Refleksi : Golkar bukan taman Kanak-kanak (TK) untuk bersikap kritis, karena kalau bersikap kritis bisa merugikan kepentingan pribadi dan partai.
http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=11520 2009-11-02 Partai Golkar Sulit untuk Bersikap Kritis SP/Luther Ulag Wakil Presiden Boediono bersalaman dengan Ketua Umum Partai Golkar Aburizal Bakrie (berdiri) saat perayaan HUT ke-45 Partai Golkar di Jakarta International Expo Kemayoran, Jakarta, Sabtu (31/10). [JAKARTA] Kepengurusan Partai Golkar di bawah kepemimpinan Ketua Umum Aburizal Bakrie (Ical) terlihat cukup kuat jika dibandingkan pada kepengurusan sebelumnya. Kepengurusan saat ini terlihat lebih menyatu dan solid, sehingga ada peluang bagi Partai Golkar untuk meraih kejayaan pada Pemilihan Umum (Pemilu) 2014. Namun, Partai Golkar dinilai sulit untuk bersikap kritis terhadap pemerintahan sekarang. "Kalau kepengurusan sebelumnya terlihat berpencar, sehingga sulit menyatukannya," ujar pengamat politik Andrinof Chaniago kepada SP di Jakarta, Senin (2/11). Dikatakan, kekuatan dari Partai Golkar selama ini adalah dari organisasinya, namun pada era sebelumnya masih terlihat pengurus yang menempuh jalan masing-masing. "Tetapi, saya melihat sekarang bertumpu semuanya di organisasi. Ini berdampak baik bagi suara Golkar pada 2014," katanya. Andrinof merasa pesimistis Golkar akan menjadi mitra yang kritis terhadap pemerintah, seperti yang disampaikan Ical dalam pidato politiknya pada HUT ke-45 Partai Golkar di Jakarta, akhir pekan lalu. Sebab, ujarnya, sikap kritis yang dilakukan Partai Golkar hanya sebatas komunikasi politik. Sedangkan, kritis pada hal-hal yang mendasar, tidak akan mungkin dilakukan partai itu. Sebelumnya, Aburizal Bakrie mengatakan, Partai Golkar tidak akan pernah menuntut dan tidak pernah berharap. Golkar membuka harapan bagi terbentuknya pemerintahan yang demokratis, tapi efektif serta pemerintahan yang tegas, tapi ramah, kuat, dan adil. Penegasan itu disampaikan Ical dalam pidato politiknya pada acara puncak perayaan HUT ke-45 Partai Golkar di Pekan Raya Jakarta (PRJ), akhir pekan lalu. Acara tersebut dihadiri pula Wakil Presiden Boediono, mantan Wapres BJ Habibie, Ketua MPR Taufiq Kiemas, beberapa menteri Kabinet Indonesia Bersatu (KIB) II, dan sejumlah ketua umum partai politik. Ketua Umum DPP PDI-P Megawati Soekarnoputri yang direncanakan hadir, ternyata berhalangan, begitu juga dengan Presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY). Sedangkan, mantan Ketua Umum DPP Partai Golkar M Jusuf Kalla dan mantan Ketua Dewan Penasihat Surya Paloh juga berhalangan hadir, karena sedang berada di luar negeri. Berwibawa "Golkar akan terus membuka harapan bagi terciptanya pemerintahan yang berwibawa, karena mengejar kebenaran. Pemerintahan yang dicintai, karena memperjuangkan kepentingan rakyat. Serta, pemerintahan yang disegani kawan dan lawan, karena jujur dan setia kepada tujuan-tujuan dasar penciptaan republik kita," kata Ical. Menurutnya, hal itu yang menjadi visi baru Partai Golkar dengan mengedepankan suara rakyat adalah suara Golkar dan suara Golkar adalah suara rakyat. Pada kesempatan itu, Ical menerangkan alasan masuknya Partai Golkar ke dalam koalisi di KIB II. Menurutnya, keputusan itu diambil dengan pertimbangan yang saksama. Dengan pilihan ini, katanya, posisi Golkar terhadap pemerintah bagaikan seorang sahabat. "Sebagaimana sahabat yang baik, Golkar akan selalu mengulurkan tangan, serta membesarkan hati pada hari-hari yang sulit. Tetapi, seorang sahabat sejati bukan hanya memberikan pujian. Golkar juga akan mengingatkan, memberi evaluasi objektif dan catatan kritis, serta menawarkan solusi alternatif jika diperlukan. Golkar akan menyuarakan hal-hal yang perlu didengarkan, betapa pun pahitnya. Bukan hanya hal-hal yang menyenangkan," katanya. Pada kesempatan itu, Partai Golkar memberikan penghargaan kepada tiga tokoh, yakni almarhum Soeharto (mantan presiden), M Jusuf Kalla, dan Sulasikin Moerpratomo. [M-16