Refleksi: Kalau membohong dengan memalsukan dokumen dalam hal ini adalah dosa atau tidak?
http://www.indopos.co.id/index.php?act=detail&id=9580 Rabu, 21 Nov 2007, Kisah Wanita Hamil Tujuh Bulan yang Lolos ke Saudi dengan Bantuan Joki Sudah Jatuh sejak Turun dari Tangga Pesawat Didorong keinginan untuk segera berangkat haji, Harti bin Darmo nekat memalsu dokumen kesehatan. Baru setiba di Madinah, wanita asal Muara Angke, Jakarta Utara, itu diketahui hamil tujuh bulan. Kini dia mendapat perawatan khusus. Bukan hanya soal kehamilannya, tapi karena mengalami gagal jantung kelas dua. SOEPARLI DJUMATMADJI, Madinah SEORANG perempuan terbaring di dipan ruang perawatan jamaah haji Indonesia di Madinah kemarin. Dialah Harti bin Darmo. Di dipan sebelah kiri, duduk sang suami, Sobirin. Dua dipan lagi di ruang berukuran 3 x 4,5 meter persegi itu kosong. Sebuah AC windows terpasang di salah satu sudut ruang tersebut. Meski begitu, kipas angin yang tergantung di langit-langit ruang juga tetap dinyalakan. Harti adalah jamaah haji kloter pertama Jakarta yang tiba di Bandara Madinah Sabtu petang (17/11). Dia terpaksa dirawat di ruang perawatan Sektor 3 Daerah Kerja Madinah karena tiba-tiba lemas dan jatuh saat hendak menaiki anak tangga di pemondokan jamaah di Hotel Dallah, Madinah. Tim kesehatan yang menyambut kedatangan jamaah kloter satu Jakarta itu langsung membawanya ke kantor sektor. Saat diperiksa di ruang kesehatan, dokter menemukan Harti hamil tujuh bulan. Tentu, dokter kaget. Sebab, menurut ketentuan, wanita hamil mestinya tidak bisa berangkat. Saat periksa kesehatan, calon jamaah haji perempuan juga diminta membuat pernyataan tidak akan hamil selama proses haji. "Jadi, mengherankan dia bisa lolos tes kesehatan," kata dr Hj Shelly SpPD dan dr Zubaedah SpP yang menangani Harti di Sektor 3 Madinah. Rupanya, Harti pakai "joki" agar lolos tes kesehatan. Dia meminta sang adik, Hariati, menggantikannya menjalani tes kesehatan di puskesmas. Karena itu, di buku kesehatan jamaah haji (buku hijau), Harti bin Darmo dinyatakan sehat dan tidak hamil. Bukankah ada foto jamaah di buku hijau? "Foto itu benar foto saya. Tapi, yang datang ke puskesmas untuk diperiksa kesehatan adik saya. Kami memang mirip. Kata orang malah seperti saudara kembar saja. Kebetulan, usia kami juga cuma selisih setahun," kata Harti saat ditemui Jawa Pos di ruang perawatan Sektor 3 Madinah kemarin. Harti bukan tidak tahu wanita hamil berisiko bila nekat berangkat haji. Namun, niat menjalankan ibadah haji mengalahkan segalanya. Apalagi kerabat dan para tetangga pun mendorongnya agar segera berangkat. "Katanya tidak baik menunda-tunda rencana naik haji. Mereka bilang pamali," katanya. Rupanya, Harti dan suami sudah memenuhi ongkos naik haji sejak 2005. Saat itu, mereka diminta menunggu setahun. Pada 2006, pasangan itu sebetulnya sudah mendapatkan nomor kursi. Namun, keberangkatan ke tanah suci harus batal karena Harti keguguran. "Sedih sekali rasanya. Tapi, mau bagaimana lagi," kata pemilik restoran seafood di Muara Angke itu. Terpaksa, keduanya menunggu setahun lagi. Gayung bersambut. Harti dan suami kembali mendapat kursi untuk berangkat haji tahun ini. Problemnya, saat itu dia hamil dua bulan. Ini kehamilan keenam yang dialami Harti. Kenapa tidak pakai KB? Ditanya begitu, malu-malu dia menjawab, "Tidak boleh suami. Katanya, takut Allah murka kalau saya pakai KB." Tentu, Harti khawatir. Sebab, dia tahu wanita hamil tidak boleh pergi haji. Padahal, dia dan suami sudah sangat ingin pergi haji. Dalam kekhawatiran itu, Harti menemui kakaknya yang telah lebih dulu menunaikan ibadah haji. Ternyata, sang kakak tidak melarang. Bahkan, dia pernah membantu wanita hamil agar bisa lolos pemeriksaan kesehatan. "Katanya, tinggal cari orang yang wajahnya mirip untuk menggantikan saya mengikuti pemeriksaan kesehatan," kata Harti. Bagi Harti, itu tidak sulit. Sebab, sang adik mirip sekali dengannya. Usia mereka juga hanya terpaut setahun. Maka, disepakati Hariati menggantikan Harti menjalani pemeriksaan kesehatan. Saat diminta foto, Hariati menyodorkan foto asli sang kakak. Dan, tidak ada petugas kesehatan yang curiga. Alhasil, pada buku hijau kondisi kesehatan, Harti dinyatakan sehat. Ditambah perut Harti yang tergolong kecil untuk ukuran wanita hamil tujuh bulan, segalanya lancar hingga kloter pertama jamaah haji Jakarta terbang dari Bandara Soekarno-Hatta, Jakarta, Sabtu. Di dalam pesawat, Harti juga tak merasakan keluhan apa pun. "Saya doyan makan minum dan merasa sehat," katanya. Persoalan mulai muncul saat pesawat mulai mengurangi kecepatan menjelang mendarat di Bandara Amir Muhammad bin Abdul Azis, Madinah. "Tiba-tiba, saya merasa pusing. Badan juga terasa panas dingin. Saya jadi ingat berita-berita tentang pesawat jatuh yang belakangan sering muncul di TV. Saya jadi makin takut," tuturnya. Perubahan mendadak itu membuat kondisi Harti menurun drastis. Saat turun dari pesawat, ibu empat anak itu terjatuh. Tapi, karena khawatir dipulangkan bila ketahuan hamil, dia tidak melapor ke dokter kloter yang menyertai jamaah di pesawat. Namun, kondisi Harti terus memburuk. Setiba di pemondokan di Hotel Dallah, Madinah, Harti merasa tubuhnya tiba-tiba lemas. Di tangga masuk hotel, hampir saja dia jatuh kalau tidak dibantu petugas kesehatan yang menyambut. Melihat kondisi Harti, mereka langsung membawanya ke ruang perawatan di kantor Sektor 3 Madinah. "Kaget sekali kami sewaktu tahu dia hamil tujuh bulan. Apalagi kedua kakinya bengkak," kata dr Shelly SpPD yang memeriksa Harti bersama dr Zubaedah SpP. Karena sudah sampai di tanah suci, panitia haji tidak bisa berbuat apa-apa selain membantu Harti tetap sehat dan bisa menjalankan ibadah haji hingga tuntas. Dikatakan Shelly, karena perubahan kondisi tubuh, jantung wanita hamil memang bekerja lebih keras. Tapi, pada dasarnya, wanita hamil itu sehat. Dalam kasus Harti, Shelly menduga sudah ada yang tidak biasa pada jantung Harti bahkan sebelum hamil. "Saat kami periksa, pasien dalam kondisi gagal jantung kelas II," katanya. Shelly menambahkan, kondisi gagal jantung dikategorikan kelas 1 hingga kelas 4. Yang terburuk kelas 4. Melihat itu, Shelly bertanya apakah Harti tidak difoto rontgen dada saat menjalani pemeriksaan kesehatan haji dulu. "Dia menjawab tidak. Kami jadi heran. Belakangan baru dia mengaku adiknya yang menjalani pemeriksaan kesehatan," katanya. Menurut Shelly, kondisi kesehatan Harti saat ini sudah jauh lebih baik. Meski begitu, sampai tadi malam, belum diputuskan Harti boleh kembali ke pemondokan atau harus terus berada di ruang perawatan hingga saatnya berangkat ke Makkah sepekan mendatang.