita dari neneknya tidak sepenuhnya objektif
> karena dipengaruhi oleh dendam.
>
> 15. Guang Xu sebenarnya memiliki 1 istri dan 2 selir. Sejauh yang ada di
> media baru2 ini, selalu ditulis Guang xu memiliki 2 istri.
>
> 16. Makam Xici berada di luar kompleks makam raja.
>
> 17. "Ching Pertama" ada buyut dari Xici - Orang Mongolia asli.
>
> 18. No. Handphone teman saya sudah ada pada saya. Bila tertarik untuk
> bertemu dia siap bertemu. Tapi menurut saya lebih efektif bertemu dalam
> komunitas kecil di milis ini.
>
> 19. Kalau memungkinkan, lusa saya akan mulai menuliskan penyalinan buku
> harian anak perempuan sulung dari Selir Chen ke milis ini. Tentunya dengan
> bahasa indonesia yang ejaan lama (yang saya juga susah ngertinya).
>
> 20. Bila teman2 sudah bertemu langsung dengan teman saya, biar dia yang
> menceritakan sendiri. Saya senang bertemu dengan teman khusus ini yang punya
> banyak pengetahuan dan latar belakang yang unik. Sekarang dia tidak lagi
> berfokus pada dendam (sebagaimana diindoktrinasi oleh sang nenek) kepada
> pihak2 yang memburu habis keluarga Guang Xu (Xici dan Kuo Min Tang dan Mao
> Tse Tung pun semangat untuk mengejar dan menghabisi mereka, menurut
> penuturan teman saya. Tanyanya: "Kenapa")
>
> Salam
> Abdi Christ
> Boleh SMS ke no.HP saya:
> 0813-1559-7037
> pada jam 19-21 malam.
>
>  
>

Kirim email ke