Surat Kepada Saudaraku , Tuan Munarman- Forum Umat Islam
 
Assalamualaikum warrahmatullaahi wa barakaatuh
Menemui saudara kami tercinta Munarman,
Teriring salam atas rahmat Allah SWT kepada saudara ku Munarman, 
Di Jakarta 

Tiadalah maksud hati kami menjadikan surat ini sedemikian terbukanya 
sehingga kiranya perlu diketahui oleh orang banyak, melainkan untuk 
dapat memberikan sekilas pandang tentang bagaimana seharusnya 
diantara dua orang muslim seharusnya berhubungan.
Bukankah kebaikan pula harus disebarkan, dan bukankah saling nasehat 
menasehati agar selalu berjalan dalam kebaikan itu yang sepantasnya 
kita lakukan?

Sebelum memulai surat nan singkat ini, ijinkanlah kami menyampaikan 
pujian setinggi2nya kepada saudaraku, ya Munarman…Tentu saja 
sebagaimana pembaca seringkali mengetahuinya bahwa, hamba bukanlah 
seorang yang suka menyembunyikan pendapat, walau seberapapun pahitnya 
satu pendapat, hamba pasti mengatakannya, tak perduli perkataan itu 
akan membuat hamba dan juga keluarga handai-taulan bertambah 
menanggungnya beban derita, asalkanlah perkataan itu benar adanya, 
maka akanlah hmba katakan, walaupun pahit dan remuk di badan 
akibatnya…Bagaimana hamba dapat membuat jatuh hati kaum, kalau yang 
hamba bicarakan bukanlah kebenrana melainkan syak wasangka? Bagaimana 
pula pemuda-pemudi itu akan dapat menjatuhkan hatinya kepada 
pemandangan hamba, apabila yang hamba kabarkan bukan berangkat dari 
kejujuran berpendapat, kemerdekaan berfikir dan kebersihan hati?
 
Demikian pula dengan sebaliknya, seandainya ada suatu kebaikan yang 
seharusnya terlihat terang benderang sebagai layaknya cahaya di wajah 
nabi besar Muhammad SAW, seandainya ada suatu hakikat sebagaimana 
mukjizat para Nabi dan Rasul yang menjadi penerang jalan dan 
penghapus keraguan yang seharusnya dijadikan pedoman oleh umat yang 
percaya, maka percayalah, hamba akan tetap mengatakannya  walau untuk 
itu hamba harus berakhir ditangan pedang Jahilliyah Abad 21 yang 
sungguh berwujud jamak di hari hari kini. 

Hamba akan tetap mengabarkan kebaikan itu walaupun badan ini harus  
terpisah beribu kilometer dari segala kecintaan hidup bersama, 
walaupun hamba harus membelah dua hati ini agar supaya yang benar 
tetaplah benar! 
Agar supaya yang tegak haruslah lurus, agar tercapai Islam yang 
bersaksi tiadalah sembahan lain selain Allah Subahanahu wa taala dan 
hanya Muhammad SAW rasulNya. 
 
Satu hal yang akan hamba katakan, ialah setulus-tulusnya kesan yang 
hamba dapatkan selepas menyaksikan bagaimana debat engkau dengan 
saudaraku yang terpuji Usman Hamid – pemuda Komnas HAM itu, dilayar 
televisi beberapa malam yang lalu.
Apakah kesan kesan hamba itu?


*   *   *   *


Benarkah seperti yang diperkirakan banyak diantara kita bahwa 
sebenarnyalah malam itu adalah malam paling celaka dan terlaknat 
dalam kehidupan saudara Munarman dan FUI berikut pemirsa Muslimin dan 
Non Muslim yang menyimaknya?
Benarkah malam itu adalah malam hancurnya ke-Indonesia-an yang dengan 
susah payah kita rebut dan pertahankan HANYA dengan dua kata ini…
yaitu kata "MERDEKA" dan pekik "ALLAHUAKBAR" ? 
Ya....dua kata yang teramat mujarab…
dua kata yang mengubah semua rasionalitas dan perhitungan akalsehat 
menjadi tumpul dan dungu, karena dua kata itu pernah mustajab merasuk 
hingga ke dalam putihnya tulang sumsum para syuhada patriot bangsa 
ini ketika mengusir penjajah penjajah kafir itu? 
Benarkah malam itu adalah malam matinya kemudasatriaan anak bangsa 
sebagaimana yang dikuatirkan begundal begundal dan petualang 
petualang jurus sempat-sempit itu?

Maka dari itu, ijinkanlah hamba, yang sebagaimana sebahagian pembaca 
dalam beberapa tahun ini telah saban bulan mengikuti hamba punya cara 
berfikir…, hamba punya cara berbicara…, hamba punya cara menghentak 
meja dan membanting pintu pintu ketidak adilan dan kesewenangan…., 
menyampaikan dengan segala kekurangan hamba bahwa surat inilah yang 
akan hamba jadikan sebagai sekapur sirih hamba punya cara memandang 
apa yang terjadi…

Lain lain hal akan kita pertemukan seandainya jodoh membawa kita 
berdua bertemu.



*   *   *   *


Hanya mendapatkan satu kalimat dari kutipan Tuan, tentang satu-
satunya kunci pamungkas, pada saat Tuan menyebutkan bahwa melalui 
pemandangan Tuan, Islam yang bertumbuh kembang di Indonesia yang kini 
sebagiannya Tuan musyawartkan langkahnya dalam FUI yang Tuan pimpin 
dan wadahi itu, sebetul-betulnya tidaklah mempunyai permasalahan atau 
perselisihan sekulitpun dengan keyakinan dan agama yang berkembang 
diluar selain Islam, yang dengan itu Tuan menyatakan sepantasnyalah 
umat Islam Indonesia tidak mengalami suatu keperluan apapun untuk 
mencampurinya, maka tahulah kami bahwa benarlah Tuan Munarman 
menjalankan sesungguh-sungguh firman-Nya " laa kum di nukum 
waliyadiin…"
Sekali itu pula, kebesaran kata-kataNya, telah  menyudutkan semua 
pandangan sempit yang selama ini selalu digunakan untuk mengkerdilkan 
kita sekalian umat baik di Timur maupun di Barat, bahwa sesungguhnya 
Islam adalah intolerance, stubborn, infectious, damage, against human 
right dan Jihad al-Islam adalah versi peradaban Muslimin abad ke 21 
yang seharusnya dihadapi dengan kewaspadaan serupa crusadery, 
semuanya T E R B A N T A H K A N ......!!
Tidak benar itu !
Islam Tuan ialah..Lakum dinukum waliyadiin….

Wahai Tuan Munarman dan Seluruh pembaca, berbanggalah bahwa 
akhirnya " La kum dinukum wa liyadiin  T E L A H    M E N G A L A H K 
A N    M I T O S  bahwa Islam adalah anti-peradaban!!....."
Saudaraku Munarman telah memberikan talak tiga terhadap satu thesis 
keblinger mengenai Islam dalam satu acara televisi beberapa hari 
lalu, hingga tak lagi terbantahkan , yaitu lah dia…. Laa kum dinukum 
wa liyadiin….bagimulah agamamu, bagikulah agamaku..

Beres!
Tidak ada soal!

Ya Munarman, ini saudaramu yang sungguh hingga hari masih menempati 
posisi tertuduh sebagai pembuat onar isi kepala, terdakwa yang 
membuat rapuh jiwa yang merindu, sekaligus pembuat jatuh hati yang 
hendak bangkit…izinkalah hamba sekali lagi mengatakan dengan 
bangga ,itu dia….!! Itu anak muda…. Munaraman !! Itu  FUI punya anak 
muda…., FUI punya pembawa mufakat……, dengan gagah berani telah 
menyelamatkan imej kesucian ajaran Islam yang telah bertahun tahun 
dibangun oleh mereka yang tak bertuhan, bahwa Islam adalah maksiat di 
atas dunia. Runtuhlah kontrapropaganda yahudi itu!
Hanya dengan sekali pukul, maka patahlah usaha bertahun tahun Iblis 
itu olehnya!
Teramat bangga hamba memiliki saudara seperti engkau, ya Saudaraku, 
Tapi ingat Iblis tak akan berhenti.


*   *   *   *


Salah satu dari logika yang selalu hingga hari ini hamba lekat lekat 
mempercayainya dengan teguh bahwa tiadalah yang harus abadi (diluar 
keberTuhan-an) dari perubahan melainkan perubahan itu sendiri.
Marilah kita melihat pada apa apa yang seharusnya menjadi landasan 
berfikir supaya akhirnya dapat menyatukan pandangan yang selama ini 
terlihat begitu rumit.., supaya dapatlah ujung masalah yang tempaknya 
selalu harus kusut masai tak tertebak serupa isi kepala tuan yang 
lain itu…., seolah habis akal dan tenaga kita untuk memikirkannya 
saja.
Apakah landasan itu? Kemana seharusnya kita mencari titik pangkal 
masalah?  
Marilah pada bagian ini , hamba meminta sepakati dulu bahwa apapun 
masalahnya, akuilah dahulu dengan rasionalitas bahwa benarlah TUNAS 
ITU SEDANG BERTUMBUH !
Apa hubungannya tunas dengan Ahmadiyah dan Tuan, apa hubungannya 
ajaran sesat dengan hamba dan sekalian kaum?

Hakikat dari semua yang bernyawa diatas bumi fana ini, adalah bahwa 
yang bernyawa haruslah bertumbuh..
Tiadalah satu mahluk bernyawa tidak ditakdikan untuk bertumbuh; dalam 
hal ini seawalnya ia bertunas…., bertunas adalah kejadian mana secara 
kasat mata menyatakan bahwa ; yang dahulunya 1 telah menjadi 2…., 
bahwa yang semulanya 2 telah menjadi 3. atau yang asalnya 2 telah 
menjadi seribu…dan yang seribu sudah menjadi sejuta!!
Konsekuensi bernyawa itulah dia , yaitu REPRODUKSI.
Bukankah reproduksi itu amanah daripada Allah SWT pada tiap tiap yang 
bernyawa ?
 
Lantas apa pasal dengan amanahNya pada yang terjadi hari ni? Dimana 
letak sangkut-kusutnya pertengkaran Islam dengan ajaran Ahmadiyah itu?


*    *    *    *


Izinkan kami mempersingkat surat ini supaya tak berpanjang, atas nama 
sejarah dan penghormatan akan masadepan, bahwa selayaknya yang 
bernyawa, perlu juga kiranya kita menempatkan bahwa IDEOLOGI dan RASA 
adalah suatu yang bertumbuh.

Tidakkah bangkit dari kubur Khulafaur Raashidin ( seandainya 
diperbolehkanNYA)  apabila mendengar ada nabi lain setelah Muhammad 
SAW? !!
Tidakkah berhenti mufakat para Sunan mendengar Ki Ageng Pengging 
hidup kembali?!!
 
Tidakkah terkejutnya tiap tiap Ayah dan Ibu yang berhati-halus tiba 
tiba harus menemui putra putri tercintanya di sore hari sepulang 
mereka lelah bekerja, mendapatkan putra putri tercinta sudah menjadi 
orang lain yang tak pernah ada?!!

Tidakkah hancur hati seorang Ayah di pelosok bukit Barisan yang 
tenang itu, yang telah dengan segenap perasaannya membesarkan dan 
menumbuhkan kecintaan pada nabi tercinta Muhammad SAW, ketika menemui 
putri tercintanya sepulang berkuliah dari rantau, berkata pada sang 
Ayah dengan lembut dan halus dan raut muka bersungguh-sungguh seperti 
ini…. " Wahai Ayah…mari kutunjukkan padamu gambar Nabi baru kita yang 
meneruskan ajaran Muhammad SAW…"
"Mari kita selalu panjatkan doa padanya, namanya Nabi Ghulam, ia 
adalah pembawa firman Allah yang baru…."

Petir..!!!
Guntur..!!!
Geledek..!!!

Dengan segenap guntur dan petir yang kalau bisa hadir dalam ruangan 
bersama ayah dan putrinya disaat perjumpaan mereka itu, tiadalah 
penyesalan terbesar dari sang Ayah melainkan penyesalannya mengapa ia 
harus mengirimkan putrinya untuk berkuliah di rantau Sebrang, kalaul 
akhirnya ia harus menemui kenyataan bahwa putrinya tak hanya pulang 
membawa gelar sarjana saja, melainkan juga pulang membawa Nabi yang 
Baru 

Siapakah yang sanggup menjadi ayah sedemikian?!

*    *    *    *


Demikinlah singkat hamba mencoba memahami setiap amarah dan keji yang 
keluar dari saudara saudaraku pembakar Masjid Ahmadiyah itu, dan 
terutama marahnya engkau, ya Saudaraku Munarman.
Bagaimana bisa?
Benarlah bahwa didunia fana ini, ternyata tak cuma negarawan saja 
yang yang harus berganti, tak hanya yang bernyawa saja yang harus 
bertunas-bertumbuh-menjalar-merantingcabang, ternyata paham kefasikan 
yang mengatasnamakan ideologi pun juga ikut-ikutan bertunas-bertumbuh-
menjalar dan merantingcabang…

Yang dahulunya hanya tersebut sebagai "biji", kini telah mekar 
menjadi "kembang"…

Yang dahulu adalah "penghias sudut taman", kini telah menjadi " Puspa 
di Tamansari".

 
*   *   *   *


Ya saudaraku Munarman,
Tidaklah akan pernah sedetikpun hamba meragukan bahwa dalam ketegasan 
logika berfikir yang engkau pertunjukkan beberapa hari lalu itu, 
ternyata engkau tak begitu saja melepaskan tanggung jawabmu bahwa 
kita adalah pemuda pemuda penjaga umat, kita adalah pemuda pemuda 
yang berkhidmat pada persatuan, kita adalah pembenci perpecahan. 
  
Atas nama umat itulah marahmu…atas nama Islam yang "tak ber-nabi-lagi 
setelah Muhammad SAW" itulah pembelaan kerasmu.
Aku…., Yanri,- lantang berkata pada dunia hari ini…AKU BERDIRI 
DISAMPINGMU DALAM HAL INI!!!
Hanya orang gila yang bernabi lagi setelah Muhammad SAW….!! 
Hanya manusia manusia celaka yang menyebut Ghulam Ahmad itu nabi 
dalam Ajaran Islam…..!!
 
Tidakkah Yanri mejelma menjadi seorang pandir dengan berkata 
sedemikian?
Munafik atas logika dan rasionalitaskah hamba?
Ingkar pada sumpah suci kebhinneka-an kah pemuda ini?

Mengapa ia tak begitu saja mengambil jalan aman, sebagaimana 
munafikkun lainnya bersikap atas nama hak asasi yang dengan lantang 
mengatakan bahwa adalah sah untuk Ahmadiyah bertunas.., bertumbuh.., 
menjalar.., dan berantingcabang?

Ya Allah, sekali ini, izinkan lagi Yanri- hambamu bersyukur kepadamu 
atas limpahan rizki berupa kekerasan hati untuk berpegang teguh atas 
firman-Mu sebagaimana yang engkau berikan tuntunannya pada junjungan 
kami Nabi Muhammad Salallahu Alaihi Wasallam.
 

*   *   *   * 


Ya Munarman, saudaraku yang berbicara cepat laksana mitralyur…,
Izinkanlah di penghujung surat ini, hamba memberikan sedikit 
pemandangan dari jiwa kecil ini….untuk bagaimanakah semestinya 
perjuangan kita membela umat kita yang perasa ini…., untuk bagaimana 
semestinya kita pemimpin-pemimpin mudanya mengambil langkah yang 
tepat membela kaum kita yang kebodohannya terkadang melbih-lebihkan 
akal-sehat dan IMANnya……, bagaimana kita yang mangun kersa ini dapat  
membela si Bapak yang mendapat guntur geledek ketika mendapati putri 
tercintanya mengakui ada nabi lain setelah Muhammad itu….., dan 
bagaimana kita mampu membela jiwa santri santri muda kita yang walau 
dalam pernyataan lisannya mengikutilah mereka terhadap apa apa 
gingsul mereka punya fatsun…., walau kita tahu  jauh…..jauuhh di 
dalam hatinya mereka yang mudabelia itu masih menyala nyala api 
kemarahan, menyesal dan berduka cita atas paham yang sedemikian 
sesatnya bernama Ahmadiyah itu…
Tetapi tetaplah mengingat bahwa api amarah adalah kesukaan dan 
manifestonya Syaitan dan Iblis laknat?

Untuk pertanyaan itu, izinkanlah hamba bertanya padamu Saudaraku, 
sedemikian percayakah engkau akan haq-nya hasilnya satu amar-putusan, 
apabila kita sandingkan 1) syariat Islam dan 2)fatwa, dalam sebuah 
mahligai MAHKAMAH BUATAN MANUSIA….?
pantaskah keadilan atas keagungan Illahi itu kita persandingkan 
kebenrannya di mukanya tuan tuan Hakim di meja hijau itu?

Dari mana pula asalnya tuan tuan Hakim itu hingga mereka bisa 
mempersalahkan yang benar, dan membenarkan yang salah, hingga 
sekeluarnya hadirat dari mahkamah, akan langsung disepakati amar 
bahwa ternyatalah si Ahmadiyah yang benar, atau Si Ahmadiyah-lah yang 
sesat…?
atau mereka malah akan menyatakan si Munarman-lah sebenar-benarnya 
sesat atau si Munarman lah rajanya keliru dan celaka..? 

Setinggi-tingginya  pendakian hamba  mencari sokoguru akan 
kebangkitan bangsa dan umat,  tetapi untuk urusan keTuhanan, takkan 
pernah hamba sudi membawanya pada tuan tuan di mejahijau itu….!
Kecuali tuan tuan hakim itu telah mengantungi surat laksana Rasul 
atau Surat Perintah Khulafaur Rashyidin…maka hamba akan membawanya 
pada khidmat mereka punya mahkamah. 
Tetapi ternyatalah 100 % MEREKA TIDAK PUNYA!!

Sehormat hormatnya hamba pada ilmu fana yang kini dipertuhankan itu, 
maka untuk membawa keadilan Tuhan, bukanlah mereka tempatnya hamba 
akan bertanya akan satu soal dan sebab.

Engkku tentu bertanya, lantas bagaimana mengambil jalan 
keluarnya,Yanri?
Apakah perselisihan ini kita biarkan saja hingga yang lemah terbunuh 
dan kuat menjadi pemenang?
Ataukah akan kita biarkan mereka sebagaimana yang dianjurkan raja 
sulap itu untuk terus menerus membiarkan pendakwah Ahmadiyah 
mengirimkan kitab kitab mereka yang celaka itu secara diam diam 
kepada putra putri kita dan "meng-Ghulam-kan" darah daging kita tanpa 
sepengetahuan kita?
Bagaimana caranya?

Ah Munarman…., untuk masalah begitu saja…. engkau janganlah 
berpantang-pikir…


*   *   *   * 


Tiadalah segala daya upaya dan kekejaman yang tak pernah dilakukan 
oleh Abu Lahab , Abu Jahal dan Kafir2 jahilliyah itu pada junjungan 
kita Muhammad SAW..
Membunuh Muhammad SAW adalah hadiah terbesar yang dihadiahkan Abu 
Lahab kepada Quraisy-nya..Mengapa tidak pernah terjadi? 
Terkena logika apakah Muhammad tak celaka sedikit apa?
Kuasa apakah dari Allah SWT yang membuat sepasukan Jahilliyah di 
jazirah itu yang menaklukan bangsa lain saja mampu mereka kerjakan, 
tetapi mereka tak pernah mampu mencabut nyawanya Muhammad SAW?

Tentu saja "mukjizat" adalah satu satunya "hak para para nabi dan 
rasul"….
Adakah "nabi Ghulam dan Keturunannya" memiliki mukjizat sebagaimana 
junjungan kita itu?
 
Lantas, terlepas dari mukjizat yang melindungi Muhammad dari setiap 
marabahaya yang datang dari arah punggungnya, bagaimana pulakah 
Muhammad menghadapi rencana buruk padanya yang datang dari hadapannya?
 
Ya itulah dia inti daripada surat hamba ini Saudaraku…., sebagaimana 
seharusnya tiap tiap kita mempelajari urut-urutan segala sesuatunya 
sebelum berangkat berperang….., seharusnyalah kita tak perlu jauh 
jauh membawa kecemasan kita yang manusiawi itu hingga kemejanya tuan 
tuan hakim di mahkamah itu.
Dalam pokok pokok strategi, mereka menyebutnya kontra- propaganda, 
dalam faham faham kepercayaan , sebagian boleh menyebutnya "dakwah 
yang inisiatif".
 
Tentulah konotasi apapun yang hadir dalam benakmu, ini "hint" yang 
selalu hamba cantumkan dalam memberikan "winning move" satu 
pergerakan, setepat-tepatnya pasal mengenai perencanaan, sejitu-
jitunya teori mengenai pre-emptive strike, atau mengenai kontra 
propaganda, dan ilmu mengenai strategi dakwah yang inisiatif, maka 
ingatlah "hint" ini saja….., "bunga mawar tak perlu memproklamasikan 
keindahannya". 


*   *   *   *


Sebaik baik seorang panglima perang dan pemimpin ummat, sebagaimana 
nabi Muhammad SAW, adalah dengan menempatkan DAKWAH INISIATIF sebagai 
PROPAGANDA sebelum meluncurkan serangan penuh.
  
Sebaik baik seorang Islam, adalah ia yang menyerang dengan perilaku 
halus dan nada suara yang lemah lembu, sebelum ia mencabut pedangnya…

Sebaik baik kita umat Islam Indonesia, seharusnyalah "kita perangi" 
Ahmadiyah dengan DAKWAH….
Hayo kita cabut dia punya akar-akar….
Mari kita potong habis dia punya serabut dan jaringan….
Mari kita hujani kesesatan mereka dengan perilaku lemah lembut, kata 
kata halus dan nada suara yang rendah…. 
Dan apabila setelah membaca pemandanganku ini putuslah mufakatmu 
bahwa Dakwah Inisiatif adalah satu-satunya pilihan untuk FUI dan 
engkau saudaraku ya Munarman…, maka biarlah dunia tahu, bahwa hamba 
menyatakan akan turut berperang melawan Ahmadiyah yang sesat itu 
bersamamu..!! Kita akan maju bersama!! Tak sedepa hamba akan mundur! 

*    *    *    *
 
Alkhirulkata, hamba mohon beribu maaf apabila surat hamba ini 
tidaklah indah sebagaimana hamba selalu bermimpi untuk mampu 
menuliskannya.
Maafkan apabila surat ini jauhlah kesempurnaan bertuturnya 
sebagaimana urut-urutan kalimat penuh ketentuan makna serupa Bhagawat 
Gita itu….
Ah, tapi itu bukanlah masalah besar, saudaraku.
Bukankah yang terpenting bahwa ketulusan dengan merangkai keindahan 
dan kelembutan dalam bertutur-kata saja sudah akan memenangkan 
separuh jalan untuk merebut hati pembacanya? 

Ya Allahu Rabbi,Tetapkanlah hati Saudara kami Munarman dan FUI 
menjadi cahaya penerang dan pembawa kesejukan yang di haridepan akan 
bersama-sama kami semua membawa umat Islam  Bangsa Indonesia menuju 
kegemilangan umat pilihan-Mu, umatnya Muhammad SAW.
Amin yaa…Robbal Alamin…
Wassalamualaikum warahmatullahi wa barakatuh.
Saudaramu
Yanri,-


Kirim email ke