Gak Ada yang Lucu di AKDL
By morningdew

Point khusus pertama buku ini adalah covernya. Ini cover terbagus yang
pernah saya lihat. Lucu..! (kalau ada yang lebih bagus dari ini,
berarti saya belum pernah lihat hihii…)

Terus poin kedua, baru tahu kalau Dedew manggil ortunya Mama dan Abah.
Asikkk… Lha, emang kenapa? Banyak yang protes atau heran, kok Syafiq
(anak saya) manggilnya Mama sama Abah? Ternyata, jaman dahulu kala
sudah ada pendahulunya yang `aneh'. Legaaa dehh… (hu.. ini sih bukan
resensi…)

Sama seperti AKD, rupanya buku ini cukup membuat air mata saya
mengalir. Lah.. katanya dodol, kok nangis?? Iya.. itu nangis
ketawa-tawa. Mana ketawanya pake ditahan-tahan. Ya, ja'im dong sama
anak-suami, juga nahan diri biar tidak tertawa terlalu keras. Rumah
tipe 21 gitu lho… Kalau tertawa keras bisa mengganggu tetangga.
Alhasil, selain sakit perut, mata-lah yang menjadi korban dengan
mengeluarkan air mata berlebih. Huh!!

Tapi, sempat juga sih tertawa keras, sampai membuat Shofie (2 tahun)
menengok ke Mamanya keheranan. "Ma.. tutu Ma? Tutu..?" (Ma, lucu?)
"Iya,"
Shofie pun datang menghampiri. Melihat dengan serius halaman buku yang
sedang saya baca.
"Nana.. tutu ga ada, hu…!" (mana, lucunya nggak ada, huuuu…) katanya
bersungut-sungut dan pergi.
Wuahahaha…..
Kata Shofie, nggak ada yang lucu di AKDL.

Sepertinya Dedew memang ditaqdirkan menjalani kehidupan yang memang
dodol dan dia bisa menuliskan kedodolannya dengan sedodol-dodolnya.
Walaupun seorang penulis dodol, tapi bila tidak mempunyai pengalaman
yang sedodol Dedew, niscaya hasilnya tak sedodol buku ini. (uhh..
mbingungi banget sih, hihi..) Intinya saya mau bilang, buku ini
menjadi sangat dodol karena didukung dua hal: peristiwanya yang memang
dodol plus diramu dengan kelihaian merangkai kata dodol. Ini yang
menjadi ciri khas buku ini (AKDL) juga buku sebelumnya (AKD). Susah
untuk ditiru jadinya, hehe… Dedew banget gitu lho..

Catatan mahasiswa gokil. Ya, itulah isi buku ini. Terdiri dari 21
kisah true story dodol. Namun walaupun dodol, sebenarnya bila hati
kita terbuka, akan tertangkap `pelajaran berharga'. Untuk yang paling
jelas saja, kisah yang berjudul "Bye-Bye Benda Panjang". Maksud dari
tulisan itu jelas. Jauhilah benda yang sering membuat pusing dan
merugikan orang lain itu.

Adalagi krisis pede hanya karena masalah bodi yang jauh dari artis.
Sebuah krisis yang sangat berbahaya bagi cewek, terutama ABG, bila hal
ini berkepanjangan, dan membuatnya nekad melakukan permak apa pun demi
mengubah penampilannya.

Masalah kebiasaan sahur pun dibidik dalam buku ini. Juga kisah cinta
mati pada cowok yang tak seharusnya dilakukan cewek, sampai ke
pergaulan bebas. No..no…

Kehidupan anak kos tergambar jelas di sini. Walaupun, tentu saja itu
tak mewakili semua jenis kos-kosan. Namun, buku ini bisa sebagai acuan
sebelum kita memutuskan untuk kos. Mulai dari memilih tempat kos yang
cukup beberapa orang saja atau sejagat orangnya, yang punya ibu kos
atau tidak, `tipe' orang yang akan tinggal bersama kita, dan lainnya.
Selain yang mau nge-kos, rasanya para ortu pun sebaiknya membaca buku
ini, sebagai gambaran akan melepas anaknya dalam kos-kosan dan
pergaulan yang seperti apa.

Hemm.. kita lihat dua puluh tahun mendatang, yuk. Dedew akan melepas
Nai (putrinya) di tempat kos seperti apa? Atau malah ga boleh nge-kos
hihihihi…

Eh ya,… herrmm… dari semua tulisan yang ada, saya nggak ngebayangin
bila yang baca cowok. Bagaimana bayangan mereka membaca tingkah
cewek-cewek gokil yang dituliskan seperti itu? Heheh..

Kesimpulannya, walaupun dodol, buku ini `berisi serius'. Semoga saja,
ini semua tertangkap oleh pembacanya setelah tertawa terbahak-bahak.

Yuk ah…
Cerita kos sudah habis Dew? Setahun-dua tahun bisa muncul lagi kok,
"Emak-emak Komplek Dodol…" huihihi… Seru juga lho pergaulan di komplek
perumahan. Apalagi klo yang full emak-emak di rumah. Wahh…

Aan Wulandari
http://diansya.multiply.com/reviews/item/6

Kirim email ke