Refleksi: Apakah ada faedahnya dengan resufle ini bagi kepentingan rakyat, bila 
sebentar lagi sudah habis masa jabatan? Buruknya ialah bila resufle ini suatu 
kesempatan bagi handai taulan guna menikmati bagaimana enaknya keempukan kursi 
menteri. Mungkin juga didorong oleh bisikan arwah ibu Tien dan Pak Harto: 
"mumpung lagi berkuasa jangan lupa kawan".

http://www.fajar.co.id/news.php?newsid=60721


SBY Siapkan Reshuffle Terbatas
(03 Apr 2008, 25 x , Komentar) 
JAKARTA - Pengajuan Boediono sebagai calon tunggal Gubernur Bank Indonesia, 
dipastikan akan berdampak pada komposisi Kabinet Indonesia Bersatu. Presiden 
Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sendiri dilaporkan sudah mempersiapkan reshuffle 
terbatas di kabinetnya. 

Tentang rencana reshuffle terbatas itu, didbenarkan Sekretaris Kabinet Sudi 
Silalahi. "Pasti presiden akan memilih pengganti Pak Boediono. Tapi, sifatnya 
hanya reshuffle terbatas," kata Sudi Silalahi di istana negara kemarin.

Dalam hal ini, lanjut Sudi, Presiden SBY hanya akan melakukan reshuffle 
terhadap posisi menteri yang lowong. Karena itu, menteri-menteri lainnya tidak 
perlu khawatir keluarnya Boediono akan memicu reshuffle kabinet jilid tiga.

Lalu siapa saja yang disiapkan untuk menggantikan Boediono yang menurut rencana 
akan menjalani fit and proper test di Komisi XI Senin, 7 April mendatang? 
Kepada Fajar, Sudi mengaku belum tahu siapa orangnya. "Tidak akan mungkin lah 
saya mendahului presiden. Tapi pasti ada penggantinya (Boediono, red)," 
tegasnya. 

Yang penting, lanjutnya, fraksi-fraksi di DPR tidak lagi menjegal usulan 
presiden terkait pencalonan Boediono. Soalnya, kata Sudi, Boediono dicalonkan 
setelah mendengarkan masukan dari banyak pihak. 

"Kita berharap, tidak ada lagi jegal-menjegal. sekarang ini kita kooperatif 
saja," harapnya. Jika Seskab Sudi sudah memastikan akan adanya reshuffle 
terbatas, tidak demikian dengan Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) Hatta 
Radjasa. Kepada Fajar, Hatta mengaku belum tahu seperti apa rencana presiden 
jika Boediono terpilih menjadi gubernur BI. 

"Kita tunggu saja apa nanti arah (kebijakan) bapak presiden. Tapi di dalam 
kabinet ini biasanya sebelum ada keputusan seperti itu, ad interim itu 
dibenarkan," ujar Hatta.
Menurut Hatta, saat mencalonkan Boediono, SBY tentu sudah memikirkan scenario 
selanjutnya. Seperti apa skenario itu, kata Hatta, belum dibocorkan ke 
menteri-menterinya. 

"Tunggu saja. Jangan berspekulasi! Kita ngomong si A yang merangkap, si B yang 
merangkap atau pak wapres yang merangkap, nanti malah keliru semua," kata Hatta.

Respons Pasar

Ekonom Indef Aviliani menyatakan, secara umum pasar merespons baik pencalonan 
Boediono. "Ini pilihan yang bisa diterima meski cenderung kompromistis. Sebab, 
sebenarnya kan banyak orang pandai, tidak harus Pak Boedino," ujarnya di 
Jakarta kemarin.

Meski bisa diterima pasar, sambung dia, kehadiran Boediono di BI tidak akan 
membawa reformasi secara besar-besaran. "Kalau dengan beliau (Boediono, Red), 
jangan berharap ada reformasi besar-besaran di tubuh BI," tuturnya.

Kinerja Boediono sebagai Menko Perekonomian memang relatif bagus. Namun, juga 
tidak bisa dikatakan sangat bagus. "Bisa dikatakan tidak optimal. Pak Boediono 
terlalu konservatif," katanya.

Keunggulan Boediono adalah dia pengalaman di eksekutif. "Sehingga lebih mudah 
untuk melakukan koordinasi, mengingat urusan BI bukan hanya terkait persoalan 
moneter, tapi juga sektor riil," terang Aviliani.

Boediono juga dinilai berpengalaman. Sebab, dia pernah menjabat di bidang yang 
berhubungan dengan kebijakan fiskal dan moneter. 

Aviliani menambahkan, tugas berat Boediono adalah memainkan kebijakan moneter 
yang lebih akomodatif terhadap sektor riil. "Sekarang yang dimainkan BI kan 
hanya suku bunganya saja," tuturnya. 

Pasar, kata Aviliani, berharap polemik pencalonan gubernur BI ini segera 
disudahi. Boediono jangan lagi diganjal soal keterlibatan dia dalam kasus BLBI 
semasa dia menjadi direktur BI. "Itu kan policy pemerintah, bukan Pak Boediono 
secara langsung," ujarnya.

Makanya, lanjut Aviliani, DPR tak perlu lagi menolaknya. "PDIP, meskipun dia 
oposisi, jangan terus mempermasalahkan hal ini. Nanti malah tidak baik untuk 
iklim perekonomian. PDIP harus dewasa dalam konteks ini," terangnya.

Terpisah, pengamat pasar uang Farial Anwar menyatakan, pencalonan Boediono 
adalah pilihan paling masuk akal saat ini, meski juga tidak terlalu tepat. 
"Kalau dibandingkan dengan Agus (Martowardojo) dan Raden (Pardede), jelas lebih 
baik Boediono," ujarnya. Karena itu, pasar uang masih merespons positif. 
"Selama tidak ada penolakan lagi, pasar uang masih akan stabil," lanjutnya.

Pasar, kata dia, sebenarnya berharap calon muda yang benar-benar lepas dari 
masalah. "Pak Boediono masih rawan karena bisa dihubung-hubungkan dengan BLBI," 
katanya. 

Jika kelak Boediono dihubung-hubungkan lagi dengan BLBI, pasar akan kembali 
bereaksi negatif. "Sama seperti kasus Burhanudin Abdullah saat ini," ujarnya. 
Karena itu, sambung dia, pasar memerlukan sosok yang bebas dari gejolak 
masalah. (sof/eri/tom

Kirim email ke