Dan dalam prakteknya ternyata Orang Tionghoa di miling list ini banyak 
yang sering pake  ksering pake kata lu,  gua dan gw. Saya setuju sekali saran 
dari Cik Marian nih agar kita mulai membiasakan diri menggunakan bahasa yang 
santun. Tapi susah juga sih karena sesama anggota miling list kan tidak saling 
terbuka identitas, jadi kita gak tau dia lebih muda atau lebih tua. Nah itu 
bagaimana cara menyapanya..?

--- On Thu, 6/24/10, Maria Claudia <claudia_maria_...@yahoo.com> wrote:


From: Maria Claudia <claudia_maria_...@yahoo.com>
Subject: Re: [budaya_tionghua] Sejarahnya yg correct: PRC dan R.O.C? atau hanya 
PRC saja atau bagaimana yah?
To: budaya_tionghua@yahoogroups.com
Date: Thursday, June 24, 2010, 4:23 AM


  




Ikutan nimbrung ya,
Saya cuma mau komentarin bahasanya gitu lho. Kuping saya kayanya gatel kalo 
denger 'gue, gw, lu'. Kalo mau pake bahasa gitu juga gapapa tapi dilihat dulu 
komunitasnya yang mana. Saya rasa semua member tau kok kalo komunitas ini 
sangat beragam, ada anak 'bau kencur' yang masih kuliah, ada dokter, ada 
bapa-bapa, ada ibu-ibu, ada pengusaha, ada insinyur, ada guru (mungkin). Emang 
pantes kalo kebetulan yang diajak berdialog itu seorang bapa berusia 60? Saya 
yakin bapa tsb juga kupingnya gatel, cuma ga mau negur aja. 

Oke? Jadi tolong hormati orang yang sudah tua. Saya pernah mempelajari istilah 
kekerabatan dalam bahasa Tionghoa, itu paling lengkap lho di antara 
bahasa-bahasa yang ada. Jadi tolong gunakan salah satu yang kalian ketahui.

Sorry banget ya.
Maria








From: 跨 <darwinternazionale@ gmail.com>
To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com
Sent: Wed, June 23, 2010 4:38:36 AM
Subject: Re: [budaya_tionghua] Sejarahnya yg correct: PRC dan R.O.C? atau hanya 
PRC saja atau bagaimana yah?

  

Gue jawab:
Gue bukan pemimpin jepang, soo pertanyaan eloe ga bisa gue jawab.. Tapi kalo 
gue sebagai seorang Bisnisman asal jepang, Gue Jelas akan mencaplok Taiwan! 
Penjelasannya sendiri bisa loe analisa dari kebutuhan Jepang akan sda! China 
kaya akan sda, tapi ga sebanyak varian yang disediakan di selatan.. 

wakakaka... 


2010/6/23 Dada <wrw....@gmail. com>


  





Dada :
1. Jika lu pemimpin militer Jepang , Lebih strategis mana bagi Jepang . Korea 
ataukah Taiwan ? 
2. Sejak jaman Hideyoshi pun  , Korea sudah menjadi sasaran utama buat batu 
loncatan menguasai Tiongkok . Baru berikutnya "negara2 kecil" di sekitar 
Tiongkok , seperti Ryukyu , Filipina dsbnya. 
3. With only five hundred or a thousand men I succeeded in uniting Japan, a 
country of warriors and furious internecine struggles. Since so many of you are 
in the vanguard against 'the long-sleeved country of the Great Ming,' I am 
confident of the outcome. Subjugate it speedily. (Toyotomi Hideyoshi)
4. Taiwan baru cukup strategis sehingga Jepang baru merasa perlu mengadakan 
ekspedisi militer terbatas ke Taiwan di tahun 1874. Terbilang fresh , sehingga 
"pahlawan2" masuk dalam list Yasukuni. Bandingkan dengan Ekspedisi Militer ke 
Ryukyu (1609) dan Ekspedisi ke Korea (1592 dan 1597) yang membutuhkan 9 divisi 
atau 160 ribu pasukan. 
5. Sebelum itu?  kiprah karayuki-san yang lebih terdengar gaungnya di negara 
asia2 tenggara ( pulau2 selatan) 











2010/6/20 Dada <wrw....@gmail. com>



  




dada: 
1. Rasanya Taiwan tidak masuk dalam wilayah Ming. Jikapun terjadi interaksi itu 
hanya insidental antara nelayan Tiongkok dan penduduk aborigin dalam bentuk 
barter. 
2. Taiwan memang sudah di kenal di masa dinasti Han , tapi hanya sebatas terra 
incognita , itupun disebut sebagai bunyi yang mirip RyuKyu , kepulauan lain 
3. Perdagangan apa yang di maksud dari penduduk aborigin yang terbelakang? Kira 
jika anda pejabat majapahit , mau berdagang cawat dengan penduduk Papua. Keknya 
klo mau dipaksakan di analisis pun , lebih Tepat , Tiongkok sendiri yang tidak 
interesting berdagang dengan penduduk primitif di Taiwan. Sudah banyak daftar 
tributary negara2 di sekitar Tiongkok , di masa mana Taiwan masuk dalam sistem 
tribut tersebut? 








-- 
-









      

Kirim email ke