RIAU POS Ada Apa dengan Hutan?
14 Juli 2007 Pukul 09:41 Pernahkah Anda memasuki suatu kawasan hutan yang memiliki pohon dengan tajuk-tajuk lebar? Atau paling tidak-pernahkah Anda berteduh di bawah pohon rindang ketika siang hari-di mana cahaya terik matahari menyengat kulit? Apa yang Anda rasakan? Sejuk? Jika jawaban Anda tidak pernah, maka Anda termasuk orang yang perlu dikasihani. Salah satu fungsi hutan adalah membentuk iklim mikro yang berbeda dengan iklim sekelilingnya. Anda bisa saja berteduh di bawah kanopi yang terbuat dan plastik, tapi dibandingkan bila Anda berteduh di bawah pohon rindang rasanya pasti akan berbeda. Itu karena pohon bisa menghasilkan uap air dan oksigen yang secara bersamaan dilepaskan ke udara pada siang dan ketika pohon tersebut melakukan proses fotosintesis. Bisakah kanopi di rumah-rumah dan ruko-ruko Anda melakukannya? Tak dapat dipungkiri apabila keperluan dunia akan kayu semakin lama semakin meningkat, adakah seseorang yang di rumahnya tidak ada sesuatu pun yang berasal dari bahan kayu? Bahkan kita pun akan tetap menulis di bebatuan apabila teknologi pembuatan kertas dari kayu tidak ditemukan. Pertanyaannya sekarang adalah, pernahkan Anda berfikir dari mana kayu-kayu yang Anda pergunakan itu berasal. Dari halaman rumah Anda atau dari hutan? Saya yakin sebagian besar akan menjawab dari hutan. Indonesia mengalami kerusakan hutan sebanding dengan luas enam lapangan sepak bola setiap menitnya, Anda bisa hitung berapa hektare yang telah dirusak sejak Anda membaca artikel ini. Hutan di Riau telah mengalami kerusakan yang sangat parah, mulai dari illegal logging yang dibekingi oleh oknum aparat, konversi hutan alam menjadi perkebunan kelapa sawit dan karet, kebakaran hutan yang sudah menjadi agenda, dana reboisasi yang terus disikat dan sederet faktor penyebab kerusakan hutan lainnya yang tak kunjung berhenti mengrogoti "kekayaan" negeri ini. Ini semua seperti penyakit kangker yang menyerang paru-paru seseorang, hutan sebagai paru-paru dunia semakin lama akan semakin aus dan akhimya tidak berfungsi lagi sebagaimana semestinya. Udara akan menjadi sangat panas, angin akan bertiup lebih cepat, curah hujan akan semakin berkurang, konsentrasi gas-gas penyebab efek rumah kaca semakin meningkat, terjadi penyimpangan iklim global yang begitu cepat. Kalau sudah begini Anda pasti tidak akan betah berlama-lama di luar rumah, alih-alih berjalan di perkarangan, Anda pasti akan lebih memilih berlindung dalam ruangan ber-AC yang (juga) akan semakin memperparah keadaan lingkungan. Adalah suatu kejahatan universal yang sulit dimaafkan bila seseorang atau sekelompok orang merusak hutan baik sengaja ataupun tidak. Jangan lagi mengatakan hutan adalah warisan nenek moyang kita, karena memang tidak pernah terbukti nenek moyang kita telah menanam hutan untuk kita. Mereka yang dengan serakah membabat hutan kita pada dasarnya adalah pembunuh berdarah dingin, mereka telah banyak membunuh tapi tidak merasa membunuh. Tidak hanya membunuh hewan-hcwan hutan, mereka juga -secara tidak langsung- telah banyak membunuh manusia, sebagai contoh banjir dan tanah longsor yang memakan korban jiwa sebagian besar diakibatkan karena kerusakan hutan. Sialnya lagi kita tidak sadar dengan membiarkan hutan rusak kita telah menyiapkan kuburan-kuburan massal untuk generasi mendatang. Kerugian yang kita derita akan lebih banyak dibanding keuntungan yang didapat bila praktik illegal logging terus berlajut. Ada beberapa kerugian yang akan saya kemukakan. Pertama, produksi oksigen dan uap air oleh hutan akan berkurang, akibatnya udara akan kering dan panas. Hal ini (juga) dalam jangka panjang ikut bertanggung jawab terhadap berkurangnya curah hujan di suatu wilayah. Kedua, konservasi air akan sangat sulit diwujudkan bila hutan rusak, air akan lebih cepat mengalir di permukaan ke tempat yang lebih rendah tampa terhisap oleh tanah dan tanaman terlebih dahulu. Ketiga, membantai hewan-hewan dan ekosistem hutan seperti gajah, harimau, macan, beruang, rusa, badak dan lain-lain. Keempat, akan banyak species-species lokal yang punah. Kelima, tanah akan menjadi tidak subur karena terjadi erosi pada lapisan atas atau erosi top soil. Keenam, kerusakan hutan akan berpotensi sangat besar mengurangi volume kayu yang harusnya bisa diproduksi. Kayu dengan kualitas baik akan sulit tersedia, bila tersedia pun harganya akan sangat tinggi. Selain dari kerugian-kerugian di atas, masih tersisa berlusin-lusin kerugian akibat illegal logging yang merusak hutan lainnya. Potensi hutan sebenarnya tidak hanya kayu, buktinya pelancong di Thailand rela merogoh ratusan dollar dari saku mereka hanya untuk melihat hutan dengan menaiki gajah. Terbukti hutan bisa menghasilkan tanpa harus dirusak, hanya dilihat. Saya tidak tahu solusi untuk menjaga "tabungan" masa depan ini dari "perampok-perampok terhormat" selain dengan membrantas illegal logging dan melakukan reboisasi bebas korupsi. Negeri kita tidak kekurangan orang-orang kuat dan tokoh cerdas untuk melakukan itu semua, kita hanya kekurangan orang jujur. Namun, bila pemimpin dan penegak hukum negeri kita tetap ikut menjarah entitas hijau ini, tenang saja, kita masih punya ajian pamungkas, menyebarkan biji-bijian ke tanah lalu berdoa. Jika hutan telah habis dibabat, ikan telah habis dipancing, pertanian sudah tidak subur, mungkin manusia baru sadar mereka tidak bisa makan uang illegal logging.** Habibi Satrio, mahasiswa Jurusan Konservasi Sumber Daya Hutan Fakultas Kehutanan UGM Jogjakarta. Asal Pekanbaru. [Non-text portions of this message have been removed]