T = Bapak seorang psikolog? J = Bukan. Walaupun saya menulis buku yg berjudul "Psikologi Tarot" (Pinus, 2008), saya sendiri bukan psikolog. Yg memiliki background Psikologi itu co-author saya yg namanya Audifax. Background akademik saya di Ilmu Politik dan Bisnis.
T = Perkenalkan nama saya V, saya baca blog bapak tentang anak indigo. J = Mungkin itu bukan blog saya, tetapi blog milik orang lain yg memasang tulisan saya tentang indigo which is oke saja. Banyak blog yg meng-copas tulisan saya, baik dengan ijin maupun tidak, dan saya sama sekali tidak keberatan. T = Em, kemaren sore saya dikejutkan oleh pengakuan teman saya, dia mengaku bahwa dia indigo, kemampuan dia bisa melihat pakaian dalam wanita dengan matanya, dan yang lebih mengejutkan dia bilang pada saya bahwa sebenernya saya indigo. J = Kemampuan bisa melihat pakaian dalam wanita memang dimiliki oleh banyak pria, baik indigo maupun tidak. Saya sendiri bisa melihat pakaian dalam wanita walaupun saya bukan indigo. Cuma orang-orang tertentu saja yg tidak bisa melihat pakaian dalam wanita dengan matanya, cuma saya sendiri heran dengan apa mereka melihatnya. Setahu saya kita melihat pakaian dalam wanita dengan mata kita, memangnya kita bisa melihat pakaian dalam wanita dengan jari kita? T = Yang ingin saya tanyakan: apakah indigo seseorang itu bisa ditentukan oleh orang yang mengidap indigo juga? J = Indigo seseorang itu ditentukan oleh banyak faktor. Ada orang yg merasa dirinya indigo lalu menunjuk dirinya sebagai ahli penentu indigo-indigo lainnya. Ada anak kecil yg di-indigo-kan oleh orang tuanya. Ada yg di-indigo-kan oleh media massa. Banyak lah, macam-macam. Ada juga anak indigo yg tidak mau dibilang indigo, seperti saya. Karena saya tidak mau orang lain menjadi takut sama saya, maka sejak dahulu saya menolak untuk di-indigo-kan dengan alasan apapun. Kalau saya jadi indigo maka cuma akan dikagumi dari jarak jauh karena orang mengira saya ada setan-nya sehingga bisa melihat celana dalam wanita. Pedahal saya melihatnya dengan mata biasa saja, itu pun kalau saya kebetulan lewat counter yg menjual lingeries, alias pakaian dalam wanita. T = Apakah orang yang bisa melihat makhluk halus bisa dikatakan indigo? J = Orang yg bisa melihat makhluk halus adalah orang yg sedang mengalami halusinasi karena kurang tidur atau menggunakan hallucinogen seperti cimeng dan sebangsanya. Orang itu akan menjadi indigo selama halusinasi itu berlangsung. Setelah halusinasinya selesai karena orang itu sudah capek dan bobo, maka orang itu jadi normal kembali. Ketika orang itu ber-halusinasi lagi, maka kembalilah ke-indigo-an itu. T = Apakah orang yang bisa membaca situasi bisa dikatakan indigo? J = Setahu saya banyak orang bisa membaca situasi, kalau anda tidak bisa membaca situasi maka anda tidak bisa lalu lalang di jalan yg padat dengan kendaraan bermotor dan pejalan kaki. Tentu saja kita bisa bilang bahwa orang-orang yg jelas bisa membaca situasi itu sebagai orang-orang indigo. Bisa saja lah, tidak ada yg larang. T = Jujur saya bingung apa saya indigo atau tidak karena sejak lahir saya tidak pernah dikatakan indigo oleh keluarga saya, namun hingga kemaren ada yang menyebut saya indigo, dan ternyata dia indigo juga. J = Sama, saya juga sejak lahir tidak pernah dikatakan indigo oleh keluarga saya. Bahkan sampai saat ini tidak ada seorang pun yg berani bilang bahwa saya indigo walaupun dia sendiri dibilang indigo oleh orang-orang lainnya. T = Saya baca, di beberapa artikel mengatakan bahwa indigo itu seperti penyakit, mengapa dikatakan demikian? J = Indigo dikatakan penyakit karena orang itu mau mengatakannya demikian. Kalau dia mau bilang bahwa indigo penyakit, maka itu HAM (Hak Azasi Manusia) yg ada di dirinya, namanya HAM Kebebasan Berbicara atau Free Speech, dan itu ada di Deklarasi Universal HAM dari Perserikatan Bangsa-Bangsa yg sudah di-ratifikasi oleh Pemerintah RI tetapi belum disosialisasikan sehingga orang-orang tidak tahu bahwa kita berhak berbicara apa adanya saja tanpa rasa takut. Bicara saja, tidak ada yg larang. Dan di sini termasuk berbicara bahwa menurut orang itu indigo adalah penyakit. Orang lain bisa saja bilang bahwa itu bukan penyakit. Semuanya itu cuma pendapat saja, opini saja, Free Speech, HAM Kebebasan Berbicara. T = Memang bisa dikatakan emosi saya berubah-ubah, kadang senang, sedih atau semacamnya, saya membaca di artikel kebanyakan orang indigo seperti itu, tapi saya masih bingung apa karena hal ini orang bisa di judge indigo? J = Indigo is what you call indigo, suatu istilah yg lagi in juga walaupun sudah mulai pudar karena orang sudah mulai bosen. Ternyata gebyar indigo cuma begitu saja, tidak ada kelanjutannya. Emosi tiap orang berubah-ubah, kadang senang, sedih atau semacamnya, dan what's so strange about it? Emosi saya juga berubah-ubah, dan untungnya sampai saat ini saya masih bisa bertahan untuk tidak dibilang indigo oleh orang lain maupun oleh diri saya sendiri. T = Terlebih saya kerap kali dikatakan aneh, autis atau sebagainya oleh teman-teman saya, saya sangat bingung, apa iya saya indigo. J = Menurut saya anda itu biasa-biasa saja, tidak ada bedanya dengan saya atau teman-teman lainnya. Saya juga kerap kali dikatakan aneh oleh teman-teman saya, tetapi hal itu tidak menyebabkan saya bingung dan bertanya-tanya apakah saya indigo. Seperti telah saya tulis di bagian atas, dengan sadar saya menolak untuk dibilang indigo karena saya tidak mau kehilangan pangsa pasar alias target market. Target saya adalah orang yg gimana gituh yg mau mendekati saya dengan cara mengendap-ngendap sampai suatu saat HAP, lalu ditangkap. Karena seperti itu tujuan saya, maka saya tidak boleh dibilang indigo atau menganggap diri indigo karena akan mengakibatkan orang yg lagi saya sukai menjadi takut sama saya karena dikiranya saya punya banyak setan-setan yg ngikutin saya, pedahal emang bener begitu. T = Terkadang ada senangnya saya dikatakan indigo setidaknya saya memiliki kemampuan lebih dibanding yang lain, tapi ada sedihnya ketika membaca artikel-artikel yang men-judge indigo adalah penyakit, dan anak indigo adalah anak yang aneh, tapi jujur saya yakin betul saya bukan indigo, karena mungkin saya hanya memilki daya sensitifitas yang lebih dibanding yang laen, dengan mata telanjang saya bisa membaca aura dan karakter orang, tapi saya yakin benar itu hanya karena sensitifitas saya yang terlalu tinggi. J = So, what's the problem then? Memang sensitifitas tiap orang berbeda, dan itu tidak perlu menjadi masalah, bahkan sebenarnya tidak perlu menjadi alasan bagi segala macam heboh tentang indigo atau bukan. Tetapi, sekali lagi, ini cuma berbagai macam opini saja yg juga tidak perlu dianggap terlalu serius. Kalau ada orang yg mau mengambil tema indigo sebagai suatu jalan hidup, maka jadi lah, itu pilihan bagi orangnya sendiri. Saya sendiri tidak meng-idola-kan suatu konsep, apalagi yg remang-remang seperti konsep indigo itu. T = Pernah suatu kali teman saya kehilangan barang sesuatu, ini waktu setahun yang lalu, saat saya kelas 3 SMA, teman saya yang lain yang satu kelas memberi tebak-tebakan pada saya, siapa orang yang dicurigai oleh teman-temannya di kelas yang mengambil barang itu, pada saat itu saya memejamkan mata saya, dan terbesit suatu nama di dalam angan saya, dan saya sebutkan nama orangnya, dan ternyata benar, apa yang terjadi pada saya? Apa itu mata batin saya yang berbicara? Apa sixth sense saya? Apa sebenernya sixth sense itu, tapi yang saya lihat hanya terbersit dalam angan saya seperti ada yang terlintas dalam angan saya tentang nama anak itu. J = Namanya intuisi, dan munculnya memang seperti itu, sekelebat saja. Ada juga yg bilang kemampuan Mata Ketiga atau Indra Ke-enam (Sixth Sense). Apapun istilahnya, cara bekerjanya memang seperti itu, muncul sekilas saja di dalam pikiran kita. T = Tidak hanya itu, tiap kali saat aku dan teman ku bermain tebak-tebakan lebih sering tebakan ku benar, em intinya saya bingung apa yang terjadi pada saya, apa iya saya punya sixth sense apa tidak, hal ini membuat saya selalu memikirkannya, terlebih saya orang yang pemikir. J = Tiap orang memiliki Indra Ke-enam atau Sixth Sense itu, yg membedakan cuma gradasi saja, ada yg lebih sensitif dan ada yg lebih bebal. Kebetulan anda lebih bisa menangkap sinyal-sinyal yg muncul di dalam pikiran anda sendiri. Orang-orang lain juga memperoleh sinyal yg sama tetapi, mungkin, kurang bisa menangkap dengan cepat seperti anda karena pikiran di diri mereka tertutup oleh berbagai macam hal, seperti rasa tidak percaya diri, rasa takut, dan sebagainya. So, tidak usah takut, jalani saja, dan tidak perlu dipikirkan segala macam istilah seperti indigo dan semacamnya. Bukan hanya teman anda yg mengaku sebagai indigo yg mampu untuk melihat celana dalam wanita, saya sendiri yg tidak mengaku sebagai indigo juga bisa. Bahkan saya juga bisa melihat apa yg ada di balik celana dalam wanita, dengan mata saya tentu saja, abis dengan apa lagi? Leo @ Komunitas Spiritual Indonesia <http://groups.yahoo.com/group/spiritual-indonesia> Konsep tentang anak indigo berasal dari AS dan telah menyebabkan banyak kerancuan as well as praktek per-klenikan model baru. Kalau kita eling bahwa ada generasi di bawah kita yg sensitif dan lebih jujur terhadap diri sendiri, seharusnya kita semua berubah, dan bukan malahan meng-idolakan anak-anak "ajaib" yg sebenarnya biasa-biasa saja. Kita semua anak ajaib, kita semua indigo. Kalau kita mau lebih jujur terhadap diri sendiri dan sesama maka kita termasuk generasi indigo. Indigo itu warna yg diperlihatkan oleh foto aura, bisa dibuat dan harganya mahal. Tetapi yg penting bukanlah warna foto aura itu tetapi kesadaran di diri kita. Kalau jingkrak-jingkrak karena waktu di foto aura warnanya indigo dan lalu kelakuan tetap saja petantang petenteng sesumbar tentang Allah dan segala macam ayat-ayat, maka apa gunanya? Kalau bersyukur kepada Allah dan mendesis Subhanallah, Subhanallah... ketika melihat anak "indigo" yg bisa cas cis cus Bahasa Inggris, maka apa gunanya? Konsep indigo cuma berguna kalau kita mau berubah, dan berubahnya di sini dan saat ini saja. Get your new Email address! Grab the Email name you've always wanted before someone else does! http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/