BELAJAR DARI BOM MARRIOT DAN RITZ CARLTON JAKARTA
 
Kejadian Bomb Marriot 2 memang sangat memukul kita semua bagaimana tidak, 
sebuah hotel yang telah mempunyai pengalaman yang sangat memilukan menjadi 
sasaran bomb pada tahun 2005 dan telah meningkatkan system pengamanannya 
sehingga, dari kaca mata  public hotel Marriot menjadi salah satu hotel dengan 
sytem pengamanan terbaik, ternyata masih dapat diserang kembali oleh terrorist.
 
Kejadian ini telah membuat orang mencoba menganalisa dengan persepsinya sendiri 
sendiri. Ada yang menghubungkan hal ini dengan system security out sourcing, 
tapi banyak object vital di Dunia yang meng outsourcing kan petugas securitynya 
seperti antara lain NASA , Airport Schiphol, Belanda dan masih banyak lagi 
object lain yang menganut system outsourcing.
ada yang menilai penerapan walk through metal detector dan hand held metal 
detector tidak effective. Karena memang hanya menditeksi metal Atau cctv tidak 
dapat merekam dengan jelas wajah dan masih banyak analisa lainnya.  Tapi ada 
pula yang mengaitkan dengan politik. Mana dari analisa diatas yang merupakan 
sumber nya. 
 
Sebagai praktisi security saya cenderung melihat kedalam system security yang 
paling mendalam tidak secara partial yaitu dengan membuat pertanyaan berikut 
 
1.                  Apakah tujuan utama system security hotel marriot ?
Apakah  system security dibuat untuk meningkatkan rasa aman tamu hotel atau 
untuk mencegah serangan terrorist.
 
2.                  Apakah Scenario ancaman yang diusahakan untuk dicegah 
dengan system pengamanan tersebut ? 
 
Pertanyaan 1 
Pertanyaan tersebut sangat penting dan selalu di gunakan oleh semua ahli 
security. Arah dari sebuah system adalah tujuannya, demikian pula dalam system 
pengamanan Tujuan Utama Security menentukan  systemnya. Dilihat dari pengamanan 
Hotel Marriot dan berbintang lainnya saya menyimpulkan tujuan system security 
mereka adalah meningkatkan rasa aman para tamu bukan mencegah serangan 
terrorist. 
 
Mengapa saya berpendapat demikian. System yang diterapkan saat ini lebih 
mengutamakan factor deterrence dan factor deterrence  ini telah  meningkatkan 
rasa aman atau menurunkan fear of crime sehingga Hotel yang pernah di bomb 
beberapa tahun yang silam bisa kembali ramai. Hotel juga masih belum mau 
mengorbankan kenyamanan tamu demi keamanan.
 
Contoh suatu pengamanan yang bertujuan mencegah masuknya barang barang 
berbahaya adalah kapal terbang adalah Airport. Sebagian besar airport besar 
international sudah tidak memperdulikan kenyamanan penumpang , mereka lebih 
peduli pada keamanan. System Security Hotel karena masih mengutamakan 
kenyamanan maka mereka belum mengutamakan factor detection. Coba kita amati 
kembali bagaimana petugas security bekerja di check point. Mereka hanya 
menggunakan metal detector yang pasti tidak dapat mendekteksi bahan bomb yang 
tidak terbuat dari metal, dan mereka hanya melakukan gerakan memeriksa tanpa 
benar benar ingin mendeteksi isinya, dan hal ini dilakukan secara rutin 
sehingga sudah kehilangan arahnya sebagai factor detection. 
 
Bagi orang awam security hotel memang terlihat baik, namun tentu saja tidak 
demikian  mata terrosist. Bagi terrorist system ini sangat mudah di kelabuhi 
dan hanya dalam waktu yang tidak cukup lama terrorist sudah dapat menyimpulkan 
kelemahannya.
 
Pertanyan 2 
Pertanyaan ini penting karena  dengan dapat membayangkan scenario penyerangan 
atau AMO (aggressor methods of operation) maka kita dapat menentukan langkah 
pengcegahannya (counter measures).  Bila kita lihat system pengamanan hotel 
maka kemungkinan besar scenario ancaman atau AMO yang dibayangkan adalah 
terrorist membawa bomb dari luar dalam keadaan telah jadi , bukan dalam bentuk 
komponen bomb yang masuk secara terpisah. Dan asusmi ancaman adalah dari tamu 
sehingga pemeriksaan terhadap karyawan tidak seketat tamu.
AMO terrorist selalu berubah sehingga system securitynyapun harus dinamik tidak 
statis. Seharusnya peristiwa serangan terrorist di Negara lain harus menjadi 
referensi perbaikan system keamanan. Kalo kita belajar dari penyerangan hotel 
dan penyanderaan tamu di Mumbai dilakukan dengan kerja sama orang dalam, yaitu 
menyelundupkan senjata melalu pegawai hotel maka system security kita harusnya 
sudah dirubah untuk menangkal AMO baru itu. Namun ternyata kita masih 
menggunakan scenario lama.
 
Kesimpulan :
Serangan terrorist pada ke dua hotel Marriot dan Ritz Carlton terjadi karena 
memang Security System hotel Marriot maupun Ritz Carlton tidak dirancang untuk 
menangkal dengan  AMO menggunakan orang dalam dan merakit bomb didalam kamar.
 
 
Saran Perbaikan :
1.      Redesigned security objective menjadi mencegah  serangan terrorist
2.      Lakukan Screen terhadap karyawan dan back ground check sebelum mendapat 
ID permanent.
3.      Kembangkan system informasi tentang perilaku abnormal karyawan.
4.      Buat Surveilance Detection Team untuk mengolah semua informasi tentang 
hal hal yang mencurigakan dan masukan dalam data base
5.      Beri pelatihan untuk semua karyawan tentang predictive terrorist 
profiling.
6.      Kembangkan system test kehandalan system security ( minimal 2 x/ bulan )
7.      Terapkan sangsi keras pada karyawan yang tidak mematuhi system keamanan 
atau prosedur.
8.      Orientasi pada keamanan lebih besar dari kenyamanan
 
 
 
Toto Trihamtoro,SH,MM ICPS
President APSA (Asian Professional Security Association), Indonesian Chapter
Ketua harian  BPP Abujapi (Asosiasi Badan Usaha Jasa Pengamanan Indonesia )
International Crime Prevention Specialist. (ICPS)


Kirim email ke