================================================= THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia." ================================================= [Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia Quotient] Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009. "Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." Pelangi Politik di Tiga Pulau Jumat, 27 Februari 2009 | 00:24 WIB Sungguh kurang tepat jika peta penguasaan politik di luar Jawa dikesankan monoton lantaran dari masa ke masa hanya terpaku pada satu kekuatan politik yang dominan. Peta kontestasi politik Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi justru bertutur sebaliknya. Bagaikan pelangi, tiga warna dominan, yaitu merah, kuning, dan hijau, mewarnai setiap ajang kontestasi. Ada masa saat kekuatan ideologi partai-partai bercorak keislaman menguasai ketiga pulau tersebut. Namun, ada kalanya pula kekuatan nasionalis menggantikan pengaruh keagamaan. Tidak berhenti sampai di sini, pertarungan antarkekuatan partai-partai nasionalis pun berlangsung ketat dan saling menggantikan satu sama lain. Peta persaingan dan upaya perebutan penguasaan wilayah semacam itu dengan sendirinya membentuk peta penguasaan baru. Akan terbentuk wilayah-wilayah yang tergolong solid, tetap kukuh dalam penguasaan satu kekuatan politik dari masa ke masa. Di samping itu, terbentuk pula wilayah-wilayah yang tergolong rawan dan rapuh akibat kurang berhasilnya suatu kekuatan politik mempertahankan secara utuh wilayahnya. Bahkan, tak jarang pula terbentuk wilayah yang semakin tidak terkuasai lagi sejalan dengan semakin agresifnya penguasaan lawan di wilayah tersebut. Membaca sejarah kontestasi politik di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi, juga mengungkapkan persoalan semacam ini. Menariknya, dari ketiga gugusan pulau tersebut, terdapat perbedaan yang cukup mencolok satu sama lainnya. Sumatera, misalnya, bertutur mengenai perubahan penguasaan politik dari penguasaan partai bercorak keagamaan (Masyumi, dan sebagian Parkindo) ke nasionalis, Golkar. Namun, dalam perjalanan selanjutnya, penguasaan Golkar rapuh, bahkan tergantikan oleh kekuatan nasionalis lainnya, PDI-P. Ini pun tidak kekal lantaran Partai Golkar mampu menguasai kembali pada tahun 2004. Namun, belakangan penguasaan Partai Golkar kembali menghadapi tekanan dari PDI-P, sebagaimana yang tergambarkan dalam beberapa ajang kontestasi lokal. Menariknya, di Sumatera, tumbangnya kekuatan bercorak keagamaan di masa lampu tidak berarti terkuburnya gerak penguasaan partai-partai bercorak keagamaan. Partai bercorak keislaman, seperti PBB, PAN, PKS, ataupun bercorak kekristenan, seperti PDS, menunjukkan geliatnya. Bahkan, PBB mampu menguasai provinsi Bangka Belitung. Lain Sumatera, lain pula Kalimantan. Kekuatan Orde Baru memudarkan pengaruh kekuatan Islam dan kekuatan primordial kedaerahan, seperti Partai Persatuan Daya di wilayah ini. Ketika reformasi bergulir, yang segera diikuti oleh arus kebebasan berpolitik dan berpartai, hanya partai-partai nasionalis yang berkuasa. Wilayah ini berubah menjadi ajang persaingan Partai Golkar dan PDI-P. Namun, menariknya, terdapat sisa-sisa kekuatan pendukung partai bercorak keislaman yang setia dengan ideologi politiknya. Sebagian wilayah di Kalimantan Selatan, misalnya, menjadi benteng yang tak terkalahkan semenjak 1955 hingga kini. Jika dibandingkan dengan Sumatera dan Kalimantan, Sulawesi menunjukkan wajah yang berbeda. Selepas penguasaan partai bercorak keagamaan, nasionalis Golkar menguasai mutlak wilayah ini, jauh melebihi perolehan suara Golkar di Sumatera dan Kalimantan. Menariknya, penguasaan ini terus berlanjut hingga kini. Ketika Orde Baru runtuh, Golkar di Sulawesi menjadi benteng kekuatan yang tetap loyal. Uniknya, ketika Golkar mulai bangkit di berbagai daerah, sebagaimana yang terjadi pada Pemilu 2004, justru terjadi penurunan suara Golkar di Sulawesi. Tiga warna di tiga pulau mengisahkan kontestasi pada masa lampau. Persoalannya kini, dalam Pemilu 2009, apakah warna-warna politik akan berubah kembali di ketiga pulau itu? Hipotesisnya, melihat berbagai dinamika partai politik yang terjadi selama ini dan mekanisme pemilu saat ini yang m>kern 301m<engakomodasikan kekuatan so>kern 251m<sok yang dicalonkan partai, maka perubahan penguasaan politik sulit terhindarkan. Hanya, derajat perubahan yang terjadi akan berbeda-beda. Sulawesi, memiliki geliat tersendiri.[Bestian Nainggolan-Kompas] ----------- Pelangi Indonesia Pelangi sosial politik di Indonesia terpacar jelas dari warna keterwakilan partai yang menjadi pilihan rakyat yang lalu. Itulah demokrasi Indonesia yang tumbuh alami dan dinamis.... Itulah warna eloknya pelangi politik Indonesia, yang beragam, beraneka, bermacam-macam, bersuku-suku, beragama-agama dan berkepercayaan, berbagai budaya, berbagai tradisi, seni, berbagai nilai-nilai, semuanya bertumbuh semarak menjadi pantulan pancaran hati dan jiwa pemiliknya...yaitu rakyat Indonesia. Jadi Indonesia adalah negara [nation] kesatuan yang sangat pelangi, majemuk, prural, bhinneka... Dan semua unsur itu lah bersatu padu dalam Indonesia yang ika, eka, dan yang satu! Kemudian tugas para pemegang amanah, yaitu para pemimpin/wakil rakyat diantaranya adalah : Bagaimanakah negara yang majemuk ini dengan semangat dan dedikasi kebersamaan dalam pruralisme yang ada, dapat melangkah padu, menjadi negara yang berkualitas, sejahtera, berkembang, dan maju untuk menyongsong masa depan. Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! Best Regards, Retno Kintoko The Flag Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! ERDBEBEN Alarm ---------
SONETA INDONESIA <www.soneta.org> Retno Kintoko Hp. 0818-942644 Aminta Plaza Lt. 10 Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan Ph. 62 21-7511402-3