Refleksi: Kalau benar dimaksudkan untuk mensejahterakan warga  kedung Ombo 
dengan dibuatnya waduk, maka sudah sejak lama tidak ada yang miskin.

http://www.sinarharapan.co.id/berita/0902/25/nus01.html



Warga Kedung Ombo Masih Miskin  
Oleh
SU Herdjoko


Semarang - Sekitar 2.400 keluarga yang tinggal di seputar Waduk Kedung Ombo 
masih menjerit dalam kemiskinan. Meski waduk itu sudah dibangun 22 tahun silam 
dan fungsinya bisa menyejahterakan para petani yang letaknya jauh dari waduk, 
warga di sekitar waduk justru masih terpuruk dalam kemiskinan.

Oleh karena itulah Forum Perjuangan Rakyat Kedung Ombo (FPRK) meminta agar 
Pemerintah Jawa Tengah (Jateng) menggulirkan program ekonomi kemasyarakatan 
disertai pendampingan intensif agar bisa menaikkan kesejahteraan masyarakat. 

"Contoh nyata bahwa kami masih miskin adalah dalam satu desa belum tentu ada 
anak-anak kami yang bisa mengecap pendidikan perguruan tinggi. Bila diukur dari 
makan, kami semua sebagai orang desa pasti bisa makan. Hasil pertanian mulai 
dari umbi hingga daun masih bisa kami makan sehingga tidak ada yang mati 
kelaparan. Namun, bila kami sakit, bila harus berobat hingga menelan biaya Rp 5 
juta, kami tidak akan sanggup membayar," ujar Koordinator FPRK Paris Rajanto di 
Semarang, Selasa (24/2) sore.

Waduk itu dibangun ketika Jawa Tengah dipimpin Gubernur Ismail pada masa Orde 
Baru. Kemudian ketika Jawa Tengah berganti pemimpin ke Soewardi, lalu 
Mardiyanto, Ali Mufiz, dan kini Bibit Waluyo, warga Kedung Ombo belum merasakan 
kesejahteraan sesuai dengan tujuan pembangunan waduk. "Sangat sulit bagi kami 
untuk mengubah pola hidup dari petani daratan menjadi nelayan di waduk atau 
petani pasang surut," ujar Suwandi, Sekretaris FPRK.

Suwandi menjelaskan permasalahan ganti rugi dan penggusuran tempat tinggal 
mereka sehingga menjadi waduk sebenarnya belum sepenuhnya selesai. Sepuluh 
perwakilan warga Kedung Ombo menemui Gubernur Jateng Bibit Waluyo untuk meminta 
penegasan soal program bantuan peningkatan kesejahteraan warga di sekitar waduk.

Ia menjelaskan, warga Kedung Ombo pernah melakukan upaya konfrontasi melawan 
pemerintah. Namun, cara itu kemudian berubah ketika Jawa Tengah dipimpin 
Gubernur Mardiyanto. 

Warga Kedung Ombo yang merasa tersakiti berkaitan dengan pembangunan waduk itu 
kini tinggal di 37 dusun yang berada di empat kecamatan, masing-masing Kemusuk 
(Kabupaten Boyolali), Kecamatan Miri dan Sumberlawang (Sragen), dan Kecamatan 
Nggeger (Grobogan). 

Gubernur Berjanji
Paris Rajanto mengingatkan bahwa pembuatan waduk tersebut dilatarbelakangi 
dengan konflik sehingga aset besar waduk Kedung Ombo seharusnya juga 
dimanfaatkan bagi kesejahteraan warga yang terpinggirkan akibat pembuatan waduk 
tersebut. "Kami ingin Pemerintah Jawa Tengah melihat lagi keadaan warga di 
sekitar waduk pada kondisi saat ini. Kami masih kesulitan melakukan hubungan 
dengan dunia luar di daerah lain," ujar Paris.
Warga menginginkan pemerintah melakukan program pemberdayaan ekonomi dengan 
pendampingan serius. "Sebab kondisi warga dan fisik daerah itu masih 
memprihatinkan," tambah Suwandi. 

Menanggapi keluhan warganya, Gubernur Bibit Waluyo berjanji akan memperhatikan 
aspirasi warga Kedung Ombo. Salah satu upayanya adalah Pemprov akan 
memprioritaskan pemberdayaan ekonomi kerakyatan di daerah itu. "Tolong membuat 
proposal yang riil. Soal pembangunan sarana transportasi jalan akan kami 
komunikasikan dengan pemerintah pusat. Proposal itu akan saya ajukan ke 
pemerintah pusat," ujar Bibit.

Langkah bantuan terdekat adalah pada awal Maret nanti Pemerintah Provinsi Jawa 
Tengah akan menyalurkan 120 kambing untuk 60 peternak di Blora.n

Kirim email ke