*Masalah pengalaman pribadi tentu bagus bung samuel , seperti kalimat anda
di bawah ini .........
*samuel menulis :
*"Sy dipanggil "chino edan" "encek" "acong" macem2 lah.. Oke aja. Harkat dan
martabat sy sama sekali tak sy rasakan menurun dan saya tak merasa "ter-
hina".**

tapi menjadi masalah klo ukuran anda dijadikan standar moral tertinggi
sehingga menjudge seisi milis , hanya karena anda rela di panggil encek
acong .....hehehe

**samuel menulis (Aneh orang-2 di milis ini.. Selalu membicarakan harga
dirinya.. Semakin tau budaya tionghua harusnya semakin cinta BT dan semakin
dapat membangun hidup bersama di Indonesia dengan BT. Bukan semakin
individualistik dan arogan.) *


anjing , itu cuman perbandingan permisalan , masak kalau saya rela di
panggil anjing , terus orang lain yang terhina karena di panggil anjing ,
menjadi aneh , dan membicarakan harga diri . yakinkah bung samuel cuman di
panggil chino edan ? mang lum pernah di panggil akew ? akew = anjing ......

dan tidak perlu juga menjudge saya baru belajar baca , lebih baik anda
membuktikan diri anda bisa menulis ......

klo anda ngerti budaya yah bahaslah budaya , ngerti sejarah yah bahaslah
sejarah ... .....dengan senang hati saya akan menanggapi kalau saya tahu ,
tapi kalau cuman utak atik kata , yah cari temen bermain yang lain bung
samuel ........


2009/12/17 <adiperdanasam...@yahoo.com>

>
>
> Ehm shinmen... Bener jg ya pendapat anda kalo itu pengalaman sy berarti
> urusan sy...tdk bs digeneralisasi.. Itu tergantung pribadi sy. Tq ya.. Tp
> mudah-2 dngan adanya tanggapan anda ini, pengalaman sy tidak mengganggu
> anda.. Ya anggap angin lewat aja ok. Ehm.. Masalah "anjing"? Kayaknya sy gak
> sebut2 "anjing" cm sebutan "chino edan" dan chino lainnya ya... Ehm, kalo
> gitu sy br ngerti kalo anda tidak menemukan poin-nya. Apa..anda slh baca ato
> gak teliti baca? Tapi gak apa.. Yg sy kuatirkan anda (baru belajar baca..)tp
> itu pasti tdk mungkin. Krn para miliser disini hebat2 ada yg lulusan
> driyakarya (sy cm pny karya-2 Driyakarya aja).. Kalo misal ada yg panggil
> anda "anjing" (kalo: spt yg anda tulis) sy ikut saran anda deh...
> Ehm..maksud sy biar itu jd pengalaman pribadi anda...dan itu... Maaf ni..
> Dan itu... Urusan Anda..
>
> Mudah2han sy tidak menyinggung anda ya...
>
> Samuel (bukan nama samaran)
>
> Sent from my BlackBerry®
> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
> ------------------------------
> *From: * shinmen takezo <hisashi.mits...@gmail.com>
> *Date: *Thu, 17 Dec 2009 12:48:34 +0700
> *To: *<budaya_tionghua@yahoogroups.com>
> *Subject: *Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a
> name?)
>
>
>
> masalah pengalaman pribadi anda , tidak usah di buat seolah2 jadi standar
> moral tertinggi , jadi kalau anda di panggil chino edan dan anda merasa
> tidak terhina .......APA POINTNYA ......dan itu urusan anda , kalau saya
> bilang saya di panggil "anjing" saya merasa tidak terhina , berarti anda
> juga tidak terhina?
>
> argumentasi macam apa ini ,
>
>
>
> 2009/12/17 <adiperdanasam...@yahoo.com>
>
>>
>>
>>
>> Sy dipanggil "chino edan" "encek" "acong" macem2 lah.. Oke aja. Harkat dan
>> martabat sy sama sekali tak sy rasakan menurun dan saya tak merasa "ter-
>> hina".
>>
>> Aneh orang-2 di milis ini.. Selalu membicarakan harga dirinya.. Semakin
>> tau budaya tionghua harusnya semakin cinta BT dan semakin dapat membangun
>> hidup bersama di Indonesia dengan BT. Bukan semakin individualistik dan
>> arogan.
>>
>> Gmn BT semakin dicintai dan dirasakan menjadi bagian dari yg universal
>> (indonesia)?
>>
>> Salam
>> sam
>>
>> Sent from my BlackBerry®
>> powered by Sinyal Kuat INDOSAT
>> ------------------------------
>> *From: * "Akhmad Bukhari Saleh" <absa...@indo.net.id>
>> *Date: *Thu, 17 Dec 2009 09:59:01 +0700
>> *To: *<budaya_tionghua@yahoogroups.com>
>> *Subject: *Re: Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a
>> name?)
>>
>>
>>
>>  ----- Original Message -----
>>  *From:* ardian_c <ardia...@yahoo.co.id>
>> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
>> *Sent:* Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
>> *Subject:* Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)
>>
>> > yg owe tau itu bukan cina
>> > tapi shin-i asal dari kata syna
>> ------------------------------------
>>
>> Betul.
>> Sehingga ketika ulama Indonesia, terutama yang berpegang pada kitab kuning
>> di pesantren grass-root, menerjemahkannya ke bahasa Indonesia, jadinya
>> "cina"...
>>
>> Wasalam.
>>
>> ======================
>>
>>
>> ----- Original Message -----
>>  *From:* ardian_c <ardia...@yahoo.co.id>
>> *To:* budaya_tionghua@yahoogroups.com
>> *Sent:* Thursday, December 17, 2009 8:42 AM
>> *Subject:* Bukan Muhammad (Re: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?)
>>
>>
>>
>> yg owe tau itu bukan cina tapi shin-i asal dari kata syna.
>>
>> --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Akhmad Bukhari Saleh" <absa...@...>
>> wrote:
>> >
>> > ----- Original Message -----
>> > From: younginheart5000
>> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
>> > Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
>> > Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
>> >
>> > > Rasulullah Muhammad saja menghimbau
>> > > pengikutnya untuk belajar sampai ke Tiongkok
>> >
>> > ---------------------------------------
>> >
>> > Kalimat "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina" bukanlah
>> himbauan atau ucapan Muhammad, melainkan sebenarnya suatu proverb budaya
>> Arab.
>> >
>> > Ucapan-ucapan Muhammad, bahkan tindak-tanduk non-verbal-nya pun,
>> mempunyai arti penting dalam agama Islam, karena dapat ("dapat", tidak
>> "selalu") menjadi penjelasan untuk pelaksanaan praktek dari ayat-ayat Al
>> Quran.
>> >
>> > Karena itu di lingkungan Islam ada ilmu hadits, ilmu yang secara
>> komprehensif membahas ucapan dan tindakan Muhammad.
>> > Yaitu untuk mengklasifikasikan mana ucapannya yang merupakan penjelasan
>> atas Al Quran, mana yang bersangkutan dengan Islam secara umum sebagai
>> perintah, himbauan maupun larangan, mana yang cuma ucapan sehari-hari biasa
>> saja, mana yang cuma lelucon dia atau ucapan waktu dia lagi marah saja, dsb.
>> >
>> > Dan ada uraian yang panjang lebar dalam ilmu hadits yang secara
>> kategoris membantah bahwa "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke negeri Cina"
>> merupakan ucapan Muhammad sendiri.
>> > Argumen yang mengatakan ini ucapan Muhammad klasifikasinya "dhaif"
>> (lemah), atau "dhaif jiddan" (lemah sekali), atau bahkan "batil" (tidak
>> berdasar).
>> >
>> > Tentu membuang-buang bandwith budaya tionghoa kalau uraian itu saya
>> cantumkan di sini, namun secara singkat dapat disebutkan bahwa argumen yang
>> kuat untuk membantah bahwa itu ucapan Muhammad adalah keterbatasan
>> pengetahuan umum seorang Muhammad pada waktu itu, sehingga dia tahu pun
>> tidak bahwa ada sebuah negeri jauh yang bernama Cina. Karenanya tidak
>> mungkin dia mengucapkan kalimat itu.
>> >
>> > Tetapi Muhammad memang banyak bicara tentang kewajiban untuk belajar
>> secara sungguh-sungguh serta dengan pengorbanan pribadi yang maksimal demi
>> mendapat ilmu.
>> > Bahkan dia mengatakan keharusan untuk belajar secara all-out itu
>> merupakan perintah Tuhan dalam Al Quran.
>> >
>> > Ucapan-ucapannya untuk belajar secara all-out inilah yang lalu
>> berkembang menjadi proverb budaya Arab "Tuntutlah ilmu, walaupun sampai ke
>> negeri Cina" tersebut.
>> >
>> > Di jaman itu, ketika Amerika belum 'diketemukan' dan Eropa dalam jaman
>> Dark Ages, bagi budaya Arab hanya terdapat komparasi dengan budaya-budaya
>> tinggi di Mesir, di India yang jaraknya lebih jauh, dan di Cina yang paling
>> jauh jaraknya dari negeri Arab.
>> > Maka itu ukuran untuk "all-out" bagi budaya Arab jaman itu, dalam
>> konteks menuntut ilmu, adalah "walaupun sampai ke negeri Cina".
>> >
>> > Baru kemudian, sementara tokoh ilmuwan Arab, untuk menambah wibawa dan
>> otoritas proverb tersebut, mengatakan bahwa itu adalah ucapan Muhammad.
>> > Tetapi ada analisis yang komprehensif yang membuktikan bahwa klaim
>> tersebut (bahwa itu adalah ucapan Muhammad) merupakan klaim yang dhaief,
>> dhaief jiddan, atau batil.
>> >
>> > Uraian saya ini mungkin terlalu panjang bagi suatu milis budaya
>> tionghoa.
>> > Tetapi kalau mau lebih 'nyangkut' lagi dengan milis ini, tanpa mau ikut
>> ribut soal kata "cina", bisa saya sampaikan bahwa kelihatannya dalam
>> pembahasan ilmu hadits tentang apakah kalimat itu ucapan Muhammad atau
>> bukan, selalu dipakai kata "Cina", bukan "Tiongkok".
>> >
>> > Mungkin karena waktu itu kata "Tiongkok" belum dikenal di budaya Arab.
>> > Atau mungkin juga karena memang dengan memakai kata "Cina"-lah orang
>> Arab menyebut Negeri Tengah (Tionggoan).
>> >
>> > Wasalam.
>> >
>> > ==========================
>> >
>> > ----- Original Message -----
>> > From: younginheart5000
>> > To: budaya_tionghua@yahoogroups.com <budaya_tionghua%40yahoogroups.com>
>> > Sent: Wednesday, December 16, 2009 6:46 PM
>> > Subject: [budaya_tionghua] Re: What's in a name?
>> >
>> > Mungkin bagus, kalau anda lebih memperbanayak membaca Asian literature &
>> philosphy..
>> >
>> > Rasulullah Muhammad saja menghimbau pengikutnya untuk belajar sampai ke
>> Tiongkok.
>> >
>> > By the way ada kata bijaksana dalam bahasa Latin: "Ex Oriente Lux",
>> Penerangan (pencerahan) datang dari Timur..
>> >
>> > So sis... go east!
>> >
>> > -------------------------------------------
>> >
>> > --- In budaya_tionghua@yahoogroups.com<budaya_tionghua%40yahoogroups.com>,
>> alda agustine <mydiary_77@> wrote:
>> > >
>> > > Fy Zhou, makasih tanggapannya. Saya baru kali ini denger kalimat dari
>> Confusius itu. Dapet dari mana sih? Mau dong referensinya. Thanks.
>> >
>>
>>
>   
>

Kirim email ke