Selasa, 26 Mei 2009, 07:38:16 WAWANCARA Ihwal Loncatnya Ferry Juliantono ke Kubu SBY “Tunggu Saja, Mana Yang Lebih Kuat” Adhie Massardi, Juru Bicara Komite Bangkit Indonesia
Sekjen Komite Bangkit Indonesia (KBI) Ferry Juliantono selama ini dikenal sebagai aktivis yang berseberangan dengan pemerintahan Susilo Bambang Yudhoyono. Ferry sempat dipenjara karena diduga menjadi dalang aksi kerusuhan ketika terjadi demonstrasi menentang kenaikan BBM pertengahan tahun lalu. Namun, kini Ferry punya sikap pandangan politik lain terhadap SBY. Kini dia menyatakan mendukung pasangan SBY-Budiono di Pilpres 2009. Kepastian dukungan itu ditunjukkan saat menghadiri deklarasi Presiden Center untuk mendukung pencalonan pasangan SBY-Boediono di Hotel Sultan, Jumat (22/05). Ferry menjelaskan, dia mendukung pencalonan SBY karena melihat realitas masyarakat yang masih menginginkan SBY jadi presiden. Dia mengaku harus belajar melihat realitas dan tidak boleh hanya mendasarkan pada pikirannya semata. Kendati begitu, Ferry mengaku tidak akan mengubah sikapnya. Dia akan tetap kritis terhadap kebijakan pemerintah yang tidak prorakyat. Bagaimana penilaian teman-teman seperjuangan Ferry terhadap keputusan Sekjen KBI itu mendukung pasangan SBY-Budiono? Berikut wawancara Rakyat Merdeka dengan juru bicara KBI, Adhie Massardi, di Jakarta, kemarin. Bagaimana tanggapan Anda soal merapatnya Ferry ke kubu SBY? Saya sama teman-teman sangat menghormati pilihan politik individual. Siapa pun dia, mau ke sini atau ke sana, tidak ada masalah. Baik itu untuk Ferry maupun partai-partai yang awalnya berada di Blok Perubahan kemudian ke sana-kemari. Itu pilihan politik yang kami hormati. Tetapi, kami sendiri yang berada di Blok Perubahan kini justru semakin mantap untuk menjadi basis perjuangan. Sejauh ini komunikasi Ferry dengan KBI bagaimana? KBI itu adalah organisasi ad hoc yang dibentuk untuk menyambut dan mengampanyekan 100 tahun Kebangkitan Nasional sebagai momentum kebangkitan bangsa. Nah, setelah lewat 100 tahun, dalam hal ini, memasuki 2009 KBI itu sudah tidak relevan lagi. Karena itu, kemudian dibiarkan begitu saja. Jadi, KBI itu untuk panitia ad hoc. KBI sudah selesai dan perjuangan selanjutnya di Blok Perubahan yang lebih mengakar dan lebih mudah dikelola secara profesional. Untuk itu, di Blok Perubahan anggotanya juga diperluas; tidak hanya tokoh-tokoh partai tetapi juga tokoh-tokoh masyarakat kaum intelektual, aktivis mahasiswa, aktivis gerakan dan lain lain. Apakah Ferry pernah menyampaikan kepada teman-teman di Blok Perubahan bahwa dia bakal merapat ke SBY? Tidak, sampai saat ini kami masih berteman. Dan untuk pilihan politik, ya tidak perlu dikoordinasikan juga. Anda sampai saat ini belum tahu alasan Ferry loncat mendukung SBY? Belum tahu. Tapi, pasti ada alasannya dari dia. Bagi kami, tidak ada masalah. Prediksi Anda, apa yang membuat Ferry merapat ke SBY? Kalau sikap saya, tentu harus konsisten. Pertama, karena ingin menanamkan nilai-nilai perjuangan kepada anak-anak saya sendiri bahwa nilai itu harus diperjuangkan secara terus-menerus. Jadi, saya tidak bisa membayangkan kalau anak saya bertanya kepada saya, kok bapak maki-maki itu tapi sekarang kok ikut-ikutan. Nah, kalau saya di posisi itu, saya tidak punya jawaban. Karena menurut saya, anak ini ‘kan aset untuk masa depan. Saya tidak tahu kalau yang lain-lain. Ke sana itu mereka punya anak atau tidak? Dan kalau punya anak, jawabannya bagaimana? Anda menilai ini sebagai bentuk inkonsistensi perjuangan? Ya, kalau Blok Perubahan tetap memperjuangkan komitmen. Kalau berteman dengan siapa saja, tidak ada masalah. Tapi, juga tidak menutup kemungkinan, orang seperti Ferry berjuang dari dalam dan itu tidak ada masalah. Misalnya, berjuang untuk membongkar neoliberalisme yang ada di dalam situ, ya itu bagus juga. Anda yakin Ferry sanggup? Ya, ini ‘kan tergantung ketegaran dan semangat garis perjuangannya. Saya pernah buktikan dulu, saya punya banyak kekuasaan, banyak kesempatan untuk korupsi tapi ternyata tidak korupsi. Nilai perjuangan itu memang gampang terkontaminasi, tapi kami ingin memberi contoh bahwa Blok Perubahan itu nilai perjuangannya harus murni 24 karat. Caranya boleh macam-macam, tetapi nilai perjuangan itu harus tetap ada dan tetap menjadi acuan juga bagi generasi politik baru.. Dan setahu, saya Ferry punya komitmen seperti itu juga. Tapi ‘kan itu nanti waktu yang menentukan. Isunya Ferry agen BIN yang disusupi ke Blok Perubahan? He-he-he-, jangan-jangan agen kami yang kami susupi ke sana. Kan bisa saja... he-he-he... Ya, kita lihat saja, mana yang lebih kuat. Kami yang menyusupkan ke sana atau sana yang menyusupkan ke kami. Waktu nanti yang akan menilai.. Apakah Ferry merapat ke SBY untuk cari aman? Tidak ada masalah. Memang dari luarnya begitu, tapi yang ingin saya tanyakan, kalau anaknya tanya, jawabannya apa? Apakah dijawab ke anaknya cari aman. Itu ‘kan hati nurani. Jadi, ke depan Blok Perubahan bagaimana? Blok Perubahan makin mantap menentang neolib. Pertama, karena secara politik kami telah memenangi pertarungan dengan bukti bahwa semua orang sekarang ini sangat care dan anti terhadap neolib. Pertanyan-pertanyaan rakyat juga terhadap calon-calonnya juga menanyakan pasangan itu anti-neolib atau tidak. Nah, itu juga suatu bentuk dari kemenangan kami. Kemudian yang semakin mantap ini ketika kami tidak ada beban memperjuangkan anti-neolib dan ekonomi kerakyatan. Karena kalau kemarin itu ‘kan berjuang dianggap untuk mencari posisi. Nah, sekarang untuk posisi capres cawapres ini ‘kan sudah tertutup.. Tapi, kami tetap akan berjuang karena sejak awal kami ingin merealisasikan untuk menentang neolib itu. Dalam pilpres nanti Blok Perubahan suaranya akan ke mana? Kami akan tetap konsisten dengan perjuangan kami. Kalau ada capres dan cawapres yang nilai perjuangannya sama, ya kami akan bergabung atau dia yang akan bergabung. Kami tidak akan mendekat-dekati, tetapi siapa pun yang memperjuangkan ekonomi kerakyatan akan kami dukung, baik diminta atau tidak diminta. Jadi, kita lihat nanti. Sejauh ini, apakah Blok Perubahan pernah diminta mendukung salah satu pasangan capres-cawapres? Dari kubu JK maupun kubu Mega meminta kami untuk bergabung. Kemudian pertanyaan kami, apakah ekonomi kerakyatan anti-neolib ini untuk memenangi pilpres atau nilai perjuangan? Kalau memenangi pilpres, sebaiknya cari biro iklan atau konsultan politik tapi kalau untuk perjuangan, diminta atau tidak diminta, kami akan bergabung. Kami dapat posisi atau tidak dapat posisi, perjuangan ekonomi kerakyatan anti-neoliberal itu akan tetap kami perjuangkan. FAZ --- On Tue, 5/26/09, Adhie Massardi <amassa...@yahoo.com> wrote: From: Adhie Massardi <amassa...@yahoo.com> Subject: Re: Pemerintah dinilai telah melakukan pelanggaran atas UU APBN ~ Presiden & Wapres dapat diberhentikan To: "Al Faqir Ilmi" <alfaqiri...@yahoo.com> Date: Tuesday, May 26, 2009, 5:53 AM Pemerintah dinilai telah melakukan pelanggaran atas UU APBN Senin, 25 Mei 2009 | 20:02 WIB JAKARTA, KOMPAS.com - Pemerintah dinilai telah melakukan pelanggaran UU APBN dengan mencabut subsidi BBM dan mendapatkan keuntungan dari penjualan BBM.. Menurut Alvin Lie, anggota Komisi VII dari Fraksi PAN, keputusan tersebut melanggar karena UU APBN telah menetapkan subsidi untuk BBM tahun 2009 sebesar Rp.14,4 triliun. "Data kami menunjukkan dan juga telah diakui Menteri Keuangan bahwa pada bulan Desember pemerintah mendapat keuntungan Rp 1,24 triliun dan Januari Rp 2,06 triliun," katanya saat diskusi di Chemistry Media Centre (CMC) di Jakarta, Senin (25/5). Ia mengatakan, pelanggaran tersebut sudah dimasukkan ke dalam rapat Paripurna DPR dan akan diambil keputusan awal Juni mendatang. Jika DPR menerima, lanjut Alvin, selanjutnya laporan tersebut akan dibawa ke Mahkamah Konstitusi bahwa Presiden telah melakukan perbuatan tercela. "Dalam UUD jelas bahwa Presiden dan Wakil Presiden dapat diberhentikan jika melakukan pelanggaran UU dan perbuatan tercela," katanya. Alvin juga mengkritik mengenai subsidi barang yang dilakukan pemerintah dengan sistim yang tidak baik. Sebagai contoh, katanya, subsidi BBM dan pupuk yang tidak tepat sasaran. "Petani sulit dapat pupuk bersubsidi. Trus dulu semua orang bisa dapat BBM bersubsidi, malah rakyat kecil yang berhak kalah bersaing," tegasnya. Menurutnya, jika pemerintah tetap ingin memberikan subsidi barang harus dengan sistem yang jelas, barang apa, siapa yang berhak mendapat, dan bagaimana caranya."Ini sampai sekarang enggak ada dari pemerintah," katanya. Alvin mengatakan, seharusnya pemerintah memberikan subsidi yang langsung dirasakan masyarakat seperti subsidi bunga untuk usaha mikro."Jadi betul-betul terarah," ucapnya.