Ci Lim Wiss,

“Hidangan camilan yang tidak pernah ketinggalan adalah kuaci, kacang dan 
permen.”

Maaf, sekadar iseng saja. Owe sungguh belum pernah tahu kalau ada orang 
Sembahyang Leluhur dengan camilan kuaci dan kacang, sebab yang owe tahu di 
Jakarta kuaci dan kacang biasanya disediakan di rumah duka pada waktu orang 
maysong (melayat) kepada orang yang meninggal. Entah kalau hal ini terjadi di 
bagian tengah dan timur pulau ini, sebab di situ ada kue moho, yang tidak 
dikenal di Jakarta dan sekitarnya.

Kiongchiu,
DK

--- In budaya_tionghua@yahoogroups.com, "Lim Wiss" <lim.w...@... wrote:

Masyarakat Cina di seluruh dunia akan merayakan Tahun Baru Imlek. Perayaan 
Imlek ini merupakan hari raya yang selalu dinanti-nanti. Sebab, Imlek bukan 
sekedar ritual tahunan biasa dan budaya saja, tetapi budaya yang sekaligus 
menyatu dengan kepercayaan.

Menjelang hari besar itu, mereka akan sibuk berbenah, membersihkan rumah, 
mengecat rumah, mempersiapkan ang pao, dan membeli baju baru. Dan, kegiatan 
yang paling penting ialah mempersiapkan berbagai makanan untuk upacara. Sama 
seperti makanan untuk upacara adat atau keagamaan lainnya, makanan khas Imlek 
juga sarat makna simbolik. 

Hidangan yang disajikan biasanya berjumlah minimal 12 macam masakan dan 12 
macam kue. Ini mewakili lambang-lambang dari shio yang berjumlah 12. Di 
antaranya yang memiliki perlambang ialah mi, melambangkan panjang umur dan 
kemakmuran. Kue lapis atau lapis legit juga disediakan. Konon kehadiran kue itu 
sebagai perlambang datangnya rezeki yang berlapis-lapis. Kue mangkok, kue moho 
dan kue keranjang, biasanya kue keranjang disusun ke atas dengan kue moho atau 
kue mangkok yang diberi merah pada bagian atasnya. Harapan yang terkandung di 
situ adalah kehidupan manis yang kian menanjak dan mekar seperti kue mangkok. 
Agar pikiran menjadi jernih sepanjang tahun ini disertakan pula manisan 
kolang-kaling. Ada pula agar-agar yang dicetak bentuk bintang, merupakan simbol 
kehidupan yang terang. Hidangan camilan yang tidak pernah ketinggalan adalah 
kuaci, kacang dan permen.

Semua hidangan untuk persembahan diatur di atas meja sembahyang. Lalu, seluruh 
anggota keluarga berkumpul dan berdoa memanggil arwah para leluhurnya untuk 
menyantap sajian yang disuguhkan. Setelah upacara sembahyang usai, makanan yang 
tersaji di meja upacara kemudian dibagikan kepada kerabat dan handai taulan.

Meski hidangan favorit leluhur selalu disediakan di meja sembahyang, tetapi ada 
juga hidangan yang dihindari sekalipun disukai. Bubur, misalnya. Hidangan ini 
melambangkan kemiskinan, hingga tidak boleh hadir dalam hidangan sembahyang 
maupun suguhan Tahun Baru. 

http://www.hanyawanita.com/clickwok/news/news45.html


Kirim email ke