Dear ko Tantono,

Saya jadi ingat sebuah film serial. Settingnya di Amerika. Seorang kulit putih, 
yg tinggal di komunitas kulit hitam. mendirikan sebuah patung yang "melecehkan" 
kulit hitam, di halaman rumahnya. 
Masyarakat kulit hitam menuntut patung tersebut dirobohkan. Namun, pembela 
kulit putih tersebut yg adalah seorang kulit hitam, berhasil memenangkan 
perkara di pengadilan. Dan, diputuskan kulit putih tersebut ber-HAK melakukan 
apapun dalam wilayah propertinya.
Akhirnya, di luar pengadilan, masyarakat bersama-sama merobohkan patung 
tersebut. Di antara massa, sang pembela hadir di sana ikut menarik talinya 
untuk merobohkan.

Pelajaran moral dari film tersebut, menurut saya, adalah jangan AROGAN karena 
dibela oleh hukum di ruang pengadilan. Di jalanan juga ada hukum masyarakat, 
yang seringkali lebih adil (paling tidak bagi komunitas tersebut).

Hukum positif bukan satu2nya landasan berperilaku. Norma2 masyarakat, seperti 
sopan santun, belas kasih, saling memahami sisi sebaliknya, dll ... ternyata 
suka tidak suka, banyak mengambil keputusan aktif. Dan, tidak selalu pergerakan 
masyarakat adalah "ekstrimis", seperti kata kumpeni.

Bukan saya mendukung kekerasan, tapi jika masyarakat ditekan (baik oleh hukum 
sekalipun) hingga batas kesabarannya, maka chaos pastilah akan terjadi. 
Pembakaran hanyalah satu simptomnya saja.

Salam,

Chen Gui Xin

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, Tantono Subagyo <tant...@...> wrote:
>
> Rekans,
> Apapun juga yang dirusak, apakah kelenteng, mesjid maupun gereja sama saja.
> Masalahnya adalah masalah hukum, jadi polisi yang harus mencegah atau
> bertindak.  Saya jadi ingat masalah 1998, waktu itu yang merusak dan
> menjarah rumah orang Tionghua juga berdalih : hancurkan Tionghua karena
> minoritas, menguasai ekonomi dan banyak konglo hitamnya.  Jadi apapun
> alasan-nya main hakim sendiri, ala FPI etc, tidak benar dan harus diusut
> secara hukum.  Marilah kita lihat permasalahan-nya dengan jernih, jadi
> jangan seolah-olah ada pembenaran terhadap perbuatan anarkhis.  Saya percaya
> bahwa kita yang berbudaya akan taat hukum.  Salam, Tan Lookay
>


Reply via email to