Refleksi: Masyarakat Medan sulit mencari minyak tanah, pada hal Sumatera banyak sumber minyak dan gas alamnya. Kemana saja hasil exploatasi kekayaan ini?? Di makan rayap?
http://www.suarapembaruan.com/index.php?detail=News&id=11671 2009-11-09 Masyarakat Medan Sulit Mencari Minyak Tanah [MEDAN] Sejumlah warga mulai panik karena bahan bakar minyak (BBM) jenis minyak tanah mulai sulit didapatkan. Kelangkaan minyak tanah ini terjadi karena program konversi oleh pemerintah melalui Pertamina di masyarakat. Kelangkaan ini diduga juga terjadi di daerah lainnya. "Kalaupun ada, harga minyak tanah sangat tinggi. Mulai dari Rp 4.500 sampai dengan Rp 6.500 setiap liter," ujar seorang ibu rumah tangga, Sri Astuti (40) kepada SP saat ditemui di Jl Halat, Kecamatan Medan Area, Sumatera Utara (Sumut), Senin (9/11) pagi. Kelangkaan minyak tanah di kawasan tempat tinggalnya sudah berjalan selama hampir sebulan. Keluhan masyarakat sepertinya sudah diketahui pemerintah kota. Sayangnya, apa yang menjadi keluhan itu tidak direspons. Kelangkaan minyak tanah juga terjadi di Provinsi Bengkulu. Akibat kelangkaan ini, harga eceran minyak tanah di Kabupaten Kepahyang, melambung Rp 6.000 per liter. Kelangkaan ini terjadi karena pasokan minyak tanah dari Depo Pertamina Bengkulu ke pangkalan di Kabupaten Kepahyang sejak beberapa bulan belakangan tidak normal. Permintaan minyak tanah dari masyarakat cukup tinggi. Akibatnya, harga eceran melambung tembus Rp 6.000 per liter. Padahal, harga eceran tertinggi (HET) minyak tanah berdasarkan surat keputusan (SK) Bupati Kepahyang hanya Rp 3.000 per liter. Melonjaknya harga minyak tanah sangat dikeluhkan masyarakat Kepahyang, terutama masyarakat kecil. Sejak harga minyak tanah tembus Rp 6.000 per liter, masyarakat kesulitan mendapatkan bahan bakar ini sesuai kebutuhan. "Kami benar-benar kecewa dengan pemerintah setempat karena tidak bisa mengatasi kelangkaan minyak tanah di daerah ini. Padahal, minyak tanah banyak dibutuhkan orang cilik," kata Hasan (35), warga Bengkulu. "Di tempat kami ini pun sudah hampir sebulan terjadi kelangkaan minyak tanah. Ini memang terjadi akibat program konversi minyak tanah ke gas. Kami menduga ada kesengajaan di balik kelangkaan minyak ini," kata Asmawaty (36), warga Jl Denai Medan, Sumut. Asmawaty berkeyakinan, ada rencana dari pihak tertentu yang diduga ingin mengambil keuntungan di balik kelangkaan tersebut. Kesempatan ini dilakukan oleh pihak yang menginginkan masyarakat menggunakan gas elpiji atau tidak lagi menggunakan bahan bakar minyak. "Di sisi lain, keuntungan diperoleh oleh pengecer. Ini dimanfaatkan dengan menaikkan harga tinggi, apalagi ketika mengingat minyak tanah sulit didapatkan masyarakat. Pedagang eceran mencari keuntungan besar-besaran," ungkapnya. Tidak Mengantisipasi Direktur Eksekutif Lembaga Advokasi dan Perlindungan Konsumen (LAPK) Sumut Farid Wadji menyampaikan, kelangkaan minyak tanah terjadi karena pemerintah tidak mengantisipasi dampak sebelumnya. "Ini tidak seharusnya terjadi, apalagi bila mengingat harga yang dijual sangat mencekik leher. Pemerintah diharapkan dapat melanjutkan program subsidi terhadap masyarakat untuk harga minyak tanah," sebutnya. Menurut Farid, masyarakat sebagai konsumen dapat menempuh upaya lain terhadap pemerintah melalui Pertamina seiring dengan terjadinya kelangkaan minyak tanah tersebut. Upaya itu bisa ditempuh dengan gugatan. Masyarakat yang mendapatkan tabung gas pun dapat menempuh upaya hukum. Ini dapat ditempuh bila tabung ataupun gas yang diberikan pemerintah secara gratis kepada masyarakat itu meledak dan merenggut korban. [155/143/151]