* Sinopsis buku "ENDLESS LIFE - Kisah Perjuangan Hidup Seorang Pengidap Marfan's Syndrome :* **
Namaku Wahyu Ajeng Suminar. Semenjak kecil aku telah divonis mengidap *Marfans' Syndrome*, yang membuat penglihatanku nyaris buta, tulangku tumbuh semakin panjang melebihi orang normal, hingga Aorta jantungku ikut membesar, membuatku sulit bernapas. Penyakit langka yang sampai sekarang tak ada obatnya ini, membuat setiap detik dalam hidupku harus berhadapan dengan probabilitas jarum maut. Aku dan ibuku mungkin tak memiliki apa-apa, namun aku berusaha berbuat yang terbaik demi sekitarku, karena aku percaya kebaikan kecil yang kita berikan akan selalu menjadi mata rantai kebaikan yang menular. Tak penting bagaimana kehidupan mengambil hal paling berharga dalam hidupku, namun penting bagaimana aku menjalani dan tak menyerah olehnya. Terbitnya buku ini adalah mimpiku. Karena aku beranggapan bahwa terbitnya buku ini akan menjadi jalan untuk menginspirasi banyak orang seperti cita-citaku menjadi seorang inspirator. Dengan demikian visi misiku di Inspiration of Qudwah dapat terwujud. *"Ajeng mengajarkan saya tentang semangat dan harapan. Hubungannya dengan sang bunda mengajarkan saya agar meneguhkan cinta tertanam untuk anak-anak. Mengeratkan kasih yang membelit dengan bentuk apa pun bagi buah hati yang tidak 'sempurna' sekali pun".* * * *Shahnaz Haque, artis dan presenter Indonesia Siesta * * * * * ** *"Kini, Ajeng telah tiada. Ia benar-benar telah dipanggil oleh Sang Pencipta, Tuhan yang memiliki dirinya dan kehidupannya, dalam usia 23 tahun. Tetapi Ajeng menatapnya dengan tersenyum. Karena, memang bukan kematian yang merisaukannya, melainkan bagaimana hidupnya terisi dengan mimpi-mimpi indah yang sejak lama dirindukannya".* * * *Agus Mustofa, penulis buku-buku serial diskusi tasawuf modern* * * * * *"Menjadi inspirator bagi orang lain yang juga tengah menderita. Membuat malu orang lain yang justru tidak bisa mensyukuri 'kesempurnaan'nya. Ajeng mampu merangkul penderitaan menjadi kawannya, bukan lawan. Seseorang yang berhasil mengolah halangan menjadi tantangan".* ** *Nalini Muhdi Agung, psikolog dan dosen psikologi Universitas Airlangga*