Dear All, - Ada yang mendapat 111 juta suara padahal baru 7 juta-an data masuk. - ICR yang digunakan KPU rawan kesalahan & manipulasi(?).. Kabar yang saya terima, sistem tersebut belum divalidasi oleh lembaga Independen(?), namun dipaksakan KPU (atau ada tekanan/permintaan pihak lain?) untuk digunakan dalam pemilu 09. - Kawat berduri dipasang sebagai perlindungan dari demo/unjuk rasa ketidakpuasan terhadap kerja KPU.. - Perlu/harus ada pemungutan suara ulang di ratusan (lebih?) TPS akibat kertas suara tertukar (bisa ya tertukar :-p)..
CMIIW.. -- Wassalam, Irwan.K "Better team works could lead us to better results" ---------- Pesan terusan ---------- Dari: Tanggal: 16 April 2009 12:56 Subjek: TEKNOLOGI INFORMASI: Tabulasi Kacau, Caleg Demokrat Raih 111 Juta Suara Refleksi : Kacau bukan aneh bin ajaib menlainkan kebiasaan yang berlaku. http://www.lampungpost.com/cetak/berita.php?id=2009041606242612 Kamis, 16 April 2009 TEKNOLOGI INFORMASI: Tabulasi Kacau, Caleg Demokrat Raih 111 Juta Suara PERKETAT PENGAMANAN. Petugas bersiaga di depan Gedung KPU yang telah dipagari kawat berduri di Jakarta, Rabu (15-4). Pemasangan kawat berduri tersebut mengantisipasi gangguan dan ancaman setelah pelaksanaan Pemilu Legislatif 9 April lalu. (LAMPUNG POST/SUSANTO) JAKARTA (Lampost): Tabulasi Nasional Pemilu (TNP) secara elekronik makin kacau menampilkan hasil pemungutan suara 9 April. Calon legislator dari Partai Demokrat (PD) nomor urut satu daerah pemilihan Sulawesi Selatan II Mohammad Jafar Hafsah memperoleh suara 111.226.214. Padahal, saat itu suara yang masuk baru mencapai 7,88 juta suara. "Saya tak percaya tabulasi ini. Apa iya ada caleg mendapat suara 111 juta, jumlah pemilih yang memberikan suara saja mungkin tak sampai segitu," kata Ketua Komisi II DPR membidangi pemerintahan E.E. Mangindaan yang datang bersama sejumlah anggota Komisi Pemerintahan DPR untuk memantau pelaksanaan tabulasi nasional, kemarin. Mangindaan menilai terjadi kesalahan dalam tabulasi nasional. Ia meminta Komisi Pemilihan segera memperbaiki kesalahan tersebut untuk menjaga kepercayaan masyarakat terhadap tabulasi nasional. Pakar teknologi informasi dari Institut Teknologi Bandung Dedi Syafwan menilai sistem intelligent character recognition (ICR) yang digunakan KPU rawan manipulasi. Menurut Syafwan, desain sistem pengolahan data suara yang berbasis kabupaten/kota juga menyebabkan kelambanan. Formulir C1 IT yang diadakan KPU harus disampaikan dari kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) atau tingkat tempat pemungutan suara ke panitia pemilihan kecamatan (PPK) kemudian ke KPU kabupaten/kota. Akibatnya, terjadi penumpukan pemindaian formulir C1 IT. Kelambanan ini juga diakui KPU akibat pemindai (scanner) yang tidak terintegrasi dengan peranti lunak ICR. Sejatinya, peranti lunak ICR memang berfungsi mengonversi tulisan tangan yang tertera pada formulir C1-IT menjadi data digital. Namun, ternyata tidak semua pemindai yang digunakan terintegrasi dengan peranti lunak ICR. Akibatnya, waktu yang dibutuhkan ICR untuk membaca data menjadi lebih lama. Ditambah lagi proses validasi yang dilakukan operator untuk membetulkan data yang salah terbaca. Selain peranti lunak yang tidak standar, KPU juga mendapati penggunaan kertas formulir C1-IT dengan massa kurang dari 70 gram. Akibatnya, pembacaan data yang tertera pada formulir dengan ICR menjadi terganggu. Padahal, spesifikasi kertas formulir C1-IT telah ditetapkan bermassa 70 gram. Pemungutan Suara Ulang Di tempat terpisah, Badan Pengawas Pemilu (Bawaslu) merekomendasikan pemungutan suara ulang di 254 daerah pemilihan. Itu terkait masalah surat suara tertukar yang sempat digunakan kelompok penyelenggara pemungutan suara (KPPS) pada pemungutan suara pada 9 April lalu. "Ada 254 daerah yang surat suaranya tertukar," kata anggota Bawaslu Agustiani Tio Friedelina Sitorus di Jakarta, kemarin. Di Kabupaten Bandung, Jawa Barat, surat suara tertukar di sejumlah tempat pemungutan suara (TPS) di tiga kecamatan. "Jika pemilu ulang tidak dilakukan, banyak warga yang kehilangan hak politik," ujar Ketua Panwaslu Kabupaten Bandung Enjang Surachman. Panwaslu setempat telah melayangkan surat kepada KPU setempat untuk menggelar pemungutan suara ulang. Demikian pula di Jawa Tengah, caleg dapil I Sumatera Utara (Sumut) dari PDI-P Panda Nababan, bisa unggul telak di sebuah TPS di Banyumas, Jawa Tengah. Hal ini terjadi akibat tertukarnya surat suara saat hari pencontengan.n MI/U-2