geguritan iki mung pengen kandha geguritan iki mung pengen kandha
ing njaba ana wong sambat ngaluara sajake bubar dipulasara swarane ora cetha gremeng-gremeng ing petengan cangkeme pecah awak sakojur abang biru apa kowe ora krungu? coba lirihna omongan murti apa karepe geguritan iki mung awah kabar ing njaba bathang bosok pirang-pirang apa irungmu ora mambu? thok! thok! thok! sing teka aku kanca lawangmu ngakna sala 8.6.87 --------------------------- Terjemahan dalam bahasa Indonesia: puisi ini hanya ingin berpesan puisi ini hanya ingin berpesan di luar ada orang mengeluh sambil meraung seperti habis disiksa raungannya tak jelas berceloteh di kegelapan mulutnya pecah sekujur tubuhnya lebam apakah kau tak mendengar? cobalah lirihkan suaramu barangkali kau akan mengerti apa mau dia puisi ini hanya mengabarkan di luar bangkai busuk berserakan apakah kau tidak mencium baunya? tok! tok! tok! inilah temanmu datang bukakan pintumu solo 6.8.87 * "geguritan iki mung pengen kandha" adalah salah satu karya puisi awalnya Wiji Thukul. ----------------------------------- KUBURAN PURWOLOYO di sini terbaring mbok cip yang mati di rumah karena ke rumah sakit tak ada biaya di sini terbaring pak pin yang mati terkejut karena rumahnya digusur di tanah ini terkubur orang-orang yang sepanjang hidupnya memburuh terhisap dan menanggung hutang di sini gali-gali tukang becak orang-orang kampung yang berjasa dalam setiap pemilu terbaring dan keadilan masih saja hanya janji di sini kubaca kembali: sejarah kita belum berubah! jagalan, kalangan solo, 25 oktober 88 *** Sukmaku Merdeka Wiji Thukul * sukmaku merdeka tidak tergantung kepada Departemen Tenaga Kerja semakin hari semakin nyata nasib di tanganku tidak diubah oleh siapapun tidak juga akan dirubah oleh Tuhan pemilik sorga apakah ini menyakitkan ? entahlah ! aku tak menyumpahi rahim ibuku lagi sebab pasti malam tidak akan berubah menjadi pagi hanya dengan memaki-maki waktu yang diisi keluh akan berisi keluh waktu yang berkeringat karena kerja akan melahirkan serdadu-serdadu kebijaksanaan biar perang meletus kapan saja itu bukan apa-apa masalah nomer satu adalah hari ini jangan mati sebelum dimampus takdir sebelum malam mengucap selamat malam sebelum kubur mengucapkan selamat datang aku mengucap kepada hidup yang jelata m e r d e k a ! Solo 1989 * Wiji Thukul seorang penyair sekaligus seorang aktivis Buruh juga anggota PRD, yang sampai kini Hilang sejak 1998 *** Di Negeri ini Milikmu Cuma tanah Air bulan malam membuka mataku merambati wungwungan rumah-rumah bambu yang rendah dan yang miring di muka parit yang suka banjir membayanglah masadepanmu rumah-rumah bambu yang rendah dan yang miring lentera minyak gemetar merabamu pengembara, 0, pengembara yang nyenyak bulan malam menggigit batinku mulutnya lembut seperti pendeta tua mengulurkan rontalan nasibmu 0 tanah-tanah yang segera rata berubahlah menjadi pabrik-pabriknya kitapun kembali bergerak seperti jamur liar di pinggir-pinggir kali menjarah tanah-tanah kosong mendirikan kemah gubug-gubug mencari tanah pemukiman disini beranak cucu melahirkan anak suku-suku terasing yang akrab dengan peluh dan matahari di tanah negeri ini milikmu cuma tanah air. wiji thukul Agustus 1987 - solo *** BURUH-BURUH di batas desa pagi - pagi dijemput truk dihitung seperti pesakitan diangkut ke pabrik begitu seterusnya mesin terus berputar pabrik harus berproduksi pulang malam badan loyo nasi dingin bagaimana kalau anak sakit bagaimana obat bagaimana dokter bagaimana rumah sakit bagaimana uang bagaimana gaji bagaimana pabrik? mogok? pecat ! mesin tak boleh berhenti maka mengalirlah tenaga murah mbak ayu kakang dari desa disedot sampai pucat solo, 4-86, wiji thukul *** Kemerdekaan Wiji Thukul * kemerdekaan mengajarkan aku berbahasa membangun kata-kata dan mengucapkan kepentingan kemerdekaan mengajar aku menuntut dan menulis surat selebaran kemerdekaanlah yang membongkar kuburan ketakutan dan menunjukkan jalan kemerdekaan adalah gerakan yang tak terpatahkan kemerdekaan selalu di garis depan Solo, 27-12-1988 * Wiji Thukul seorang penyair sekaligus seorang aktivis Buruh juga anggota PRD, yang sampai kini Hilang sejak 1998 *** TUJUAN KITA SATU IBU Wiji Thukul Kutundukkan kepalaku, bersama rakyatmu yang berkabung bagimu yang bertahan di hutan dan terbunuh di gunung di timur sana Di hati rakyatmu, tersebut namamu selalu di hatiku aku penyair mendirikan tugu meneruskan pekik salammu "a luta continua." kita tidak sendirian kita satu jalan tujuan kita satu ibu:pembebasan! Kutundukkan kepalaku kepada semua kalian para korban sebab hanya kepadamu kepalaku tunduk kepada penindas tak pernah aku membungkuk aku selalu tegak 4 Juli 1997, <>><><><><><><><><><><><><><><> PERINGATAN Wiji Thukul Jika rakyat pergi ketika penguasa pidato kita harus hatihati barangkali mereka putus asa kalau rakyat sembunyi dan berbisikbisik ketika membicarakan masalahnya sendiri penguasa harus waspada dan belajar mendengar. Bila rakyat tidak berani mengeluh itu artinya sudah gawat dan bila omongan penguasa tidak boleh dibantah kebenaran pasti terancam. Apabila usul ditolak tanpa ditimbang, suara dibungkam kritik dilarang tanpa alasan dituduh subversif dan mengganggu keamanan maka hanya ada satu kata: Lawan! Peringatan, Solo 1986, Information about KUDETA 65/ Coup d'etat '65, click: http://www.progind.net/ http://sastrapembebasan.wordpress.com/