Yg patut diacungi jempol adalah kiprah ibu theresa yg merawat orang sakit tanpa 
disertai missi dakwah, hal ini juga berlaku untuk gerakan budha tsuzhi, yg 
mendanai pembangunan pemukiman di angke tanpa niat membudhakan penduduknya. 

Hal inilah yg tak dilakukan para misionaris khatolik di Tiongkok zaman dulu.

Bagi para pemeluk agama yg fanatik, sering tdk bisa memisahkan ajaran dan 
tindakan umat/organisasinya. Jika tindakan umatnya dikritik, pasti dijawab 
ajarannya tak spt itu,  yg spt itu tak bukan umatnya, jika lembaganya dikritik, 
reaksi pertama pasti menyangkal faktanya, setelah faktanya tak tersangkal 
berdalih itu hanya oknum. Contoh yg jelas adalah penghukuman mati galileo, itu 
hanya oknumkah?

Sikap diatas jelas tidak sehat, dan hanya akan meniadakan kemungkinan 
instropeksi dan langkah2 perbaikan. Karena manusia dan organisasi agama tdk 
boleh disakralkan, jika kesalahan terus dibela, yg dirugikan justru ajarannya 
itu sendiri!


 
Sent from my BlackBerry®
powered by Sinyal Kuat INDOSAT

-----Original Message-----
From: "Erik" <rsn...@yahoo.com>
Date: Thu, 17 Dec 2009 06:13:07 
To: <budaya_tionghua@yahoogroups.com>
Subject: [budaya_tionghua] Re: Pro Jhon Siswanto ( penghinaan )


Ya, betul demikian!

Sebagai sesama Nasrani (walau Katolik) saya sarankan agar rekan-rekan
yang kebetulan beragama Kristen  tidak terlalu defensif (apalagi
emosional) dalam menanggapi fakta-fakta yang diajukan member milis
perihal ulah beberapa pendeta yang 'kurang-ajar' menista Budaya Tionghoa
kita.

Saya sependapat dan sangat mendukung apa yang dikatakan Koh Beng, bahwa
misi misionaris Kristen adalah untuk menebar kasih.  Tapi coba kita
sekilas introspeksi diri, Dengan cara dan metode apa 'Kasih" itu
ditebarkan? Adakah Arogansi Budaya yang secara sengaja atau tidak
sengaja diperagakan saat mereka berkarya?

Saya setuju bahwa adalah pula  tugas para misioner untuk mengangkat
masyarakat dari keterbelakangan? Tapi apa yang mereka maksud dengan
"Keterbelakangan" itu? Dan apa pula yang mereka maknai sebagai
"Kemajuan"?  Tidakkah terendus adanya aroma arogansi kultural di sana?

Mendirikan sekolah untuk rakyat terbelakang? Adakah kewajiban atau
paksaan halus bagi siswa mempelajari agama Kristen?

Membangun rumah sakit di desa terpencil? Adakah misi terselubung
tertentu dengan meletakkan Alkitab di setiap bangsal?

Hanya hal-hal seperti itu saja sudah cukup membuat masyarakat penyanggah
budaya tertentu merasa tersinggung!  Apalagi yang terang-terangan
membahak-bahaki tradisi dan adat kebiasaan budaya orang di depan umum,
sebagaimana disinyalir rekan-rekan di milis ini.

Salam,



Erik

------------------------------------------------------------------------\
----------------------------------------------

  In budaya_tionghua@yahoogroups.com, a...@... wrote:
  Sdr. Beng harap tidak usah berkecil hati dalam menanggapi
posting-posting yang seakan-akan "meminta pertanggunganjawab Anda"
sebagai orang Kristen 'moderat' terhadap bro n sis seiman Anda yg
fanatik. Kawan2 di sini yg sdh "empet" mendengar pelecehan sebagian
pendeta dan umat Kristen tertentu yg sesama Tionghoa sebenarnya tidak
pernah menggeneralisasi bahwa semua pendeta atau semua orang Kristen
adalah begitu. Kalau mau mengakui, yang sensitif itu justru kebanyakan
dari pihak teman-teman Tionghoa Kristen sendiri, yg merasa
kekristenannya kok dilecehkan, padahal jika dicermati tak ada seorang
pun di sini yg melecehkan Kristen kecuali ketika menjawab dgn
fakta-fakta (mempertahankan diri) thd tuduhan atau tulisan ngawur orang
Kristen tertentu (arsip BT penuh dgn kasus spt ini) dan tenaga serangan
ngawur ini memang sering membalik menyerang tuannya. Baru kali inilah
dlm sejarah BT kasus ini secara serius akan di"class-action"kan, itupun
berkat usul locianpwee Tan, seorang pendeta Kristen pecinta BT dan juga
kegigihan Sdr. CGX dan lain-lainnya dan jangan lupa bahwa Bro John S
sang lawyer pun telah menyediakan diri untuk membantu. Semoga hal ini
menjadi kenyataan. :-)
>
> Andy L.S.
> Sent from my BlackBerry?smartphone from Sinyal Bagus XL, Nyambung
Teruuusss...!



Kirim email ke