Walaupun 1 X 1 = 1 dan 1 : 1 = 1 dan satu dipangkat satu juga satu, tapi 
hasilnya kan tetap ganjil, hanya sekali saja bisa genep yaitu 1 + 1 = 2. atau 1 
- 1 = 0 yaitu mati semua karena tidak ada sama sekali. Kalau KECAP sih tentu 
nomer satu melulu, tidak ada KECAP NOMER DUA.
 
Lima tahun yang lalu Warga Indonesia tidak suka diganjili melulu, tapi ingin 
yang genep- genep gitu lho, walaupun yang genep itu juga ada ganjilnya, tapi 
kan tidak selalu ganjil, ya kan?
 
2 : 2 = 1 itu ganjilnya, tapi kan tidak selalu, kalau 2 X 2 = 4,  2 + 2 = 4 dan 
dua dipangkatkan dua juga empat, jadi selalu genep dan tidak mencla mencle 
pakai ganjil ganjilan melulu.
 
Kita ambil sajalah dari pengalaman lima tahun yang lalu, kan yang genep yang 
dipilih bukan yang ganjil, nah itulah buktinya bahwa Warga Indonesia itu suka 
yang genep gitu lho..........................jadi tidak perlu dipropagandakan 
dengan cara apapun, PILIH YANG GENEP SAJA, biar tidak ganjil melulu.

--- On Thu, 7/2/09, sunny <am...@tele2.se> wrote:


From: sunny <am...@tele2.se>
Subject: CiKEAS> Umat Kristiani Jangan Masuk 12 Persen Pemilih Bingung
To: undisclosed-recipi...@yahoo.com
Date: Thursday, July 2, 2009, 7:46 AM









http://www.christia npost.co. id/ministries/ organization/ 20090702/ 4868/Umat- 
Kristiani- Jangan-Masuk- 12-Persen- Pemilih-Bingung/ index.html
 


Umat Kristiani Jangan Masuk 12 Persen Pemilih Bingung

Maria F.
Reporter Kristiani PosPosted: Jul. 02, 2009 10:59:33 WIB


JAKARTA - Pelaksanaan pilpres 2009 hanya tinggal hitungan hari lagi, namun 
demikian masih banyak masyarakat Indonesia yang masih bingung dalam menentukan 
pilihannya. 

Dalam rangka mensosialisasikan untuk tidak golput, Perhimpunan Pengusaha 
Katolik (Pukat) mengadakan diskusi bertema "Mari Bertanggungjawab- Peran 
Usahawan Katolik dalam Hidup Berbangsa dan Bernegara". Dalam diskusi tersebut 
menghadirkan nara sumber antara lain: Dibyo Prabowo, rektor Universitas Katolik 
Atmajaya Yogyakarta, Winarno, Michael Sumariyanto, dan Romo Subagyo Pr. 

Dalam diskusi tersebut disebutkan bahwa partisipasi umat Kristiani dalam 
Pilpres 8 Juli mendatang amatlah penting, mengingat pada Pileg 9 April lalu 
tercatat jumlah suara yang sah sebesar 104,1 juta dan suara yang tidak sah 
berjumlah 17,5 juta (14,4%). Sedangkan yng tidak memakai hak pilihnya berjumlah 
49,6 juta atau 29,01% dari daftar pemilih tetap. Berdasarkan pengamatan, banyak 
umat Kristiani yang golput dalam pileg 9 April lalu. 

Jumlah umat Katolik di Indonesia tercatat sebanyak 7.599.271 jiwa. 

Dari hasil survei yang dilakukan oleh Litbang Kompas baru-baru ini tentang 
jajak pendapat mengenai kekuatan gagasan dan kemasan dalam kampanye lalu yang 
dilakukan di sepuluh kota di Indonesia menunjukkan bahwa pandangan masyarakat 
kota dan masyarakat yang ada di daerah tidak lagi berbeda jauh. 

Masyarakat di pedesaan juga tahu bagaimana debat capres-cawapres. Hal yang 
menarik dari hasil survei mengenai hubungan iklan-iklan di media dengan pilihan 
masyarakat dalam rangka pilpres menunjukkan data sebesar 48 persen menjawab 
tidak terpengaruh oleh iklan-iklan kampaye dalam menentukan pilihan mereka. 
Dari hasil tersebut dapat disimpulkan bahwa sesungguhnya masyarakat telah sejak 
lama menentukan pilihannya, dan kampanye-kampanye yang ada hanya untuk lebih 
memantapkan diri. 

Lebih lanjut hasil survei tersebut juga menunjukkan data sebesar 12 persen 
masyarakat masih bingung dalam menentukan pilihannya. Angka 12 persen inilah 
yang kemudian menjadi rebutan antar capres-cawapres. 

Disamping itu, dalam survei tersebut juga ditanyakan mengenai konsep-konsep apa 
yang paling disukai masyarakat dalam kampanye, yang mana masyarakat menjawab 
lebih menyukai konsep mengenai pemberantasan kemiskinan, dan juga bentuk 
kampanye yang paling banyak diminati masyarakat adalah dalam bentuk diskusi 
terbuka serta debat antar capres,” ujar Wid. 

Dalam pilpres kali ini terdapat tujuh hal yang menjadi konsen masyarakat yakni: 
mengenai keutuhan eksistensi NKRI (dengan pilar Pancasila dan UUD 1945), 
kebebasan beragama, keadilan ekonomi untuk semua, pendidikan bermutu yang 
merata dan terjangkau, lingkungan hidup yang utuh, masalah jender, dan gizi 
buruk. 

Ketujuh konsen ini jugalah yang dilayangkan oleh Konferensi Wali Gereja 
Indonesia (KWI) dalam suratnya kepada pemerintah yang pada pilpres ini juga 
ikut dalam pilpres yang berasal dari incumbent. 

Dengan demikian dapat disimpulkan secara jelas dari hasil survei tersebut bahwa 
potensi siapa nantinya yang akan menang sudah dapat telihat, akan tetapi 
pertanyaan yang muncul kemudian adalah bagaimana dengan kepentingan- 
kepentingan yang bukan kepentingan bangsa dan apakah calon yang terpilih 
nantinya dapat mengarah pada ketujuh konsen tersebut di atas. 

Siapa pun yang memimpin bangsa ini nantinya, masalah pendidikan menjadi 
persoalan utama yang harus diperhatikan. 




















      

Kirim email ke