Jawa Pos

 

[ Sabtu, 27 Desember 2008 ] 

Keberhasilan Pemerintahan Hasil Pekerjaan Golkar 


JAKARTA - Ketua Umum DPP Partai Golkar Jusuf Kalla menilai tidak adil bila 
hanya satu partai yang berhak mengklaim keberhasilan pemerintah. Sebab, kata 
Kalla, Golkar melalui kadernya di kabinet dan parlemen adalah inisiator, 
pelaksana, dan pendukung seluruh kebijakan yang membuat berhasil pemerintahan 
SBY-Kalla.

''Saya ingatkan, Golkar adalah partai pemerintah. Kader-kader Golkar duduk 
sebagai wakil presiden, menteri, dan pendukung pemerintah di DPR. Jadi, apa pun 
keberhasilan yang dicapai pemerintahan saat ini adalah hasil pekerjaan Golkar 
juga,'' ujar Kalla dalam keterangan pers akhir tahun di Kantor DPP Partai 
Golkar, Jalan Anggrek Nelly Murni, Jakarta Barat, kemarin (26/12).

Hadir dalam keterangan pers tersebut Wakil Ketua Umum Golkar yang juga Ketua 
DPR Agung Laksono, Sekjen Soemarsono, Ketua Bidang Hukum, HAM, dan Otonomi 
Daerah sekaligus Gubernur Lemhanas Muladi, Menteri Hukum dan HAM Andi 
Mattalatta, Ketua Bidang OKK Syamsul Muarif, dan Ketua DPP Burhanuddin 
Napitupulu.

Sebelumnya, sejumlah pengamat menyebutkan, sukses pemerintah identik dengan 
Partai Demokrat. Sebab, yang menjadi presiden adalah SBY yang merupakan kader 
Partai Demokrat. Selain itu, iklan Partai Demokrat sangat gencar dalam 
mengekspos sukses pemerintah. Misalnya, pemberantasan korupsi, meningkatnya 
devisa negara, dan keluarnya Indonesia dari IMF. 

Menurut Kalla, Golkar berperan besar dalam semua keberhasilan pemerintah. Dia 
mencontohkan, pemenuhan anggaran pendidikan 20 persen dari APBN adalah 
inisiatif pemerintah yang didukung 129 anggota Fraksi Golkar di DPR. Demikian 
pula, program percepatan pembangunan pembangkit listrik 10 ribu MW, konversi 
minyak tanah ke elpiji, pembangunan rumah susun 1.000 menara, pembangunan jalan 
tol Trans Jawa 1.000 kilometer, dan pembagian benih bersubsidi yang berhasil 
mengembalikan predikat swasembada beras dan gula.

Bahkan, program bantuan langsung tunai dan PNPM Mandiri yang dananya tahun 
depan mencapai lebih dari Rp 30 triliun direncanakan Bappenas yang dipimpin 
kader Golkar, dilaksanakan Menko Kesra yang juga fungsionaris Golkar, dan 
disetujui DPR yang mayoritas kursinya diduduki kader Golkar.

''Jadi, apa pun yang dijalankan pemerintahan saat ini, tidak ada satu pun yang 
tidak direncanakan, dilaksanakan, dan disetujui Partai Golkar. Ini harus kami 
sampaikan agar masyarakat fair melihatnya,'' terang Kalla.

Harus Berani Tak Populer 

Jusuf Kalla mengakui popularitas luntur akibat kerap menjadi bumper kebijakan 
pemerintah yang tidak populis. Dia menilai, lunturnya popularitas bukan masalah 
besar karena seorang pemimpin harus berani mengambil tanggung jawab untuk 
kebijakan yang tidak populer. 

''Seorang pemimpin harus senang dengan hal yang tidak disenangi. Kalau hanya 
mau senangnya saja, berhenti saja jadi pemimpin negara," ujarnya.

Menurut Kalla, mustahil pemerintah bisa menyenangkan semua orang. Karena itu, 
pemerintah akan mengambil keputusan yang bermanfaat paling besar, meski dalam 
jangka pendek terlihat menyengsarakan rakyat. ''Misal, ketika saya mengumumkan 
pemerintah akan impor beras beberapa tahun lalu. Saat itu tidak ada yang mau 
mengumumkan sehingga saya ambil tanggung jawab. Sebab, ketika itu, kalau kita 
tidak impor, bakal ada kelaparan di seluruh Indonesia," jelasnya.

Sebelumnya, wartawan menanyakan mengapa Wapres Jusuf Kalla kerap terlihat 
mengumumkan hal yang tidak populer, sementara kebijakan populer diumumkan 
Presiden SBY. (noe)

<<43192large.jpg>>

Kirim email ke