Fitrah karakter

By: agussyafii

Senin kemaren dikantor saya kedatangan tamu. Kami biasa berdiskusi tentang 
kehidupan sehari-hari. Menarik sekali untuk disimak. 'Apa yang mendasari 
perbuatan dari apa yang kita lakukan?' Saya menjawabnya, 'Bahwa karakterlah 
yang berperan dalam perbuatan kita sehari-hari.'

Untuk menilai kualitas tingkah laku manusia, harus dibedakan apakah tingkah 
laku itu  bersifat temperamental atau bersumber dari karakter kepribadiannya. 
Temperamen merupakan corak reaksi seseorang terhadap berbagai rangkasan yang 
datang dari lingkungan dan dari dalam dirinya sendiri. Temperamental 
berhubungan erat dengan kondisi biopsikologi seseorang, sehingga sulit untuk 
berubah. Temperamen bersifat netral terhadap penilaian baik buruk.

Adapun karakter, ia berkaitan erat dengan penilaian baik buruknya tingkah laku 
seseorang, yang didasari oleh bermacam-macam tolok ukur yang dianut 
masyarakatnya. Karakter terbentuk melalui perjalanan hidup seseorang, oleh 
karena itu ia dapat berubah, sejalan dengan bagaimana ia menilai pengalaman 
itu. Jika temperamen tidak mengandung implikasi etis, maka karakter justru 
selalu menjadi obyek penilaian etis. Seseorang boleh jadi memiliki temperamen 
yang berbeda dengan karakternya. 

Ada orang yang temperamennya buruk (negatif) tetapi karakternya baik, 
sebaliknya ada orang yang karakternya buruk, tetapi temperamennya baik. 
Seseorang yang karakternya buruk akan semakin buruk jika ia juga memiliki 
temperamen buruk. Sedangkan orang yang karakternya baik tetapi  temperamennya 
buruk biasanya ia segera menyesali dan merasa malu atas tingkah laku buruknya, 
meskipun hal itu selalu terulang kembali.
    
Maka pengendalian tingkah laku hanya dimungkinkan pada tingkah laku yang 
bersumber dari karakter, sedangkan tingakh laku yang bersumer dari temperamen 
pengendaliannya terbatas hanya pada meminimalkan, bukan pada perubahan. Tetapi 
yang pasti, manusia mempunyai kebebasan untuk memutuskan apakah ia beriman atau 
ingkar seperti dijelaskan dalam surat al-Kahfi / 18:29.

Ukuran kualitas tingkah laku mausia juga bisa dilihat dari apakah perbuatannya 
itu bersumber dari fitrahnya atau perbuatan yang sifatnya diusahakan 
(al-muktasab). Tingkah laku fitrah adalah perbuatan yang sumbernya dari naluri 
fitrahnya, yakni yang berhubungan dengan sistem biopsikologi dan sifat-sifat 
hereditas dan bawaan sejak lahir. Contoh tingkah laku fitrah adalah cara 
mengisap susu ibu yang dilakukan oleh bayi, cara bernafas manusia, gerakan 
refleks seseorang dan tingkah laku lainnya yang sejenis itu. Dalam hal tingkah 
laku fitrah, manusia berbuat secara spontan tanpa mempertimbangkan untung rugi 
maupun tujuan. 

Meskipun manusia dilahirkan di tempat-tempat yang berjauhan dan berbeda zaman, 
tetapi tingkah laku fitrahnya sama karena fitrah itu berasal dari Alloh SWT dan 
bersifat baku. Menurut al-Qur’an fitrah manusia itu bersifat menetap, seperti 
yang tertera dalam surat al-Rum / 30:30. Sedangkan tingkah laku yang 
diusahakan, al-muktasab, adalah perbuatan yang bersumber dari gabungan 
pengetahuan dan pengalaman yang dipenjara manusia sejak lahir dan kemudian 
dijadikan kebiasaan. Dalam melakukan perbuatan ini manusia memperhitungkan 
untung rugi, baik untung rugi yang bersifat dekat, duniawi, maupun untung rugi 
yang bersifat jauh ke belakang, ukhrawi, pahala dan dosa.

Menurut al-Qur'an, tingkah laku yang diusahakan ini bisa saja diilhami oleh 
cara berpikir yang keliru atau jalan yang sesat seperti yang disebut dalam 
surat al-Baqarah ayat 102 atau Karena merindukan ridla Allah dan keteguhan jiwa 
seperti yang disebut dalam surat al-Baqarah  / 2:265.

Al-Qur'an juga mengisyaratkan adanya tingkah laku yang tidak disadari akibat 
dari tingkah laku yang tidak terkendali. Tingkah laku yang didasari, adalah 
perbuatan yang dilakukan seseorang di mana pelaku memiliki kemampuan untuk 
berpikir dan mengendalikan dirinya serta mampu memilih jenis perbuatan apa yang 
di pandang terbaik dan tepat dan mana yang tidak tepat untuk dirinya. Sedangkan 
tingkah laku yang tidak disadari adalah perbuatan seseorang yang berbeda 
dibawah pengaruh sesuatu yang menyebabkannya kehilangan kesadaran, seperti 
pengaruh minuman keras obat-obat terlarang. 

Meskipun orang mabuk tidak menyadari perbuatannya, tetapi meminum-meminum keras 
atau menghirup obat-obat terlarang merupakan perbuatan yang disadari, oleh 
karena itu berbeda dengan gerakan reflek yang bersifat fitrah, al-Qur'an sudah 
mengingatkan akibat-akibat dari minuman-minuman keras itu menurut al-Qur'an 
dapat mengakibatkan seseorang, tanpa disadari melakukan hal-hal sebagai berikut:

a. melakukan perbuatan keji seperti yang termaktub dalam surat al-Ma'idah / 
5:90.

b. melakukan permusuhan dan kebencian seperti yang tersebut dalam surat 
al-Ma'idah / 5:91,

c. tidak menyadari apa yang dikatakan seperti yang diisyaratkan surat al-Nisa / 
4:43.

Wassalam,
agussyafii

--
Tulisan ini dalam rangka kampanye program 'Amalia Love Green (ALG)' Ahad, 
tanggal 14 Juni 2009, di Rumah Amalia, Jl. Subagyo Blok ii 1, no.23 Komplek 
Peruri, RT 001 RW 09, Sudimara Timur, Ciledug. TNG. 'Lima Cara Amalia Love 
Green (5 CALL Green) Pelihara Bumi' 1. Jadilah Penyelamat Bumi dengan memulai 
dari hal yang kecil dan mudah, 2. Tanam bunga dalam pot, 3. Gunakan Air dengan 
bijak, 4. manfaatkan kembali benda-benda yang bisa digunakan, 5. Matikan lampu 
yang tidak digunakan. Mari kirimkan dukungan anda pada program 'Amalia Green 
Love (AGL)' melalui http://agussyafii.blogspot.com, 
http://id-id.facebook.com/people/Agus-Syafii-Muhamad/861635703 atau sms 087 
8777 12431






      

Reply via email to