Prabowo-Mega Ancaman Paling Serius Bagi SBY
                                    
Kalo saja Prabowo jadi capres dan Mega jadi cawapres, maka tidak ada lagi 
pasangan yang lebih menakutkan SBY dalam kontest pemilu ini.  Karena SBY 
sebagai militer tentu tahu kapasitas Prabowo ini.  Prabowo mendapatkan 
pendidikan khusus di Westpoint Amerika, antara lain adalah pendidikan 
anti-terorisme yang bisa digunakan juga sebagai pasukan terror.

Untuk menguasai atau berkuasa dalam sebuah negara tidak perlu punya pasukan 
banyak, tidak perlu batalyon, tidak perlu brigade, tapi cukup sepuluh pasukan 
khusus yang bergerak dan semuanya tunduk atau hancur jadi abu.

Katakanlah Prabowo kalah suara, kalah pendukung dalam pemilu sehingga SBY 
kembali memenangkan pemilu ini.  Maka dengan gerakan tak terduga, SBY bisa 
diculik, ditangkap, dipenjara, dituduh memanipulasi suara pemilu, dituduh 
melakukan kecurangan2, sambil mengerahkan massa PDIP, mengerahkan massa Islam, 
dan mengerahkan massa partai2 Islam gurem seperti FPI dan lain2nya untuk 
berdemo mendukung gerakan pembersihan yang dilakukan oleh pasukan anti-terror 
yang dibentuk secara rahasia oleh Prabowo.  Lalu bagaimana dengan TNI???  
Angkatan perang RI hanya tunduk kepada yang berkuasa dan tidak bisa menangkal 
gerakan dari dalam negeri sendiri apalagi Prabowo yang sudah paham liku2nya dan 
banyak pendukung2nya.  Prabowo mengangkat diri jadi presiden sementara sambil 
mempersiapkan pemilu ulangan yang mungkin baru dilakukannya 3 atau 5 tahun 
mendatang dimana semua pendukungnya sudah solid memberi dukungan kepada dirinya.

Apakah Amerika berdiam diri saja???  Memang belum tentu Amerika berdiam diri.  
Tapi harus diperhitungkan bahwa Prabowo itu alumni Westpoint yang punya ukhuwah 
panglima dengan semua jendral2 di Amerika sekarang ini.  Jangan dilupakan, 
bahwa Prabowo bagaikan bersaudara dengan Raja Yordania yang menjadi teman 
sekelas dengan dirinya.  Tidak mungkin raja Yordania ini membiarkan temannya 
dipersulit oleh Amerika, dan harus disadari bahwa raja Yordania adalah satu2nya 
pemimpin di Timur Tengah yang paling besar akses-nya ke Amerika.  Memang 
reputasi Prabowo dialiran putih boleh dikatakan rusak, sebaliknya reputasi 
dikalangan Hitam justru luar biasa.  Raja Yordania ini bukan cuma akses kepada 
Amerika, bahkan juga kesemua negara2 di TimTeng akan mampu dikerahkan untuk 
menyokong gerakan Prabowo ini yang dikatakan sebagai gerakan pembersihan 
koruptor.

Untung saja, kemungkinan Prabowo jadi capress sangatlah kecil karena Mega 
menolak dijadikan cawapres karena dia punya permasalahan sendiri untuk harus 
menjadi capres.

Meskipun Prabowo mampu melakukan gerakan bersenjata, apalah gunanya kalo tidak 
mendapatkan dukungan politik.  Yang penting bagi Prabowo hanyalah menggalang 
dukungan politik dulu sebelum melakukan gerakan bersenjata.

Apakah dengan mendudukan Mega sebagai presiden akan memungkinkan Prabowo 
mendapatkan dukungan politik dalam gerakan bersenjatanya???  Jelas tidak 
mungkin karena massa Islam dari aliran Hitam ini menolak pemimpin wanita.  
Terlalu banyak hambatan psikologisnya untuk mendapatkan dukungan politik bagi 
gerakan bersenjata Prabowo ini.  Satu2nya jalan keluar bagi masalah ini adalah 
Prabowo menempatkan dirinya sebagai capres bukan cawapres.

Perhitungan diatas kertas, dengan kapasitas Prabowo sekarang ini, maka gerakan 
bersenjata 100% pasti berhasil, tapi dukungan politik boleh dikatakan nihil.  
Biar bagaimanapun, gerakan bersenjata bukan sekali gebrak berhasil, karena 
tanpa supply dan maintenance maka gerakan ini akan kucar kacir sendirinya untuk 
akhirnya digulung angkatan perang RI.  Oleh karena itulah, gerakan bersenjata 
ini harus mendapatkan dukungan politik sehingga bisa konstitusional gerakannya.

Jelas, Prabowo menolak jadi cawapres, dan juga Mega menolak jadi cawapres, dan 
hal ini berarti deadlock tidak memungkinkan salah satu pihak bisa mengalah.  
Maka tanpa koalisi, suara PDIP yang dibawah 20% ini tidak berhak mengusung 
capres dan cawapres.  Dalam keadaan ini, hanya capres dari Golkar saja yang 
menjadi saingan SBY.  Golkar dengan capres-cawapres JK-Win boleh dikatakan 
bukan lawan yang serius bagi SBY apalagi JK ini sangat buruk citranya dimata 
HAM Internasional akibat berbagai kasus penjarahan dan pembakaran mesjid2 Islam 
Ahmadiah.  Sementara Wiranto itu melekat citra buruk orde baru Suharto yang 
menjerumuskan rakyat Indonesia dalam jurang kemelaratan yang merata.

Kemungkinan besar PDIP dan Gerinda gagal berkoalisi sehingga keduanya masuk 
kotak sebelum bertarung.  Pertarungan SBY-JK hanya akan berlangsung satu ronde 
saja, dan belum dihitung menitnya maka Golkar sudah lempar handuk memberi 
dukungan kepada SBY dan JK dengan muka tikusnya hanya bisa mencicit menangis 
tanpa ada air mata.

Ny. Muslim binti Muskitawati.





Kirim email ke