Semua Rumah Sakit Harus Melarang Perawatnya Berjilbab
                                          
Berjilbab sudah jelas mengganggu pekerjaan sebagai perawat dalam hal
ini tak perlu diperdebatkan lagi.

Memang ada RS Islam yang memaksakan pemakaian jilbab kepada
perawat2nya, namu Rumah sakit yang perawatnya berjilbab tidak pernah
menerima pasien2 yang kaya raya atau yang beragama bukan Islam, karena
mereka akan takut, stress, dan depressi kalo dirawat oleh perawat
berjilbab yang didunia sudah merupakan seragam para terorist.  Padahal
RS itu harus bisa memberi ketenangan dan kepercayaan kepada pasiennya
untuk mensukseskan pengobatan.  Apalagi, perawat2 yang berjilbab
seringkali membuat pasien pangling, waktu ditanya dokter tentang
perawat mana yang kemarin memberi obat ini, si pasien sulit untuk
mengenalnya lagi karena semuanya berjilbab sehingga dari belakang
tampak sama dan dari depan tampak sama.

RS yang perawat2nya berjilbab bukanlah Rumah Sakit yang professional
untuk melayani orang sakit, mereka cuma melayani dan menyelamatkan
para syuhada yang terluka dalam aktivitas terror2nya.

Kalo anda lihat foto2 terrorist, baik perempuan atau laki2 tidak
dibedakan karena kepala dan mukanya tertutup jilbabnya.

> Uno lazuardi <[EMAIL PROTECTED]> wrote:
> Berita mengagetkan itu kami terima dari telepon.
> Setengah tak percaya kami mendengar laporan dari
> seseorang di ujung telepon. Hari gini masih ada
> pelarangan jilbab? Padahal setiap 4 September
> ditetapkan sebagai Hari Solidaritas Jilbab
> Internasional dan UUD 1945 pasal 29 ayat 2
> juga telah menjamin kemerdekaan setiap penduduk
> untuk menjalankan agama sesuai dengan kepercayaannya
> masing-masing. Kenapa masih ada pelarangan jilbab? 
> 


Bukan pakai jilbab yang dilarang, tetapi ketentuan seragam bagi
pekerja professional seperti perawat, dokter, tentara, polisi,
karateka, dll yang kesemuanya masing2 memiliki ciri2 seragam
profesionalnya.

Jadi urusan pakai jilbab juga merupakan seragam agama Islam.  Oleh
karena itu hormatilah setiak pihak untuk menentukan seragamnya
sendiri2 tanpa harus dipaksa oleh agama Islam.

Kalo memang enggak boleh, kenapa harus memaksa agar jadi boleh?

Anda punya hak, apakah Rumah Sakit milik swasta tidak punya hak?

Apakah dunia professi tidak punya hak untuk menentukan identitasnya
sendiri?

Renungkanlah, jangan menggunakan ajaran2 agama anda untuk mengatur
orang lain diluar diri anda meskipun sama2 beragama Islam.  Contohnya
kita tidak boleh mengatur apa yang harus dipercaya atau bagaimana
caranya harus mempercayai Islam kepada umat Islam Ahmadiah.

Sama halnya kita tak boleh mengatur wanita muslimah meskipun sesama
Islam untuk memaksanya bahwa Islam harus begini dan begitu karena
Quran menulisnya demikian.  Setiap umat Islam bebas dan dilindungi
untuk memilih caranya sendiri apakah mau cuma menyembah Allah atau
juga menyembah Semar dan Ghulam Akhmad.  DISINILAH LETAKNYA KESADARAN
SETIAP KITA UNTUK MENEGAKKAN HAM BUKAN MELANGGARNYA DENGAN MEMAKSAKAN
KEBENARAN KEPERCAYAAN ANDA YANG DIANGGAP TIDAK BENAR DISELURUH DUNIA.

Ny. Muslim binti Muskitawati.





Kirim email ke