Bung Tarto Waseto yb, saya sangat menghormati dan mendukung pendapat ini... rasanya lebih harmoni... John Siswanto
--- Pada Sel, 27/7/10, twa...@yahoo.com <twa...@yahoo.com> menulis: Dari: twa...@yahoo.com <twa...@yahoo.com> Judul: Re: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi Kepada: budaya_tionghua@yahoogroups.com Tanggal: Selasa, 27 Juli, 2010, 9:18 PM oh iya, sudah pastinya, Seperti saya, selain memiliki nama "Tarto Waseto" sbg nama Indonesia yg menandakan bhw saya adalah warga negara Indonesia, saya juga memiliki nama mandarin "Du Chen Ta" yg menandakan bhw saya adalah keturunan Tionghoa. Saya kira, kita boleh saja bertempat tinggal dimanapun juga, menjunjung tanah dan langit dimana kita tinggal, atau memiliki kepercayaan apapun, tetapi kita tetap tidak boleh melupakan orang tua, tradisi budaya dan leluhur kita. Tanpa ada leluhur/ orang tua dan tradisi budaya kita, tidak mungkin ada kita sekarang disini... Heheheheh... Dan tidak akan ada milis ini kaleee.. Salam. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: ANDREAS MIHARDJA <mihar...@pacbell. net> Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Tue, 27 Jul 2010 19:29:22 -0700 (PDT) To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> ReplyTo: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi Memang saya juga melakukannya dan semua memakai american name - tetapi oleh karena sewaktu mereka lahir saya belum pasti akan tinggal dimana saya memberikan mereka juga 100% chinese name. Andreas From: "twa...@yahoo. com" <twa...@yahoo. com> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Tue, July 27, 2010 6:36:36 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi Maaf sebelumnya, Ikut nimbrung sedikit, saya tetap menghargai penjelasan suhu Andreas tetapi setlah membaca konsep2 pemikiran suhu Andreas, seharusnya tanah tumpah darah suhu Andreas sekarang adalah Amerika, dan harus melupakan china dan melupakan indonesia. Dan seharusnya nama anak2 suhu harus menggunakan nama2 dlm bhs Inggris, misalnya Michael, John, Bob, Ronald, Barack Obama (?), dll ... Heheheheh... Ini untuk tujuan berasimilasi dengan masyarakat barat di Amerika. Maaf lagi, kalau ada yang salah, dan hargailah HAM. Peace. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: ANDREAS MIHARDJA <mihar...@pacbell. net> Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Tue, 27 Jul 2010 14:09:21 -0700 (PDT) To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> ReplyTo: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi Silahkan lihat internet - nama anak saya dpt kalian ketemukan dgn nama indonesianya. --- Anak² saya semua sama seperti saya berpendidikan cukup tinggi dan hasil penyelidikannya dpt kalian lihat sendiri. Kamu harus mengerti secara juridis dan menurut perjanjian international kamu WNI jadi adalah bangsa Indonesia dan bukan bangsa China. Andreas From: "zho...@yahoo. com" <zho...@yahoo. com> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Tue, July 27, 2010 1:51:14 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi Saya mau tahu essence dari kamu. Dari omongan kamu saya kok terkesan kamu setuju dng anjuran ganti nama. Lantas setelah kamu pindah ke amerika dan menjadi wn amerika, mengapa tidak ganti lagi menjadi nama amerika? Ingin tahu, anak2 kamu pakai nama keluarga apa? Chinese atau indonesia atau amerika? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: ANDREAS MIHARDJA <mihar...@pacbell. net> Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Tue, 27 Jul 2010 12:40:24 -0700 (PDT) To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> ReplyTo: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi Kamu tidak menangkap essence dari tulisan saya. Kalian yg WNI ket chinese tidak salah utk mengakui kalian warganegara Indonesia ket. chinese. Kalian tentu saja harus bangga sekali. Yg kalian harus lupakan adalah kalian Chinese first yg memakai paspor Indonesia. Disinilah perbedaannya. Kalian bukan chinese - kalian bangsa Indonesia dari suku chinese/babah. Don't take one part of my writing out of context - read the whole thing carefully Andreas From: "zho...@yahoo. com" <zho...@yahoo. com> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Tue, July 27, 2010 12:29:02 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi Jika keluarga Kalian yg warga amerika boleh bangga dengan etnicity Kalian yg Indonesia walau sebagian besar tidak lagi mampu bicara bahasa Indonesia! Apa salahnya kami2 tionghoa yg warga indonesia ini juga bangga dng etnicity kami yg tionghoa walau sebagian besar tidak lagi mampu bicara bahasa mandarin??? Logika dari mana nih? Dari amerikakah?? ? Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: ANDREAS MIHARDJA <mihar...@pacbell. net> Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Tue, 27 Jul 2010 10:59:53 -0700 (PDT) To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> ReplyTo: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi Oleh karena persoalan assimilasi dan integrasi masih merupakan topic panas dan dapat memanaskan - ini saya baca dari tulisan didalam milis ini dari komentar tulisan saya - saya akan mecoba memberikan info lebih banyak dan setelahnya silahkan kalian berpikir sendiri dan mengambil konklusi sendiri. Memang didalam persoalan integrasi ket china di_Indonesia - sejarah jaman belanda [=devide et impera] bermain peranan penting yg kemudian disusul dgn peristiwa PP-10 dan perjanjian Sukarno -Chou Enlai utk mengirim kembali expatriate China ke China. Sukarno memang melakukan politik discriminasi dan ingin mengusir ket. China keluar Indonesia bersama yg ket. Belanda atau yg merasa belanda. Dia ingin hanya suku pribumi harus menetap dan memerintah Indinesia. Juga didalam persoalan pemilihan kewarganegaraan yg harus dilakukan berdasarkan konferensi meja bunder - dimana penduduk Indonesia ket non pribumi harus memilih kewarganegaraan mereka- either Belanda, [dan harus pulang ke Belanda] atau utk yg ket. China - PRC/ROC dan juga dianjurkan utk pulang kenegara pilihan mereka. Majority dari suku ket. China/babah mengambil option utk jadi WNI sebab sudah membaur kebudayaan dan tidak bisa memakai chinese utk kommunikasi. Mungkin 10-15%[??] mengambil PRC atau menjadi stateless kalau pro ROC. Sewaktu itu Jus sanguinis masih dipakai oleh kedua China - tetapi sekarang hanya masih diakui oleh ROC [dgn banyak exceptionnya] Jaman sekarang PRC, HK, Macau hanya mengakui jus logic dan tidak mengakui Jus soli atau sanguinis. ROC masih dubious - kalau masih second generation masih diakui. ------ . Dwikewarganeraan tidak diakui oleh PRC sedangkan yg lain masih menerima. HK dan Macau mengakui jus soli kalau OT adalah WN mereka dan tinggal legal di daerah mereka. --------- Inilah realitas keadaan. Ini berarti yg tinggal di-Indonesia tidak ada hak utk mendapat paspor ROC, PRC atau HK. Macau seperti halnya dlm 1949/50. Sewaktu Irian diberikan kembali kepada Indonesia [1963] yg keturunan Indo diberikan hak utk optie menjadi Belanda kembali dan melepaskan WNI mereka. Mereka disebut spijtoptanten dan mereka mulai 1964 semua direpatriate oleh Belanda ke negara Belanda. Yang ket. China waktu itu hanya masih bisa repatriate ke Taiwan/ROC sebab PRC sudah mulai ribut dgn Gang of 4. HK juga masih menerima jikalau ada hubungan keluarga, juga Macau. ---- Penduduk Indonesia ket China yg masih merasa mereka chinese biasanya semuanya pro PRC dan meskipun seharusnya berintegrasi - chauvinisme mereka demikian tinggi sehingga semua ajaran Mao ditelan mentah² dgn hasilnya jaman G30S diganas. Yg kembali kePRC banyak yg diganyang HungWeiPing dan achirnya kabur keHK dan banyak berangkat keUS/Taiwan atau keIndonesia kembali. Ini adalah sejarahnya. Jadi harus tahu sendiri. Mereka sebagai suku ket China - suku babah [istilah resmi yg dipakai diMalaysia dan Singapura utk campuran chinese dan pribumi indonesia] seharusnya 100% melupakan China. Nama sudah menjadi nama local [thanks to Sindhunata] dan kebudayaan juga sudah typical babah culture dari S.E.Asia. Apakah kalian kristen, Islam atau Hindu tidak penting Intergrasi sudah terjadi hanya mind belum di-intergrasi. Suharto meskipun dictator seperti Sukarno tetapi mengetahui problematic suku babah dan dgn theory dari Sindhunata memaksakan intergrasi dan saya kira berhasil 95%. - like it or not. Didalam persoalan agama Dao yg masih dianut oleh suku "babah" kita juga lihat bahwa holymen dan women setempat juga dipuja dikelenteng. Kita lihat meja abu dari Rd Surija Kencana dikelenteng Bogor atau mereka yg khitang mempergunakan holymen setempat - kyai Gn Jati, Cirebon, Gn Kawi etc. yg biasanya semua beragama islam tetapi juga dihormati dikelenteng Dao. Sekarang yg harus dilakukan hanya perubahan perasaan yg ada didalam pikiran. Yg ket.Babah mendapat indoktrinasi dari OT mereka bahwa pribumi itu adalah kelas budak. [dpt dilihat dari istilah yg dipergunakan jikalau berbicara] Ini dapat kita lihat dari caranya mereka menerima para pembantu rumah tangga . Like it or not --- para tenaga kerja asing indonesia kalau kerja di Taiwan, HK etc mendapat perlakuan yg sangat human dan bukan budak. Saya secara perseorangan jikalau melihat keadaan ini di-Indonesia sangat sedih sekali. --- ini harus dirubah. Yg ket. chinese kalau keluar Indonesia selalu berpendapat bahwa mereka chinese dari Indonesia dan bukan Indonesian dari suku babah/chinese. Lain negara incl. yg asal dari Malaysia atau Singapore semua berpendapat mereka Malaysian atau Singaporan first. dan suku mereka either chinese, melayu atau keling/india second. Ini filsafat hidup yg dipakai diIndonesia adalah sangat ngawur. Majority dari yg ket. chinese memakai nama indonesia, berbicara dlm bah indonesia dan sudah tidak tahu nama chinese mereka atau tidak mampu pakai bah. chinese. Inilah yg menjadi buah tertawaan utk chinese dari China atau Taiwan. How can they say they are chinese. Saya WN USA memakai nama Indonesia tetapi berbicara didalam rumah dlm bah mandarin dan diluar dlm bah Ingeris [keluarga saya tidak bisa pakai bah. Indonesia] - saya kalau ditanya ethnicity saya menjawab saya USA citizen from Indonesian origin dan saya tidak malu utk mengakuinya. Anak saya semua menjawab mereka USA-citizen ket. Indonesia meskipun semua mempunyai nama chinese mereka dari marga Chen dan tidak pernah menginjak Indonesia. Mereka proud of their ethnicity. Kenapa yg diIndonesia masih tetap berpikir mereka Huachiao. Mereka sama sekali bukan Huachiao. Kalau mengakui Huaren mungkin masih diterima. Inilah yg masih harus dirubah didalam pola berpikir. ------ Nanti setelah menerima realitas dan ingin mencari roots atau leluhur - ini adalah tindakan yg harus dihormati. Kalian mau kemana dgn filsafat hidup kalin - apakah ingin mengulang tragedi Tangerang, PP-10, G30S, Glodok etc oleh karena yg ket. babah tidak ingin atau mampu berintegrasi ?? --- It's all your choice. Andreas From: "zho...@yahoo. com" <zho...@yahoo. com> To: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Sent: Mon, July 26, 2010 11:53:14 PM Subject: Re: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi Nggaklah. Jika anda cermati kiprah mereka, anda akan tahu pikiran dan gerakan mereka sudah ada sebelum peristiwa 66. Dan mereka bahkan yg berperan aktif dlm berdemo dan pegambil alihan berbagai lembaga pendidikan tionghoa, termasuk trisakti milik baperki. Jadi langkah mereka bukanlah defensif, tapi super aktif, ini dlm rangka menjalankan ideologi mereka, selain faktor pemasaran agama, juga faktor ideologi anti komunisnya. Mereka memandang faktor budaya menjadi tali pengikat masyarakat tionghoa dng negeri leluhur yg komunis. Ideologi komunis pun menjadi mudah masuk. Sent from my BlackBerry® powered by Sinyal Kuat INDOSAT From: Robertus R Suhartono <robertus_suhartono@ yahoo.com> Sender: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Date: Tue, 27 Jul 2010 13:05:32 +0800 (SGT) To: <budaya_tionghua@ yahoogroups. com> ReplyTo: budaya_tionghua@ yahoogroups. com Subject: [budaya_tionghua] Tentang asimilasi Isu asimilasi harus dicermati dalam konteks sosial politik waktu saat itu (tahun 1960'an). Saya bisa memahami Shindunata dkk kenapa saat itu menganjurkan asimilasi yang tujuan akhirnya 'melenyapkan' identitas dan budaya Tionghoa agar orang Tionghoa tidak dipermasalahkan terus oleh penduduk 'pribumi' termasuk tekanan dari pemerintah menjelang dan sesudah tragedi 1965. Maklumlah, orang militer sebagai pemenang tahun 1965 kan sukanya yang serba seragam dan Tionghoa dianggap orang yang seragamnya berbeda dan harus disamakan dengan lainnya. Bahkan seorang yang bernama Yunus Yahya (d/h Lauw Tjuan Tho) menganjurkan orang Tionghoa masuk Islam agar persoalan asimilasi bisa berjalan lebih cepat. Pendapatnya saat itu malah lebih membuat resah orang Tionghoa.