Polanya koq jadi terbalik malah jadi mencurigai Karyawan. Kaji yang dalam bung..buka wawasan anda tentang ilmu sosial. Bagaimanapun tamu yang masuk yang mengiring BOMB, masalahnya Standard Hotel itu perlu diperbaiki - menghormati tamu tetapi tidak melonggarkan pengawasan . - nama area/mapping lokasi mesin /unit agar dihilangkan. - pemakaian master key agar ditinjau, cukup dimiliki oleh pihak yang berwenang. - penggunaan outsourching memang tidak baik, selain kurang terlatih juga penghasilan minim. - point bagus juga buat management gedung agar jangan menggunakan outsourching, sehingga orang luar tidak mudah mendapatkan gambaran didalam.
Pemakaian outsourching harusnya untuk kalangan profesional dengan bayaran tinggi. Peralatan hanya alat bantu, Naluri / instink security itu saja perlu ditingkatkan SOP itu tidak perlu kaku harus dinamis, sehingga mudah dibaca oleh pihak luar. hens ________________________________ From: jiwa_indonesia <jiwa_indone...@yahoo.com> To: CIKEAS@yahoogroups.com Sent: Friday, July 24, 2009 11:04:51 AM Subject: CiKEAS> BELAJAR DARI BOM MARRIOT DAN RITZ CARLTON JAKARTA BELAJAR DARI BOM MARRIOT DAN RITZ CARLTON JAKARTA Kejadian Bomb Marriot 2 memang sangat memukul kita semua bagaimana tidak, sebuah hotel yang telah mempunyai pengalaman yang sangat memilukan menjadi sasaran bomb pada tahun 2005 dan telah meningkatkan system pengamanannya sehingga, dari kaca mata public hotel Marriot menjadi salah satu hotel dengan sytem pengamanan terbaik, ternyata masih dapat diserang kembali oleh terrorist. Kejadian ini telah membuat orang mencoba menganalisa dengan persepsinya sendiri sendiri. Ada yang menghubungkan hal ini dengan system security out sourcing, tapi banyak object vital di Dunia yang meng outsourcing kan petugas securitynya seperti antara lain NASA , Airport Schiphol, Belanda dan masih banyak lagi object lain yang menganut system outsourcing. ada yang menilai penerapan walk through metal detector dan hand held metal detector tidak effective. Karena memang hanya menditeksi metal Atau cctv tidak dapat merekam dengan jelas wajah dan masih banyak analisa lainnya. Tapi ada pula yang mengaitkan dengan politik. Mana dari analisa diatas yang merupakan sumber nya. Sebagai praktisi security saya cenderung melihat kedalam system security yang paling mendalam tidak secara partial yaitu dengan membuat pertanyaan berikut 1. Apakah tujuan utama system security hotel marriot ? Apakah system security dibuat untuk meningkatkan rasa aman tamu hotel atau untuk mencegah serangan terrorist. 2. Apakah Scenario ancaman yang diusahakan untuk dicegah dengan system pengamanan tersebut ? Pertanyaan 1 Pertanyaan tersebut sangat penting dan selalu di gunakan oleh semua ahli security. Arah dari sebuah system adalah tujuannya, demikian pula dalam system pengamanan Tujuan Utama Security menentukan systemnya. Dilihat dari pengamanan Hotel Marriot dan berbintang lainnya saya menyimpulkan tujuan system security mereka adalah meningkatkan rasa aman para tamu bukan mencegah serangan terrorist. Mengapa saya berpendapat demikian. System yang diterapkan saat ini lebih mengutamakan factor deterrence dan factor deterrence ini telah meningkatkan rasa aman atau menurunkan fear of crime sehingga Hotel yang pernah di bomb beberapa tahun yang silam bisa kembali ramai. Hotel juga masih belum mau mengorbankan kenyamanan tamu demi keamanan. Contoh suatu pengamanan yang bertujuan mencegah masuknya barang barang berbahaya adalah kapal terbang adalah Airport. Sebagian besar airport besar international sudah tidak memperdulikan kenyamanan penumpang , mereka lebih peduli pada keamanan. System Security Hotel karena masih mengutamakan kenyamanan maka mereka belum mengutamakan factor detection. Coba kita amati kembali bagaimana petugas security bekerja di check point. Mereka hanya menggunakan metal detector yang pasti tidak dapat mendekteksi bahan bomb yang tidak terbuat dari metal, dan mereka hanya melakukan gerakan memeriksa tanpa benar benar ingin mendeteksi isinya, dan hal ini dilakukan secara rutin sehingga sudah kehilangan arahnya sebagai factor detection. Bagi orang awam security hotel memang terlihat baik, namun tentu saja tidak demikian mata terrosist. Bagi terrorist system ini sangat mudah di kelabuhi dan hanya dalam waktu yang tidak cukup lama terrorist sudah dapat menyimpulkan kelemahannya. Pertanyan 2 Pertanyaan ini penting karena dengan dapat membayangkan scenario penyerangan atau AMO (aggressor methods of operation) maka kita dapat menentukan langkah pengcegahannya (counter measures). Bila kita lihat system pengamanan hotel maka kemungkinan besar scenario ancaman atau AMO yang dibayangkan adalah terrorist membawa bomb dari luar dalam keadaan telah jadi , bukan dalam bentuk komponen bomb yang masuk secara terpisah. Dan asusmi ancaman adalah dari tamu sehingga pemeriksaan terhadap karyawan tidak seketat tamu. AMO terrorist selalu berubah sehingga system securitynyapun harus dinamik tidak statis. Seharusnya peristiwa serangan terrorist di Negara lain harus menjadi referensi perbaikan system keamanan. Kalo kita belajar dari penyerangan hotel dan penyanderaan tamu di Mumbai dilakukan dengan kerja sama orang dalam, yaitu menyelundupkan senjata melalu pegawai hotel maka system security kita harusnya sudah dirubah untuk menangkal AMO baru itu. Namun ternyata kita masih menggunakan scenario lama. Kesimpulan : Serangan terrorist pada ke dua hotel Marriot dan Ritz Carlton terjadi karena memang Security System hotel Marriot maupun Ritz Carlton tidak dirancang untuk menangkal dengan AMO menggunakan orang dalam dan merakit bomb didalam kamar. Saran Perbaikan : 1. Redesigned security objective menjadi mencegah serangan terrorist 2. Lakukan Screen terhadap karyawan dan back ground check sebelum mendapat ID permanent. 3. Kembangkan system informasi tentang perilaku abnormal karyawan. 4. Buat Surveilance Detection Team untuk mengolah semua informasi tentang hal hal yang mencurigakan dan masukan dalam data base 5. Beri pelatihan untuk semua karyawan tentang predictive terrorist profiling. 6. Kembangkan system test kehandalan system security ( minimal 2 x/ bulan ) 7. Terapkan sangsi keras pada karyawan yang tidak mematuhi system keamanan atau prosedur. 8. Orientasi pada keamanan lebih besar dari kenyamanan Toto Trihamtoro,SH, MM ICPS President APSA (Asian Professional Security Association) , Indonesian Chapter Ketua harian BPP Abujapi (Asosiasi Badan Usaha Jasa Pengamanan Indonesia ) International Crime Prevention Specialist. (ICPS)