http://www.poskota.co.id/redaksi_baca.asp?id=1889&ik=32

Terlalu Manjakan Syahwat 

Selasa 10 Februari 2009, Jam: 8:46:00 
Baik izin atau tidak pada istri, poligami selalu ditentang emaknya anak-anak. 
Tapi Jumino, 50, kelewat nekad. Kawin tanpa izin saja bisa bikin marah bini, 
kok malah mengawini janda tetangga sendiri. Gara-gara terlalu memanjakan nafsu 
syahwatnya itulah, kini dia dilaporkan istri ke Polsek Pogalan, Kabupaten 
Trenggalek (Jatim). 

Dalam keadaan darurat poligami memang dibolehkan dalam Islam, jadi bukan sebuah 
keharusan. Orang pun sering salah memaknai surat Anissa ayat 3 dalam Qur'an. 
Dengan alasan untuk mengangkat derajat kaum hawa, seseorang sengaja menikah 
lagi. Benarkah itu yang menjadi alasannya? Bohong! Kebanyakan hanyalah karena 
ingin memanjakan nafsu syahwatnya. Jika tekadnya untuk meningkatkan derajat 
kaum wanita, kenapa tidak memilih nenek jompo di panti sosial? Kenapa musti 
cari yang cantik, bodi seksi dengan pantat kentel. 

Jumino warga Desa Ngadirenggo Kecamatan Pogalan Kabupaten Trenggalek (Jatim), 
termasuk lelaki yang gandrung poligami. Paling konyol, sasaran tembaknya justru 
diarahkan pada janda Sinta, 32, tetangga sendiri. Ini kan sama saja ngeledek 
istri sendiri, Juwariah, 45, yang kini mulai ngglombyor (kendor) kulit dan 
bodinya. Memangnya sudah tak ada janda yang tempat tinggalnya agak jauhan 
sedikit? 

Sebetulnya sudah lama Jumino naksir pada Sinta, yang cantik bak Dewi Sinta 
istri Prabu Ramawijaya dari negeri Pancawati ini. Cuma masalahnya, kala itu si 
wanita masih menjadi istri sah Dasiyun. Sebagai lelaki yang tak bermental 
Rahwana raja Alengka, dia hanya memendam gejolak syahwatnya dalam hati. Maka 
ketika tiba-tiba Dasiyun meninggal dimakan demam berdarah, Jumino mulai demam 
poligami. "Tarus saja Bleh, banyak istri banyak rejeki," bujuk setan menyitir 
raja poligami Puspo Wardoyo. 

Meski ngebet banget, Jumino juga tak serta merta menubruk Sinta. Ditunggunya 
hingga setahun kemudian, barulah dia menyampaikan aspirasi urusan bawahnya. 
Ternyata Sinta mau saja, dengan syarat dibelikan rumah di tempat lain, agar 
tidak nyolok mata (terlalu kentara). Dasar Jumino kuat di onderdil dan materil, 
segala persyaratan itu dipenuhi. Setelah memanipulasi sejumlah data, resmilah 
dia menjadi suami baru Sinta. 

Wah, Jumino merasa nemu cepaka sewakul (dapat durian runtuh). Sinta yang dulu 
bikin ngiler dirinya, kini berhasil dimiliki dan dinikmati. Namanya saja 
pengantin baru, meski usinya sudah kepala 5, Jumino masih bisa ambil 2-3 rit 
dalam sehari semalam. Ibarat kata, suami Juwariyah ini tak sempat lagi 
bercelana. Goyang terus sampai tua, pungnak pungna, mumpung enak mumpung ana 
(manfaatkan kesempatan). Dan gara-gara poligami diam-diam itulah, tubuh Jumino 
juga menjadi demikian bersih, lantaran sering mandi junub. 

Cuma surga perkawinan Jumino tak berlangsung lama. Ibarat mobil belum sampai 
5.000 Km angka di speedometer, istri mengetahui ulahnya. Tentu saja Ny. 
Juwariyah mencak-mencak, apa lagi madunya justru tetangga dan teman dalam 
kegiatan PKK dan pengajian. Tak menerimakan perkawinan suami tanpa seijinnya, 
dia segera melapor ke Polsek Pogalan. Terpaksalah kini Jumino jadi urusan 
polisi, setelah dua minggu lalu jadi urusan kantor agama. Ini namanya memang 
suami ora urus (kurang ajar). 

Reply via email to