=================================================  
THE WAHANA DHARMA NUSA CENTER [WDN_Center] 
Seri : "Membangun spirit, demokrasi, konservasi sumber daya, 
           nasionalisme, kebangsaan dan pruralisme Indonesia."  
================================================= 
[Spiritualism, Nationalism, Resources, Democration & Pruralism Indonesia 
Quotient] 
Menyambut Pesta Demokrasi 5 Tahunan - PEMILU 2009.  
"Belajar menyelamatkan sumberdaya negara untuk kebaikan rakyat Indonesia." 
ANALISIS POLITIK 
Perlu Dijamin Pemilu yang Jurdil 
Selasa, 7 April 2009 | 02:50 WIB 
Oleh : YUDI LATIF 
Dalam suasana tenang mendebarkan menjelang hari pemilihan umum, ada baiknya 
mengaca diri. Setiap pemilu tiba mestinya menjadi momen perhitungan, apakah 
perjalanan demokrasi mengalami gerak maju atau mundur. 
Kemajuan konsolidasi demokrasi bisa diukur dari proses ”pendalaman” dan 
”perluasan”. Demokrasi mengalami pendalaman jika terdapat perbaikan kualitatif 
dalam institusi elektoral, performa partai dan budaya politik, yang memperkuat 
legitimasi politik serta menjadikan demokrasi only game in town. 
Demokrasi mengalami perluasan jika membawa perbaikan kualitatif dalam kehidupan 
rakyat, yang meningkatkan kepuasan rakyat pada demokrasi. 
Dalam proses pendalaman ini, Indonesia memiliki titik berangkat yang positif. 
Seperti dikatakan Rustow, kesatuan nasional harus mendahului fase-fase lain 
dari demokratisasi; diindikasikan oleh adanya sejumlah besar warga negara yang 
tidak memiliki keraguan untuk bertaut pada komunitas politik kebangsaan. 
Meski di beberapa elemen ada riak gerak memisah, bayangan komunitas politik 
keindonesiaan masih hegemonik menundukkan bayangan politik etno-religius. Hal 
itu terbukti dari memudarnya efektivitas partai politik yang melulu 
mengandalkan perbedaan simbol keagamaan. 
Solidaritas kebangsaan ini diperkuat oleh kemajuan civic culture; utamanya 
didorong kesadaran keagamaan yang menjunjung tinggi toleransi, saling 
menghormati, serta kepercayaan pada sesama warga negara tanpa memandang latar 
primordialnya. Bantalan vital ini akan semakin kokoh jika diperkuat 
pengembangan civic education yang dapat menambah wawasan masyarakat tentang 
prinsip-prinsip demokrasi dan keadaban publik. 
Memudarnya ikatan ideologis dan kepercayaan pada tokoh politik tradisional, 
bersamaan merebaknya nilai-nilai pragmatis, juga ada sisi positifnya. Banyak 
orang mulai berani mengambil pilihan politik sendiri, yang bisa memperantarai 
konsepsi kewargaan dan penghormatan pada otoritas legal-rasional. Selain itu, 
nilai-nilai pragmatis juga memudahkan kompromi dan konsensus yang merupakan 
jantung demokrasi. 
Meski demikian, proses pendalaman ini tertawan oleh kelemahan dalam 
institutional crafting. Dalam institusi elektoral, wacana publik kian kencang 
meragukan kompetensi dan imparsialitas lembaga pemilihan. Keraguan ini harus 
dijawab oleh KPU lewat pengerahan daya dan integritas untuk menjamin pemilu 
yang jujur dan adil (jurdil) dalam tenggat yang tersisa. Tanpa itu, keraguan 
bisa merongrong legitimasi demokrasi yang bisa mengarah pada defective 
democracy. 
Persoalan kompetensi dan imparsialitas lembaga pemilihan ini bertautan dengan 
intensitas politisasi yang mengarah pada pelipatgandaan partai politik dan 
calon anggota legislatif. Inkonsistensi dalam institusi pemilihan membawa gerak 
mundur dalam usaha penyederhanaan partai politik. Dengan kebanyakan partai 
gagal mengemban fungsinya, multiplikasi partai hanya melambungkan biaya 
kekuasaan seraya menipiskan tingkat kepercayaan publik pada politik. 
Dengan kelambanan proses pendalaman, proses perluasan demokrasi masih 
terabaikan. Padahal, keberlangsungan demokrasi juga bergantung pada 
kesanggupannya memenuhi cita-cita persemakmuran bersama. 
Demokrasi yang sehat menuntut kesetaraan politik lebih besar, meniscayakan 
adanya kebijakan yang kuat dan sistematik untuk mempromosikan kesetaraan 
sosial-ekonomi. Itu berarti, kualitas demokrasi bergantung pada demokrasi 
sosial-ekonomi, melalui kesinambungan kebijakan perlindungan sosial dan 
kekeluargaan. 
Dibangunkan oleh krisis global, ada arus kesadaran baru di kalangan 
partai-partai properubahan untuk memperjuangkan agenda yang diungkapkan Joseph 
Stiglitz sebagai ”Turn Left for Sustainable Growth”. Bahwa pertumbuhan tidak 
bisa diperdagangkan (trade-off) dengan ketidaksetaraan karena Indonesia 
membuktikan sendiri dalam 10 tahun terakhir sebagai negara dengan tingkat 
pertumbuhan orang-orang terkaya tercepat di dunia, tetapi angka kemiskinan pun 
terus membubung. Pertumbuhan harus seiring dengan pemerataan/kesetaraan, bukan 
melalui proteksionisme ekonomi, tetapi melalui proteksi sosial seiring dengan 
mandat konstitusi (utamanya Pasal 27, 31, 33, dan 34). 
Tetapi penting diingat, apa pun agendanya, usaha memperjuangkan perluasan 
demokrasi meniscayakan pemerintahan yang akuntabel. Perlu dihindari fenomena 
delegative democracy; ketika orang yang terpilih memimpin pemerintahan merasa 
diberi cek kosong untuk melakukan apa pun tanpa akuntabilitas kepada siapa pun. 
Untuk itu, perlu diperkuat kontrol secara horizontal dan vertikal. 
Secara horizontal melalui mekanisme saling kontrol antarlembaga kenegaraan, 
yang efektivitasnya ditentukan oleh institutional crafting dalam proses 
pendalaman demokrasi. Secara vertikal melibatkan peran kontrol masyarakat sipil 
yang efektivitasnya ditentukan oleh perluasan demokrasi. 
Kunci masuk ke arah pendalaman dan peluasan demokrasi adalah pemilu yang 
berkualitas. Terlalu mahal taruhannya jika pemilu dihadapi dengan keisengan dan 
kelicikan yang bisa membawa demokrasi ke jalan buntu. 
Dengan segala kelemahannya, marilah gunakan hak pilih secara bertanggung jawab. 
Bagi yang tidak suka pemilu, sikap Winston Churchill bisa ditiru, ”Aku 
sesungguhnya tidak suka pemilu, tetapi lewat berbagai pengalaman mengikutinya 
aku belajar mengetahui dan menghormati orang-orang di kepulauan ini. Mereka 
baik, dan lagi-lagi baik.” 
------- 
Pemilu adalah salah satu pondasi, dasar, tonggak, pilar kokohnya perkembangan 
demokrasi sebuah Negara dalam kehidupan berbangsa yang berkeinginan berkembang 
terus dan maju. Setelah melalui proses panjang, maka sebentar lagi kita semua 
akan meletakkan dasar-dasar demokrasi dan menentukan siapakah yang paling 
pantas untuk menduduki dua lembaga tinggi Negara, yaitu lembaga DPR dan lembaga 
Presiden. Kemudian mereka diharapkan akan mengembannya dengan komitmen kuat, 
penuh dedikasi dan bertanggung jawab bagi kemajuan dan kesejahteraan rakyat 
Indonesia lima tahun ke depan. 
Kini, Pemilu tinggal dua hari lagi. Mari kita semua bergandeng tangan, penuh 
semangat bekerja bakti bagi Negara, datang ke TPS menuangkan apa yang kita 
harap dan citakan bagi bangsa ini, dengan mencontreng partai pilihan dan 
wakil-wakil pilihan yang nanti akan mengemban suara rakyat yang telah memilih 
dan mengangkatnya tinggi-tinggi menjadi anggota Dewan Perwakilan Rakyat yang 
terhormat di berbagai daerah kabupaten, propinsi dan di pemerintahan pusat 
Republik Indonesia. 
Marilah kita mengemban dan menghormati kepercayaan negara kepada rakyat ini, 
dengan penuh kesadaran untuk memilih wakilnya sebagai proses kehidupan 
berbangsa dan bernegara lima tahunan, dengan partisipasi yang tinggi, yang 
sikap hormat dan pemikiran yang santun, damai dan penuh kedewasaan. Sehingga 
pemilu dapat berjalan lancar, jurdil, aman dan sukses!  
Menuju Indonesia sejahtera, maju dan bermartabat! 
Best Regards, 
Retno Kintoko 
  
The Flag 
Air minum COLDA - Higienis n Fresh ! 
ERDBEBEN Alarm 



 
SONETA INDONESIA <www.soneta.org>
Retno Kintoko Hp. 0818-942644
Aminta Plaza Lt. 10
Jl. TB. Simatupang Kav. 10, Jakarta Selatan
Ph. 62 21-7511402-3 
 


      

Kirim email ke