Menggagas
“Republik Kedua”   

21 Agustus, 2008

Oleh: RUDI HARTONO

“Revolusi Indonesia belum selesai”, seru Bung
Karno, hal tersebut untuk menunjukkan, bahwa proses perjuangan seluruh kekuatan
nasional untuk menjadi sebuah bangsa yang merdeka, bebas, mandiri,
berdaulat---meminjam slogan Tan Malaka; Merdeka 100%, belumlah tuntas. Kita
belum pernah mengelolah dan menjalankan ekonomi kita dengan betul-betul bebas;
Rakyat Indonesia
belum pernah menikmati kekayaan alamnya, berupa minyak, gas, batubara, mineral,
hasil hutan, dan banyak lagi. Jika yang dimaksud bebas dan merdeka adalah
kesetaraan dan persamaan antara bangsa-bangsa di dunia, maka kemerdekaan dan
kebebasan itu belum eksis dalam tata-hubungan antara bangsa-bangsa saat ini,
termasuk Indonesia.

Republik Indonesia, yang kini menjadi label
dari (kurang-lebih) 250 juta manusia yang mendiami kawasan dari sabang sampai
merauke, tidak memiliki “independesi” dalam menjalankan politik, ekonomi dan
kebudayaannya sendiri. Meskipun berlimpah kekayaan alamnya, begitu besar sumber
daya manusianya, dan sangat strategis posisinya dalam perdagangan dan
perekonomian Internasional, sekitar separuh penduduknya disebutkan miskin
(49,5%, versi Bank Dunia); sekitar 40% dari angkatan kerjanya menganggur;
sekitar 14 juta penduduknya masih buta huruf; kelaparan, gizi buruk, dan busung
lapar terjadi dimana-mana, dan pemerintah tak sanggup berbuat apapun. Inikah
kemerdekaan yang kita rayakan tiap tanggal 17 Agustus itu?

Baca Selengkapnya di 
http://arahkiri2009.blogspot.com/2008/08/menggagas-republik-kedua.html


"Tugas Manusia adalah Menjadi Manusia" (Multatuli)
Stand up for Democracy! Website http://www.arahkiri2009.blogspot.com



      

Reply via email to