Maaf kalo saya yang terlalu tidak tau.
Tapi saya juga kembali heran, Koq banyak pendukungnya!
Karena banyak pendukungnya, maka bisa sampai ke tampuk pimpinan.

Memang kita tidak perlu berharaf "akal bulus" misalnya akan hilang 100%.
Sepanjang masih ada yang namanya nafsu dalam diri umat manusia.
Jangan berharaf kebathilan akan habis 100%. Itu mustahil, bahkan di zaman para Nabi-Nabi sekalipun. Tapi coba bandingkan praktek serupa antara "zaman kediktatoran" dgn "era demokrasi". Pastilah jauh beda-nya.

Mengenai partai pemenang pemilu yang orang-orangnya banyak mengisi tempat-tempat penting? Itu sih wajar.....!!!!! Masa saya sebagai pimpinan perusahaan mau milih orang yang tidak saya kenal walau capable, sementara orang yang saya kenal yang saya rasa capable juga ada. Yang masalah adalah orang yang saya pilih itu tidak capable. Karena antara pimpinan dan pembantu harus kerja sama bahu membahu menghadapi segala tantangan yang ada.
Makanya kalau menangkan pemilu-nya.

Dan sejarah membuktikan, pemimpin yang tidak kapable relatif tidak akan berlansung lama.

Mengenai Pak BR(Pak BR, maafkan saya karena mempergunakan namanya), saya sedikit tau dari awal-pertengahan tahun 90-an. Karena saya banyak mengambil manfaat dari berbagai karyanya di bidang internet. Walau udah hampir pasti beliau tidak mengenal saya. Dan saya sama sekali tidak pernah meragukan niat baiknya, segudang hasil keringatnya dalam membangun per-internet-an komunity Indonesia merupakan bukti nyata.

Mungkin itu.
Maaf, kalau saya ternyata terlalu banyak tidak tau.
Maklum, baru "turun gunung".

Salam damai,
MRW

Gede Buwana Mahartapa wrote:
Nampaknya banyak teman-teman yang sangat mengenal baik beliau pak. Kebetulan saya juga tidak kenal. Hanya tahu nama "yang terkenal itu".

Tapi saya ingin mengomentari komentar soal "Zaman Kediktatoran".
Di negara yang dinilai sebagai negara yang demokratis saja ada Mafia dan
Kartel pak, jadi mungkin juga terjadi di Indonesia bahkan di jajaran pejabat
kita.

Contoh sederhana, jika sebuah partai menang di pemilu, maka banyak pejabat
dari partainya mengisi tempat2 penting. It's politic. Terjadi dimana mana.

Agree ?

Cheers,


-wawan



-----Original Message-----
From: Marowa [mailto:[EMAIL PROTECTED]
Sent: Thursday, July 28, 2005 11:57 AM
To: [EMAIL PROTECTED]
Subject: Re: [ccTLD-ID] Selamat buat bapak Teddy

Saya selaku orang awam dan orang baru, merasa heran.
Koq mail-mail yang datang seputar masalah ini hampir kedengaran sinis
semua. Lalu seakan-akan yang disalahkan adalah sang pejabat tsb. Kalo
beliau mampu, "why not?", walau kalau mau jujur, rangkap jabatan memang
banyak sisi negatif-nya.

Terus, yang nunjuk beliau siapa?
Kalo merasa sang Pejabat kurang kapable, yah... salahkan yang ngangkat
dulu dong. Harus fair dalam berkomentar.
Kalaupun sudah terlanjur, hasil kerjanya yang akan menilai kapable atau
tidak. Jadi beri kesempatan. Kalo ternyata dirasa tidak mampu, yah minta
diganti. Toh sekarang bukan zaman kediktatoran lagi.

Atau cuman saya yang masih terlalu buta dengan keadaan di sini?
Atau se-gelap itukah keadaan di sini?

salam damai,
Mrw

[semua komentar di-delete]


--
This message has been scanned for viruses and
dangerous content by MailScanner, and is
believed to be clean.






Kirim email ke