Prabowo Subianto: 
Tunggu Buku Saya


TAK mudah membujuk Prabowo Subianto, 58 tahun, mengomentari biografi Sintong 
Panjaitan, Perjalanan Seorang Prajurit Para Komando, yang diluncurkan Rabu 
pekan lalu. Alih-alih menjawab pertanyaan, Prabowo malah menghardik. ”Anda dari 
mana? Orang kalau tidak mau jangan dipaksa,” katanya kepada wartawan Tempo, 
Akbar Tri Kurniawan, yang menemuinya seusai ia menghadiri deklarasi Gerakan 
Muslim Indonesia Raya di Senayan, Jumat pekan lalu. 
Sebelumnya, kepada wartawan, ia hanya berujar pendek, ”Sudahlah, kita cari yang 
baik-baik. Tunggu buku saya.” Soal penculikan aktivis 1998, ia menjawab, ”Kan 
sudah (ada pengadilan militer). Kita hormati semuanya. Biar sejarah akan 
bicara. Setiap orang punya versi masing-masing.” 
Tudingan-tudingan kepada Prabowo sebetulnya bukan yang pertama. Sebelumnya, 
Habibie dalam buku Detik-Detik yang Menentukan melontarkan tudingan miring ke 
arah Prabowo: soal penculikan aktivis dan pengerahan pasukan ke Istana Presiden 
tak lama setelah Soeharto jatuh, Mei 1998. Wiranto dalam Bersaksi di Tengah 
Badai mengungkapkan hal yang sama. Berikut ini petikan keterangan Prabowo yang 
dikumpulkan Tempo dari pelbagai sumber. 
Soal Pengerahan Pasukan Kostrad di rumah Presiden Habibie, Mei 1998. 
Semua penempatan dan pengerahan pasukan untuk mengamankan semua obyek vital, 
terutama keselamatan presiden dan wakil presiden. Saya justru sedih dengan 
munculnya persepsi bahwa saya mengancam keselamatan Presiden B.J. Habibie. 
—Surat bantahan Prabowo dari Amman, Yordania, dalam buku Fadli Zon, Politik 
Huru-hara Mei 1998, halaman 147-151 
Tentang penculikan aktivis 1998 dan Prabowo yang tak melaporkan operasinya itu 
kepada Kepala Staf Angkatan Darat atau Panglima Tentara Nasional Indonesia.

 
”Semua yang saya lakukan, atas sepengetahuan atasan saya, dengan persetujuan 
dan perintah mereka. Mungkin saja tidak semua perintah itu menurut garis rantai 
komando, sebab atasan-atasan saya suka bekerja melompat melalui beberapa 
tingkat. Tetapi saya mengatakan ini tanpa ragu-ragu. Tujuan operasi itu, 
katanya, adalah untuk menghentikan pengeboman. Kami ingin mencegah kampanye 
teror.” 
—”Buku Putih” Prabowo (Kesaksian Tragedi Mei 1998), Penerbit Majalah Berita 
Populer Totalitas 
Tentang mengapa tentara tak mencegah kerusuhan Mei 1998—ketika itu Prabowo 
adalah Panglima Komando Cadangan Strategis Angkatan Darat. 
”Apa motivasi yang mendorong kami untuk menghasut kerusuhan? Kepentingan kami 
adalah pemerintah selamat. Saya adalah bagian dari rezim Soeharto. Andaikata 
Pak Harto terus memerintah tiga tahun lagi, mungkin saya menjadi jenderal 
bintang empat. Mengapa saya harus membakar ibu kota? Itu bertentangan dengan 
kepentingan pribadi saya, apalagi prinsip-prinsip saya.” 
—”Buku Putih” Prabowo (Kesaksian Tragedi Mei 1998), Penerbit Majalah Berita 
Populer Totalitas
 
http://majalah.tempointeraktif.com/id/arsip/2009/03/16/LU/mbm.20090316.LU129822.id.html

             
 
http://groups.google.com/group/suara-indonesia?hl=id


      New Email names for you! 
Get the Email name you've always wanted on the new @ymail and @rocketmail. 
Hurry before someone else does!
http://mail.promotions.yahoo.com/newdomains/aa/

Kirim email ke