Quote:
"..
Peneliti Aspirasi Indonesia Research Institute Yanuar Rizky mengatakan
berdasarkan audit investigatif
Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), YKKBI merupakan salah satu deposan yang
menempatkan dananya
di Bank Century.

Namun, paparnya, setelah disuntik Rp6,7 triliun oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS), justru YKKBI tidak lagi menempatkan dananya di sana, dengan
menarik uang di Bank Century.

"Ini yang justru dipertanyakan. Sudah tahu bank itu bermasalah semenjak
merger dan dimiliki oleh swasta, tapi justru menyimpan uangnya di sana.
Namun, ketika terjadi bailout dan dimiliki negara, dana malah ditarik," ujar
Yanuar di Jakarta, kemarin.
.."

Kalau ini benar, sangat mungkin yang dimaksud dengan 'faktor/efek
psikologis' takut terjadi
rush (penarikan dana) dkk, merupakan akibat ulah BI sendiri sebagai
pengambil keputusan
bail-out BC..

Jadi, sebenarnya yang disebut dampak sistemik dan 'faktor/efek psikologis'
itu adalah
karena keputusan dari kalangan dalam sistem sendiri.. :-(

CMIIW..

-- 
Wassalam,

Irwan.K
"Better team works could lead us to better results"
http://irwank.blogspot.com

http://web.bisnis.com/edisi-cetak/edisi-harian/umum/1id153106.html

Dana YKKBI di Bank Century dicurigai
KPK harus secara cepat usut skandal Century

   - 
Cetak<http://../../../cetak.php?cid=1&id=153106&url=http%3A%2F%2Fweb.bisnis.com%2Fedisi-cetak%2Fedisi-harian%2Fumum%2F1id153106.html>
   - [image: Bookmark and
Share]<http://www.addthis.com/bookmark.php?v=250&pub=xa-4a7b92b54cc33bf7>

JAKARTA: Aspirasi Indonesia Research Institute menaruh curiga terhadap
penempatan dana Yayasan Kesejahteraan Karyawan Bank Indonesia (YKKBI) di PT
Bank Century Tbk, karena lembaga keuangan itu bermasalah sejak merger pada
2004.

Peneliti Aspirasi Indonesia Research Institute Yanuar Rizky mengatakan
berdasarkan audit investigatif Badan Pemeriksa Keuangan (BPK), YKKBI
merupakan salah satu deposan yang menempatkan dananya di Bank Century.

Namun, paparnya, setelah disuntik Rp6,7 triliun oleh Lembaga Penjamin
Simpanan (LPS), justru YKKBI tidak lagi menempatkan dananya di sana, dengan
menarik uang di Bank Century.

"Ini yang justru dipertanyakan. Sudah tahu bank itu bermasalah semenjak
merger dan dimiliki oleh swasta, tapi justru menyimpan uangnya di sana.
Namun, ketika terjadi bailout dan dimiliki negara, dana malah ditarik," ujar
Yanuar di Jakarta, kemarin.

BPK dalam rapat dengar pendapat bersama Panita Khusus Hak Angket kasus Bank
Century menyatakan bahwa YKKBI menempatkan dananya sebesar Rp80 miliar.
Namun, dana itu sudah ditarik setelah LPS menyuntikkan dana ke bank
tersebut.

Selain itu, lembaga auditor negara itu menyebutkan sejumlah BUMN juga
menempatkan sebagian dananya di bank yang kini berganti nama dengan Bank
Mutiara.

Bank Century mengalami gagal kliring pada November 2008 sehingga diputuskan
penyaluran fasilitas pendanaan jangka pendek oleh BI dan penyertaan modal
sementara oleh LPS.

Komite Stabilitas Sistem Keuangan (KSSK)-otoritas yang memutuskan
bailout-akhirnya menyetujui penyuntikan dana Rp6,7 triliun dari November
2008-Juli 2009 dalam empat tahap.

Yanuar menegaskan publik harus mengetahui secara detail mengapa penempatan
itu dilakukan oleh YKKBI ataupun sejumlah BUMN kepada bank yang sejak merger
sudah bermasalah.

Direktur Perencanaan Strategis dan Humas BI Dyah Nastiti Makhijani
mengatakan tidak ada yang tahu kontak juru bicara YKKBI. "Itu kan
lembaga/yayasan terpisah dari lembaga BI. Jadi saya tidak punya kewenangan
menjawab," katanya.
*
Dalami FPJP*

Panitia Khusus Hak Angket kasus Bank Century diminta mendalami temuan
pemberian fasilitas pinjaman jangka pendek (FPJP) oleh Bank Indonesia,
karena dugaan penyelewengan terlihat dalam pengambilan kebijakan itu.

Ekonom Tim Indonesia Bangkit, Ichsanuddin Noorsy mengatakan pemberian FPJP
apabila dirunut lebih dalam bisa mengindikasikan bahwa bank sentral hanya
ingin menyelamatkan penempatan dana pensiun milik karyawan BI.

Kemudian, menurutnya, kebijakan tersebut gagal, sehingga bank sentral
mengajukan kepada KSSK melalui pernyataan sistemik agar diselamatkan oleh
LPS.

"BI mau selamatkan dana yayasannya. Kemudian berlanjut bailout karena ingin
selamatkan dana yayasan, dana FPJP, dana BUMN Rp412 miliar dan dana Depkeu
Rp169miliar," ujarnya kepada Bisnis di Jakarta, kemarin.

Sekretaris Jenderal Transparency International Indonesia (TII) Teten Masduki
mengatakan Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) dapat menyelidiki mengapa
penempatanan dana secara besar dilakukan oleh YKKBI dan BUMN.

"Apa yang menjadi motif penempatan dana itu oleh YKKBI dan BUMN di sana.
Publik mempertanyakan mengapa setelah dimiliki oleh negara, uang justru
ditarik semua? Ini ada apa?" katanya.

Teten menjelaskan KPK bisa melakukan penelusuran terhadap persoalan tersebut
sebagai bagian dari penyelidikan kasus Bank Century.

Menurut Masyarakat Profesional Madani Ismed Hasan Putro, publik sudah
menangkap gejala 'masalah besar' yang justru disembunyikan pihak Cikeas.

"Jika Presiden yakin bersih dan benar, tidak perlu risau. Dia harus secara
ksatria meminta auditor independen untuk melanjutkan proses audit kembali.
Ini agar tidak terjadi distrust masif kepada Istana," ujar Ismed, kemarin.

Sementara itu Mantan Menko Perekonomian, Rizal Ramli, mengatakan Pemerintah
telah melakukan politisasi sistemik dengan membongkar kasus pajak mereka
yang terkait dengan pengungkapan skandal Bank Century.

Menurut dia, langkah pengungkapan kasus pajak yang terkesan dicari-cari
tersebut merupakan upaya 'tukar guling' agar aliran dana dalam kasus Bank
Century tidak terungkap ke publik. (*Hendri T. Asworo/ John Andhi Octaveri*)
(anugerah. perk...@bisnis.co.id)

Oleh *Anugerah Perkasa*
Bisnis Indonesia

Pada 28 Desember 2009 06:42, bungaran <no_re...@yahoogroups.com> menulis:


>
> Pak Godlip kurang paham apa yang saya maksud dengan dampak sistemik terukur
> dan dampak psikologis. Apakah jika Pemerintah tidak membail-out Bank Century
> akan terjadi dampak sistemik ? Tentu tidak.
> Kasus 1998 saja hingga saat ini masih meninggalkan banyak persoalan
> demikian juga dengan Bank Century.
> Sebagai catatan Di Amerika sekitar 53 bank kecil sudah ditutup.
>
>
> --- In 
> forum-pembaca-kom...@yahoogroups.com<Forum-Pembaca-Kompas%40yahoogroups.com>,
> "Godlip Pasaribu" <marnagan2...@...> wrote:
> >
> > Pak Bungaran memberi contoh masalah BLBI dan krisis th 98 yang
> mengakibatkan Pemerintah harus mengeluarkan dana recap sebesar lebih kurang
> Rp 600T. Justru itulah yang mereka ingin hindari supaya jangan terjadi lagi
> sehingga membail-out BC dengan Rp 6.7T mengingat pada waktu kejadian itu
> terjadi krisis global di dunia. Kalau kejadiannya tidak bertepatan dengan
> krisis global mungkin dengan mudah dapat ditutup saja seperti bbrp bank lain
> yang juga ditutup.
> >
> > Jika sekiranya kebijakan yang diambil pada saat itu BC ditutup dan
> terjadi kembali krisis spt th 98, kira2 apa yang akan dikatakan kepada Pak
> Boed dan SMI? Jika sekiranya SMI dan Pak Boed dari awal sudah ada kong kali
> kong dengan RT, kira2 untuk apa dia mengundang para pakar termasuk Agus
> Marto, Marsillam Simanjuntak dll yang jumlahnya sekitar 35 orang untuk
> brainstorming?
> > Powered by Telkomsel BlackBerry®\
>

Reply via email to