Walaupun 1 X 1 = 1 dan 1 : 1 = 1 dan satu dipangkat satu juga satu, tapi hasilnya kan tetap ganjil, hanya sekali saja bisa genep yaitu 1 + 1 = 2. atau 1 - 1 = 0 yaitu mati semua karena tidak ada sama sekali. Kalau KECAP sih tentu nomer satu melulu, tidak ada KECAP NOMER DUA, apalagi KIJANG ya tidak ada duanya........................ Lima tahun yang lalu Warga Indonesia tidak suka diganjili melulu, tapi ingin yang genep- genep gitu lho, walaupun yang genep itu juga ada ganjilnya, tapi kan tidak selalu ganjil, ya kan? 2 : 2 = 1 itu ganjilnya, tapi kan tidak selalu, kalau 2 X 2 = 4, 2 + 2 = 4 dan dua dipangkatkan dua juga empat, jadi selalu genep dan tidak mencla mencle tidak pakai ganjil ganjilan melulu. Kita ambil sajalah dari pengalaman lima tahun yang lalu, kan yang genep yang dipilih bukan yang ganjil, nah itulah buktinya bahwa Warga Indonesia itu suka yang genep gitu lho..........................jadi tidak perlu dipropagandakan dengan cara apapun, PILIH YANG GENEP SAJA, biar tidak ganjil melulu.
--- On Thu, 7/2/09, sunny <am...@tele2.se> wrote: From: sunny <am...@tele2.se> Subject: CiKEAS> Semua Berhak Jadi Pemimpin Nasional (RALAT) To: undisclosed-recipi...@yahoo.com Date: Thursday, July 2, 2009, 7:37 AM Refleksi : Semua yang berduit berhak dan berkesempatan untuk menjadi pemimpin nasional. No money no honey no chance! ttp://www.republika .co.id/berita/ 59890/Semua_ Berhak_Jadi_ Pemimpin_ Nasional Semua Berhak Jadi Pemimpin Nasional By Republika Newsroom Kamis, 02 Juli 2009 pukul 21:17:00 JAKARTA -- Seluruh rakyak Indonesia mempunyai hak yang sama untuk memimpin negeri ini. Asal-usul daerah tidak bisa menjadi alasan untuk membatasi seseorang menjadi pemimpin nasional. ''Semua sama kemampuan, semua berhak sama. Siapa pun boleh memimpin bangsa ini,'' tegas calon presiden (capres) Jusuf Kalla (JK) dalam sesi perdebatan dalam acara debat capres, Kamis (2/7) malam. Pernyataan itu sebenarya dilontarkan JK untuk menanggapi pertanyaan moderator. Namun melalui pernyataan ini, JK tampaknya ingin menyentil komentar juru bicara kepresidenan Andi Mallarangeng. Andi menganggap JK sebagai keturunan Bugis belum pantas memimpin negeri ini. JK menganggap rasialis bila putra daerah tertentu tidak berhak memimpin bangsa ini. Menurutnya, pikiran seperti itu sangat berbahaya bagi bangsa. ''Itu berarti kembali ke zaman rasialis,'' kecamnya. Sebagai bagian dari bangsa Indonesia, lanjut JK, semua harus bersatu. Tidak boleh ada gangguan-gangguan seperti itu. Karena itu, dia mengimbau semua pihak untuk berpikir jernih. ''Jangan berpikir picik untuk melihat bangsa ini,'' tegasnya. ''Kebersamaan yang membuat bangsa ini kuat. Bangsa ini banyak memiliki konflik karena menghindari kebersamaan. '' Mengenai solidaritas putra daerah yang begitu kuat di era otonomi daerah ini, JK mengusulkan agar dibentuknya pegawai nasional. Setiap pegawai golongan IV bisa dipindah-pindah antar daerah.djo/bur