Refleksi: Apakah gempa yang bumi akibat letusan Kratau akan hanya mencapai 9 
skala Richter, bagaimana dengan tsunaminya. Apakah tidak ada proyek yang perlu 
diutamakan dalam memerangi merajalela kemiskinan dan ketebelakangan  diberbagai 
daerah?

http://batampos.co.id/TERKINI/Jembatan_Jawa-Sumatera_Tahan_Gempa

            Minggu, 27 Juli 2008|18:26:55WIB  


      Jembatan Jawa-Sumatera Tahan Gempa  
     
      Sampai Guncangan 9 Skala Richter 

      JAKARTA - Langkah preventif menjadi perhatian serius pemerintah sebelum 
merealisasikan rencana pembangunan Jembatan Jawa-Sumatera. Kali ini, proyek 
yang digawangi investor asing, Persatuan Emirat Arab (PEA), itu diharapkan bisa 
mendesain konstruksi jembatan tahan gempa berskala tinggi. 

      ''Sesuai studi yang dilakukan Prof Dr Wiratman Wangsadinata, dengan bahan 
ringan namun kuat dan didukung teknologi pembuatan jembatan generasi ketiga, 
Jembatan Jawa-Sumatera akan mampu bertahan jika terjadi gempa dengan kekuatan 9 
skala richter," jelas Dubes RI untuk PEA M. Wahid Supriyadi dalam keterangan 
resminya kemarin (26/7).

      Perbaikan kualitas infrastruktur itu, lanjutnya, tidak lain karena lokasi 
jembatan berada di kawasan rawan gempa. Sebelumnya, atas permintaan Kantor 
Pusat Informasi Wakil Perdana Menteri Persatuan Emirat Arab (PEA), Wahid 
memberikan presentasi tentang proyek jembatan yang menghubungkan Jawa dan 
Sumatera dengan judul The Java-Sumatera Super Bridge di gedung Pusat Informasi 
Wakil PM PEA pada 21 Juli 2008. 

      Presentasi tersebut dihadiri kalangan diplomat, para peneliti senior, 
pengusaha, akademisi, media massa, dan masyarakat setempat. Dubes juga 
menjelaskan alasan-alasan di balik ide pembangunan jembatan itu. ''Jembatan itu 
bisa meningkatkan sektor ekonomi, sosial, dan budaya," jelasnya. 

      ''Perkembangan terakhir proyek jembatan tersebut sudah dalam tahap 
pre-feasibility study. Rencana feasibility study akan dilakukan dengan 
memperhitungkan aspek teknologi, finansial, dan sosial budaya," ungkapnya. 

      Selain menyinggung peran signifikan investor, Wahid juga menjelaskan 
bahwa pelaksanaan proyek jembatan tersebut membutuhkan waktu panjang. Meski ide 
itu sudah lama muncul, proyek raksasa dengan investasi sangat besar tersebut 
memerlukan studi khusus sebelum realisasi.

      ''Hasil studi Prof Dr Wiratman memancing pemerintah lebih serius 
mengerjakan proyek tersebut. Sebab, keuntungan proyek itu berjangka panjang. 
Peraturan presiden pun segera dikeluarkan," lanjutnya.

      Selain jembatan, kata Wahid, KBRI sedang mencari informasi tentang 
proyek-proyek pertanian yang dapat ditawarkan kepada calon investor, khususnya 
dari PEA. ''Indonesia memiliki potensi besar dan mengharapkan kerja sama yang 
saling menguntungkan," ujarnya. 

      Pembangunan jembatan yang melintasi selat terpadat di Indonesia itu sudah 
diteken tahun lalu antara Pemda Lampung, Pemda Banten, dan konsorsium yang akan 
membiayainya. 

      Memorandum of Agreement (MoA) rencana pembangunan Jembatan Selat Sunda 
(JSS) diteken di Kapal Tunas Wisesa 03 yang berlayar di perairan tempat bakal 
jembatan itu berdiri, 3 Oktober 2007. Konsorsium itu terdiri atas Pemprov 
Banten, Pemprov Lampung, Wiratman & Associates, dan Artha Graha Network. (iw/i 

Reply via email to