http://www.sinarharapan.co.id/berita/0903/10/sh01.html
Gerindra Targetkan 14 Persen Suara Prabowo Terinspirasi Deng Xiaoping Oleh Effatha Tamburian/Daniel Tagukawi Jakarta - Ketua Dewan Pembina Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Prabowo Subianto mengatakan, dirinya belajar dari pemimpin Republik Rakyat China Deng Xiaoping. Meski sangat mencintai negaranya, tiga kali dia dipecat dan diperlakukan tidak sepatutnya. Bahkan, keluarga Deng Xiaoping pernah dianiaya, namun terbukti dia sukses luar biasa memajukan China seperti saat ini. "Saya terinspirasi Deng Xiaoping. Kalau dibandingkan dengan dia, saya belum apa-apa. Saya baru satu kali dipecat. Saya ingin seperti Deng Xiaoping bagi Indonesia," ujar Prabowo dalam percakapan dengan SH di Jakarta, Senin (9/3). Pernyataannya itu menjawab pertanyaan apakah dia tidak khawatir rekam jejaknya pada masa lalu, khususnya semasa berdinas aktif di TNI, akan memengaruhi citranya sebagai calon pemimpin masa depan. Apalagi mulai bermunculan kampanye negatif terhadap dirinya. Menurut Prabowo, yang terakhir menjabat sebagai Panglima Kostrad dengan pangkat letnan jenderal, dirinya telah mengabdi kepada bangsa dan negara sebagai prajurit selama 24 tahun serta semua tugas dan tantangan selalu dia hadapi. Sebagaimana diketahui, Prabowo, yang ketika itu menantu Presiden Soeharto, diberhentikan sebagai Panglima Kostrad menyusul kerusuhan di Jakarta pada Mei 1998 dan digantikan oleh Letjen Johny Lumintang. Dia pun banyak disebut-sebut terlibat dalam sejumlah aksi penculikan aktivis pada masa lalu. Dalam Pansus Orang Hilang di DPR, namanya juga disebut-sebut. "Dalam pergantian rezim, ada kecenderungan orang-orang dari rezim lama harus dihabisi. Banyak yang bilang saya beruntung tahun 1998 masih hidup dan selamat," katanya. Dia menilai, banyak politisasi terhadap pelaksanaan hukum dan HAM di Indonesia. "Rakyat dapat melihat dan sudah pandai. Mereka yang teriak-teriak soal HAM ternyata banyak digaji pihak asing," katanya. Meninjau nasib yang dialami dalam karier militernya tersebut, Prabowo terinspirasi kepada Deng Xiaoping. "Saya kini juga memperjuangkan perubahan bagi kemakmuran dan perekonomian Indonesia," tegasnya. Dia menyatakan, tidak khawatir dengan berbagai kampanye negatif mengenai dirinya. "Kampanye negatif akan selalu ada. Saya seorang prajurit bagi bangsa dan negara. Saya tidak pernah lari dari tanggung jawab. Semua sudah saya pertanggungjawabkan. Saya selalu ada dalam negeri," katanya. Perjuangkan Perubahan Dia menuturkan, pihaknya saat ini lebih berkonsentrasi untuk melakukan perubahan bagi bangsa dan negara ini sebab menurutnya sangat ironis, negara yang kaya sumber daya alam ini ternyata sebagian besar penduduknya hidup dalam kemiskinan. "Kami melihat, ada sistem yang keliru. Saya tidak mau menyalahkan orang per orang, tapi lebih kepada sistem. Untuk itu, kalau mendapat mandat dari rakyat dalam Pemilu 2009, kami akan mengembalikan roh dan semangat sistem perekonomian yang dibangun para pendiri bangsa ini," ujarnya. Menurutnya, bukan mustahil generasi mendatang tidak mengetahui sama sekali mengenai semangat dan roh yang dibangun para pendiri bangsa ini. Oleh karena itu, ini menjadi panggilan untuk mengembalikan semangat asli dari konstitusi. Tentu, hal itu harus disesuaikan dan dipilah secara baik sehingga justru tidak menimbulkan kekacauan sistem. Prabowo melihat, sistem ekonomi yang diberlakukan saat ini telah jauh meninggalkan roh dan semangat yang diinginkan para pendiri negara ini, seperti tertuang dalam konstitusi. Sekarang ini, katanya, Indonesia telah mempraktikkan sistem neoliberal. Namun ketika sistem ini gagal, para ekonom yang menganut paham ini tidak secara jujur mengakui kegagalannya. "Semua diserahkan kepada mekanisme pasar sehingga pengusaha kecil berhadapan dengan pengusaha kecil. Yang terjadi, pengusaha besar semakin besar, pengusaha kecil semakin sulit," katanya. Bahkan, kata Prabowo, praktik perekonomian saat ini lebih liberal dari liberal. Bayangkan saja, pihak yang memperoleh kredit dari bank pemerintah justru menyimpan keuntungan di bank luar negeri. Padahal, mereka mendapat kemudahan dari pemerintah. "Apa ini bukan namanya mbah-nya liberal? Seharusnya kalau mendapat kemudahan dari dalam negeri, mereka harus menyimpan itu di dalam negeri, bukan di luar negeri," ujarnya. Prabowo menegaskan, pihaknya memang menentang penjualan aset negara yang strategis, seperti PT Pindad, PLN, air, telekomunikasi, dan sebagainya, sebab hal itu sangat terkait dengan kepentingan rakyat, bangsa, dan negara. "Masak negara sebesar Indonesia dengan penduduk 220 juta tidak punya pabrik senjata?" katanya. Dia prihatin sampai Gelora Bung Karno pun sudah digadaikan. "Nanti apalagi yang digadaikan? Memang itu hanya Gelora Bung Karno, tapi jangan lupa, itu merupakan simbol kita," tegas Prabowo. Terkait sektor pertanian, Prabowo mengatakan, dirinya menekankan pertanian merupakan sektor utama dalam upaya membangkitkan kembali ekonomi Indonesia. Bangsa Indonesia harus punya kedaulatan di bidang pangan, di mana produksi dan suplai pangan tidak boleh lagi tergantung dari impor. Hal tersebut disebabkan lebih dari 60 persen rakyat Indonesia hidup dari sektor pertanian sehingga dapat menyerap lapangan kerja paling banyak dalam waktu singkat. Ia mencontohkan, dalam satu hekatre sawah, perkebunan, atau hutan produktif rata-rata dapat menyerap enam orang pekerja sehingga jika 2-3 juta hektare pencetakan sawah baru, 12 juta orang sudah terserap. 12,1 Juta Anggota Menyinggung target Partai Gerindra dalam Pemilu 2009, Prabowo mengatakan, saat ini pihaknya memperkirakan sudah mencapai 14-15 persen. Dengan sisa waktu yang ada, pihaknya terus berusaha untuk mencapai 20 persen dalam Pemilu 2009. Dia mengatakan, perkiraan itu bukan berdasarkan survei, tapi sesuai dengan data keanggotaan Partai Gerindra yang sudah mencapai 12,1 juta anggota. "Kami yakin, dengan sekitar 30 hari tersisa ini, bisa menambah dukungan dalam Pemilu. Tentu, kami harus meraih suara yang signifikan guna merealisasikan berbagai agenda perjuangan," katanya. Ditanyai soal bakal calon wakil presiden (cawapres), Prabowo mengatakan, tentu figur bakal cawapres harus memiliki kesamaan visi dan misi ekonomi kerakyatan, keadilan, Pancasila, dan NKRI. "Jangan bilang banyak yang penuhi kriteria ini lho. Kita bisa melihat, banyak yang menjual aset BUMN, ada banyak praktik yang tidak sesuai dengan Pasal 33 UUD 1945. Saya menantang penjualan aset strategis meski tidak antipenanaman modal asing," tegasnya. (kristanto hartadi