http://www.antara.co.id/arc/2007/9/6/saatnya-peningkatan-dagang-indonesia-rusia/

06/09/07 14:33

Saatnya Peningkatan Dagang Indonesia-Rusia
Oleh Yuri Alfrin Aladdin


Jakarta (ANTARA News) - Salah satu agenda pembicaraan Presiden Rusia Vladimir 
Putin dalam lawatannya ke Indonesia, Kamis, ialah membicarakan peningkatan 
hubungan perdagangan kedua negara.

Masalah peningkatan hubungan perdagangan itu telah lama disadari potensinya 
oleh para pengusaha kedua negara, namun masih terhadang banyak kendala.

"Perdagangan kita masih sangat di bawah potensi yaitu jumlahnya hanya sekitar 
680 juta dollar AS. Dan ini sangat kecil dibandingkan potensi yang ada. Potensi 
perdagangan kedua negara sangat besar dan perlu ditingkatkan," kata Juru Bicara 
Kepresidenan Dino Patti Djalal.

Karena itu, kata Dino, ada keinginan untuk meningkatkan target perdagangan 
mencapai 1 miliar dolar AS dalam waktu dekat. "Dan saya yakin ini dapat 
tercapai," katanya.

Kedua negara ini, katanya, sangat berkepentingan untuk meningkatkan hubungan 
dagang, menyusul terus meningkatnya pertumbuhan ekonomi di dua negara. 
Indonesia tumbuh sekitar enam persen, dan Rusia tumbuh 6,6 persen.

"Ekonomi negara itu (Rusia) mencapai 730 miliar dolar AS per tahun sehingga 
potensinya sangat besar untuk ditingkatkan," katanya.

Keyakinan bahwa peningkatan kerjasama dapat ditingkatkan, diutarakan Dino, 
terlihat dari komitmen Rusia untuk memberikan pinjaman lunak kepada Indonesia 
untuk membeli peralatan militer dari Rusia.

Sementara itu, Ketua Kadin Indonesia Komite Rusia dan CIS (Commonweath of 
Independent States) Didie W Soewondho kepada wartawan baru-baru ini mengatakan, 
Rusia bisa jadi harapan baru bagi perkembangan ekonomi Indonesia.

Dikatakan Didie, produk-produk Indonesia sudah ada di Rusia, walau masih 
dilakukan negara ketiga seperti Polandia dan Bulgaria. 

Indonesia mengekspor komoditi perkebunan seperti teh, kopi, dan minyak sawit 
mentah serta hasil industri pengolahan, seperti garmen dan elektronika, 
sementara Rusia mengekspor metalurgi dan kimia.

Menurut Didie, kedua negara bertekad membuat nilai perdagangan berlipat ganda 
dalam beberapa tahun mendatang menjadi sekitar 2,5 miliar dolar AS.

Ekspor Indonesia diharapkan mencapai 1,3 miliar dolar AS, sementara ekspor 
Rusia menjadi sekitar 1,2 miliar dolar AS.

Hambatan dan Peluang

Hubungan bilateral ekonomi dan perdagangan antara Rusia dan Indonesia 
sebetulnya telah menunjukkan kecenderungan positif, dengan kedua negara 
memiliki ketertarikan untuk meningkatkan kerjasama di berbagai bidang, seperti 
perdagangan, ekonomi, investasi, penelitian, serta perluasan kontak di kalangan 
pengusaha.

Data statistik Dinas Kepabeanan Federal Rusia seperti dikutip situs Kedubes 
Rusia di Jakarta, www.indonesia.mid.ru, menyebutkan bahwa total nilai 
perdagangan kedua negara pada 2006 sebesar 607,2 juta dolar AS atau naik 10,1 
persen dibandingkan dengan tahun 2005.

Disebutkan bahwa ekspor Indonesia ke Rusia tahun 2006 adalah sebesar 186,9 juta 
dolar AS atau turun 7,7 persen dibandingkan dengan tahun 2005, sementara impor 
Indonesia dari Rusia sebesar 420,3 juta dolar AS atau naik 20,4 persen 
dibanding tahun sebelumnya.

Total neraca perdagangan pada periode January-Maret 2007 tercatat sebesar 179,3 
juta dolar AS atau naik 60 persen dibandingkan dengan periode yang sama tahun 
2006 yaitu 111,9 juta dolar AS.

Itu, termasuk ekspor Indonesia ke Rusia sebesar 63,4 juta dolar AS atau naik 77 
persen dibandingkan dengan periode sama tahun 2006 yaitu 35,7 juta dolar AS.

Sementara itu, data statistik Indonesia yang bersumber dari Badan Pusat 
Statistik (BPS) menyebutkan angka berbeda, yakni total perdagangan pada periode 
Januari-Oktober 2006 tercatat sebesar 551,7 juta dolar AS, turun 5,05 persen 
dibandingkan dengan periode yang sama tahun 2005 yaitu 581,1 juta dolar AS.

BPS mencatat bahwa nilai ekspor Indonesia ke Rusia pada tahun 2006 untuk 
periode Januari-Oktober sebesar 202,5 juta dolar AS, turun 6,41 persen 
dibandingkan dengan periode sama tahun 2005.

Nilai impor Indonesia dari Rusia pada 2006 periode Januari-Oktober tercatat 
sebesar 349,3 juta dolar AS, turun 4,24 persen dibandingkan dengan periode yang 
sama tahun sebelumnya.

Dalam perdagangan luar negeri Indonesia, Rusia menempati urutan ke-34 sebagai 
pasar ekspor dan urutan ke-23 sebagai pasar impor Indonesia.

Situs Kedubes Rusia menyebutkan terdapat beberapa hambatan dalam perdagangan 
Indonesia-Rusia, antara lain kontak dagang antar pengusaha kedua negara masih 
relatif rendah karena belum intensifnya kunjungan dagang dari kedua belah pihak.

Dikatakan bahwa pengusaha Indonesia belum begitu tertarik mengikuti pameran 
dagang yang diselenggarakan di Rusia, ditambah dengan biaya perjalanan untuk 
melakukan penjajakan pasar relatif besar, sedangkan kontrak pembelian belum 
tentu ada.

Hambatan lainnya, adanya kebijakan mengenai pengawasan arus keluar masuk valuta 
asing serta pelaksanaan kebijakan pungutan bea cukai kurang transparan di 
Indonesia, dengan pengusaha yang mempunyai akses terhadap pejabat bea cukai 
akan mendapat keuntungan dibandingkan dengan pengusaha yang tidak mempunyai 
akses.

Disebutkan pula mengenai masih banyaknya kebijakan di antara kedua negara yang 
cenderung bersifat "barrier to entry" seperti keharusan untuk mencantumkan 
label atau notasi-notasi lainnya serta tidak dimungkinkannya pembayaran pajak 
dengan mata uang asing yang kuat, sehingga dunia usaha sangat dirugikan dari 
segi nilai tukar.

Kedubes Rusia juga menyebutkan bahwa para importir di kedua negara masih enggan 
melakukan pembayaran dengan sistim L/C ("letter of credit") karena pembayaran 
dengan L/C akan dibebani bunga, serta kurangnya hubungan antara bank komersial 
kedua negara dalam memberikan jaminan atas pembayaran.

Didie W Soewondho membenarkan bahwa salah satu hambatan perdagangan dan 
investasi bagi kedua negara ada di sektor perbankan. 

Namun, kata dia, hal itu sudah bisa diatasi dengan adanya kerja sama antara 
Bank Mandiri dan bank terbesar kedua Rusia, Vneshtorg Bank, sebagai bank 
koresponden. 

Sementara dari sisi peluang, terlihat bahwa pasar Rusia memberikan peluang yang 
cukup besar bagi berbagai produk ekspor Indonesia.

Besarnya peluang tersebut secara indikatif ditunjukan oleh kinerja perekonomian 
Rusia yang semakin baik dan cenderung semakin berkembang, dengan tingkat 
pendapatan per kapita saat ini sekitar 12 ribu dolar AS.

Jumlah penduduk Rusia yang cukup besar yakni 141,37 juta jiwa dengan 36 persen 
penduduknya adalah kelas menengah merupakan pasar yang potensial bagi ekspor 
Indonesia.

Pihak Rusia juga mencatat bahwa produk Indonesia yang berpeluang ditingkatkan 
ekspornya di pasar Rusia antara lain mesin dan alat listrik, minyak sawit, teh, 
kopi, kakao, tembakau, alas kaki, pakaian dan barang dari kayu.(

Reply via email to