Ternyata betul seperti yang saya analisis, berita soal barongsay dilarang 
hanyalah bohong belaka!!

Lihat: 
http://www.detiknews.com/read/2009/12/23/030659/1264755/10/departemen-agama-bantah-larang-atraksi-barongsai-di-aceh?991101605

Padahal, entah kenapa, posting saya di bawah ini, yang mengatakan berita itu 
tidak masuk akal, sempat diblokir oleh moderator sampai 2 hari!!

Mungkin dianggap saya mengada-ada dan ngarang-ngarang saja. Sehingga kalau 
muncul fakta bahwa suatu berita diskriminasi terhadap tionghoa ternyata tidak 
betul, lantas barangkali dianggap nanti jadinya dunia ini kurang seru...

Wasalam.

=================================

----- Original Message ----- 
From: Akhmad Bukhari Saleh 
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
Sent: Tuesday, December 22, 2009 11:15 PM
Subject: Kakanwil (Re: ralat dikit Re: [budaya_tionghua] [tempo] Barongsai 
Dilarang Tampil di Aceh)


Justru itu, kakanwil (kakanwil dari departemen apa pun) adalah aparat 
pemerintah pusat yang ditempatkan di daerah untuk tugas koordinasi.
Jaman sekarang ini hanya tinggal 2-3 departemen saja yang punya kanwil di 
daerah. Karena memang kanwil sudah tidak ada wewenangnya apa-apa lagi, sehingga 
penempatan kanwil di daerah dirasakan penghamburan biaya saja.

Jadi makin-makin absurd beritanya kalau soal larang-melarang diberitakan 
mengutip dari seorang kakanwil.

Dan lebih absurd lagi kalau diberitakan bahwa suatu larangan kegiatan di daerah 
katanya dilakukan suatu kakanwil.
Kalau yang diberitakan dinas keagamaan propinsi masih masuk akal lah, itu pun 
tidak ada urusannya dengan larang-melarang kegiatan umum (non-agama), namun 
kalau kakanwil jauh banget...

Waktu tsunami saya berbulan-bulan di Aceh, Di Banda Aceh, LhokNga, Meulaboh, 
Bolak-balik ke Medan dan Jakarta, jadi tahu lah perkembangan di lapangan sana.
Gubernur waktu itu,Gubernur sekarang, Walikota Banda Aceh, Walikota Sabang, 
Walikota Meulaboh, Kepala BRR, semua saya kenal, jadi tahu lah maunya 'yang di 
atas-atas".

Jadi, sekali lagi, saya mencurigai ini perekayasaan berita, untuk 
mendiskreditkan etnis tionghoa di Aceh.

Bisa saja perekayasaannya melibatkan si Yuswar yang mengaku-ngaku minta ijin 
kesana-kemari (padahal tidak ada keperluannya untuk minta-minta ijin), si 
Rahmat (yang mengaku-ngaku bisa melarang, padahal tidak hubungannya kakanwil 
dengan larang-melarang) dan si wartawan (yang kelihatannya seorang wartawan 
bodrex saja).

Wasalam.

==============================

  ----- Original Message ----- 
  From: King Hian 
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com 
  Sent: Monday, December 21, 2009 11:54 AM
  Subject: ralat dikit Re: [budaya_tionghua] [tempo] Barongsai Dilarang Tampil 
di Aceh  

  Maaf ada sedikit kesalahan:


  Mungkin si penulis berita adalah Kantor Wilayah Departemen Agama (Kanwil 
Depag) provinsi NAD, bukan Departemen Agama di Jakarta.

  seharusnya:
  Mungkin yang dimaksud oleh si penulis berita adalah Kantor Wilayah Departemen 
Agama (Kanwil Depag) provinsi NAD, bukan Departemen Agama di Jakarta.

  kiongchiu,
  KH
   



------------------------------------------------------------------------------
  From: King Hian <king_h...@yahoo.com>
  To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
  Sent: Mon, December 21, 2009 11:49:09 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] [tempo] Barongsai Dilarang Tampil di Aceh
    

  Mungkin si penulis berita adalah Kantor Wilayah Departemen Agama (Kanwil 
Depag) provinsi NAD, bukan Departemen Agama di Jakarta.


  Atraksi Barongsai tsb memang "dilarang", ini sesuai pengakuan Kakanwil Depag 
NAD, Rahman TB.
  kutipan berita:
  Untuk itu kata Rahman, demi kenyamanan, ketentraman dan kedamaian bersama, 
persetujuan untuk atraksi Barongsai belum diberikan. Pihaknya juga telah 
terlebih dahulu berkoordinasi dengan polisi dan institusi terkait lainnya.  


  kiongchiu,
  KH



------------------------------------------------------------------------------
  From: Akhmad Bukhari Saleh <absa...@indo. net.id>
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
  Sent: Mon, December 21, 2009 11:33:04 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] [tempo] Barongsai Dilarang Tampil di Aceh



  ----- Original Message ----- 
  From: zho...@yahoo. com 
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
  Sent: Monday, December 21, 2009 9:33 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] [tempo] Barongsai Dilarang Tampil di Aceh

  > Absurd!
  > Inikah hasil dari berlakunya syariat islam dan otonomi

  - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - - 

  Kalau saya melihatnya beritanya yang absurd!

  Mana ada orang mau bikin kegiatan barongsai 'sibuk' minta ijin ke 
'kiri-kanan' , sampai ke kantor yang mengurusi agama!

  Kalau minta ijinnya ke polisi, mungkin masih nalar, tetapi untuk main 
barongsai, minta ijin polisi pun tidak perlu.

  Lalu, mana ada kantor yang mengurusi agama di mengeluarkan ijin 
penyelenggaraan kegiatan ini-itu atau melarang kegiatan ini-itu.

  Juga, mana ada "Departemen Agama" di propinsi!

  Jangan-jangan si Yuswar ini tidak mampu dan gagal bikin acara barongsai, 
padahal sudah terima duit cukong, lalu cari-cari excuse untuk kegagalannya. 

  Mau bilang dilarang polisi tidak berani, takut ada buntut perkaranya.
  Mau bilang dilarang instansi lain pun tidak berani juga.
  Ya sudah deh, bilang saja dilarang suatu instansi yang tidak exist di tempat 
itu.

  Wasalam.

  ============ ========= =======

  ----- Original Message ----- 
  From: zho...@yahoo. com 
  To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com 
  Sent: Monday, December 21, 2009 9:33 AM
  Subject: Re: [budaya_tionghua] [tempo] Barongsai Dilarang Tampil di Aceh

  Absurd! Inikah hasil dari berlakunya syariat islam dan otonomi khusus? 
Peradaban mundur kembali.

  ------------ --------- --------- -------

  From: King Hian <king_h...@yahoo. com> 
  Date: Sun, 20 Dec 2009 18:13:49 -0800 (PST)
  To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com>
  Subject: [budaya_tionghua] [tempo] Barongsai Dilarang Tampil di Aceh
    
  http://tempointerak tif.com/hg/ nusa/2009/ 12/20/brk, 20091220- 214684,id. 
html 

  Barongsai Dilarang Tampil di Aceh
  Minggu, 20 Desember 2009 | 13:34 WIB
  TEMPO Interaktif, Banda Aceh - Sejumlah warga Aceh etnis Tionghoa beragama 
Buddha, kecewa tak bisa menampilkan atraksi budaya, Barongsai saat menggelar 
doa bersama dalam memperingati lima tahun tsunami di Banda Aceh, Minggu 
(20/12). Atraksi tersebut masih dilarang oleh Departemen Agama di Aceh. 

  “Kami jelas kecewa dengan pelarangan ini, karena barongsai itu sebenarnya 
hanya atraksi budaya, bukan agama,” kata Yuswar, Panitia Pelaksana peringatan 
lima tahun tsunami penganut Buddha. 

  Menurutnya sesuai rencana awal, atraksi Barongsai akan ditampilkan dengan 
berkeliling kota Banda Aceh, dan berakhir di kuburan massal Ulee Lheu, tempat 
masyarakat penganut Buddha melakukan doa bersama. 

  Yuswar mengatakan, pihaknya telah mengurus izin ke Departemen Agama dan juga 
kepolisian. Tetapi kemudian, Barongsai tetap belum diberikan persetujuan untuk 
tampil di Banda Aceh. “Alasannya karena kondisinya belum memungkinkan. Tapi, 
kami belum tahu kondisi yang dimaksud itu apa?” ujarnya.

  Akibat pelarangan tersebut, tim atraksi Barongsai yang sudah dipesan dari 
Medan, Sumatera Utara, batal hadir memeriahkan peringatan tsunami. Etnis 
Tionghoa meyakini, atraksi Barongsai bisa menenangkan arwah penasaran dari 
keluarga mereka yang menjadi korban tsunami 26 Desember 2004 silam.

  Sementara itu Kepala Kantor Wilayah Departemen Agama di Aceh, Rahman TB 
mengatakan perlu waktu untuk dilakukan sosialisasi dulu kepada masyakat Aceh 
yang mayoritas muslim, terkait atraksi Barongsai. Selama ini Barongsai belum 
pernah tampil secara terbuka dalam berbagai kegatan di Aceh. 

  “Kalau atraksi Barongsai ditampilkan, apa yang ditakuti?” tanya seorang 
wartawan. 
  Menurut Rahman, belum bisa dan bukan karena ada yang ditakuti. “Itu sesuatu 
yang baru dalam masyarakat Aceh, kalau ada orang-orang yang tidak suka 
bagaimana? Kita kan tidak tahu hati manusia,” jelasnya. 

  Untuk itu kata Rahman, demi kenyamanan, ketentraman dan kedamaian bersama, 
persetujuan untuk atraksi Barongsai belum diberikan. Pihaknya juga telah 
terlebih dahulu berkoordinasi dengan polisi dan institusi terkait lainnya. 

  Kekhawatiran adanya masyarakat Aceh yang tidak bisa menerima atraksi 
Barongsai itulah yang menjadi alasan. “Tak hanya Barongsai, mungkin kalau ada 
konser musik di kampung-kampung, tetapi masyarakat belum bisa terima, juga 
tidak bisa dilaksanakan,” ujarnya. 

  Rahman juga mengatakan, pihaknya selalu menjaga keutuhan kerukunan beragama 
di Aceh. Jangan sampai Aceh rusak kembali dengan benih-benih konflik. Apalagi 
selama ini, tidak pernah ada konflik agama di Aceh.

  ADI WARSIDI

Kirim email ke