Refleksi: Bukan saja tak punya partai sulit jadi pemimpin, tetapi juga ada 
halangan bagi kaum minoritas dari pihak agama, karena dalam Al Quran 5:51 
antara lain dikatakan : "Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu mengambil 
orang-orang Yahudi dan Nasrani menjadi pemimpin-pemimpin (mu),..." 

http://www.analisadaily.com/index.php?option=com_content&view=article&id=5061:wapres-tak-punya-partai-sulit-jadi-pemimpin&catid=3:nasional&Itemid=128


      Wapres: Tak Punya Partai Sulit Jadi Pemimpin  
       Jakarta, (Analisa)

      Wakil Presiden M Jusuf Kalla mengatakan ke depan dibutuhkan seorang 
pemimpin yang memiliki kapabilitas, elektabilitas, berpengalaman serta dari 
partai politik yang kuat karena tanpa punya partai akan sulit jadi pemimpin.

      "Dalam negara demokrasi seorang pemimpin harus punya elektabilitas. Dan 
elektabilitas itu banyak variannya, misalnya partai yang kuat, berpengalaman, 
berpendidikan.

      Tapi kalau tak punya partai sulit untuk jadi pemimpin," kata Wapres M 
Jusuf Kalla saat peluncuran buku index kepemimpinan nasional indonesia di 
Lemhanas Jakarta, Selasa.

      Wapres menjelaskan jika memiliki partai namun tidak memiliki jiwa 
kepemimpinan (leadership) juga akan sulit menjadi pemimpin. Karena itu, 
tambahnya yang dibutuhkan seorang pemimpin adalah kombinasi dari berbagai 
keunggulan yang ada.

      Menurut Wapres kepemimpinan sangat dinamis tetapi mempunyai unsur-unsur 
yang universal. Karena itu, tidak bisa hanya membakukan dan berlaku seterusnya. 
Wapres mengatakan setiap generasi dan jaman mempunyai standar-standar baku 
tentang seorang pemimpin dan termasuk pemimpin yang dibutuhkan.

      Wapres juga menjelaskan bahwa dikenal berbagai pemimpin seperti harus 
mengayomi "tut wuri handayani". Dari segi agama, pemimpin harus sidik, 
fathonah, tabligh, amanah.

      Sementara dalam politik tambah Wapres, pemimpin harus punya ciri yang 
berbeda. Seorang pemimpin yang dapat diterima secara politik tentu mempunyai 
kapasitas, kemudian integritas dan elektabilitas. 

      Wapres mengibaratkan dalam memilih pemimpin sama dengan pacaran atau 
mengambil istri. Pertama, dikenal melalui bendera atau spanduk. Kemudian baru 
muncul apa kapasitasnya, pintar atau tidak. Membawa perbaikan atau tidak.

      "Barulah orang memilih dengan syarat apa integritasnya, jujur atau 
sopan," kata Wapres.

      Namun Wapres mengingatkan apapun yang dipilih dengan harapan bisa membawa 
bangsa dan negara ke kondisi yang lebih baik, menjadi lebih adil, makmur dan 
tentu demokratis. (Ant
     

Reply via email to