Refleksi : Mereka malas atau tidak perlu bekerja, tak ada bedanya sebab  tempat 
kerja mereka adalah "Dewan Penipu Rakyat". Di tempat demikian hanya perlu  
pandai banyak bicara untuk rakyat percaya bahwa mereka bekerja. Mereka  bicara 
agar banyak fulus mulus mengalir masuk kantong. Belum satu tahun kerja gaji 
dinaikan 20%. 
Apakah kenaikan harga beras menggangu ekonomi keluarga mereka?   

http://www.mediaindonesia.com/read/2010/01/30/120141/70/13/Kemalasan-Wakil-Rakyat


Kemalasan Wakil Rakyat 
Sabtu, 30 Januari 2010 00:00 WIB 
     

VIRUS malas rupanya masih menjangkiti tubuh Dewan Perwakilan Rakyat. Paling 
tidak hal itu terlihat saat berlangsung rapat paripurna dengan agenda tunggal 
pertanggungjawaban realisasi APBN Tahun Anggaran 2008, Selasa (26/1). 

Pada acara yang dihadiri Menteri Keuangan Sri Mulyani itu ruang sidang tampak 
kosong. Hanya tempat duduk di bagian tengah yang banyak terisi, sedangkan di 
deretan pinggir banyak kursi yang kosong melompong. 

Dalam daftar hadir tercatat 291 anggota menghadiri sidang paripurna itu. Jumlah 
tersebut memang sudah memenuhi kuorum karena lebih separuh dari 560 anggota 
dewan hadir. 

Akan tetapi, kebanyakan mereka hadir di atas kertas, hadir secara administratif 
karena hanya menandatangani daftar hadir dan setelah itu menghilang. Faktanya 
banyak kursi melompong di ruang sidang paripurna. Sungguh pemandangan yang tak 
elok. 

Kemalasan bersidang itu menunjukkan bahwa sejauh ini DPR periode 2009-2014 
tidak menjalankan fungsi anggaran dengan baik. Bukankah sidang paripurna 
tersebut membahas penggunaan APBN Tahun 2008 oleh pemerintah? Bukankah DPR 
sendiri yang menyetujui dan mengesahkan APBN itu? 

Kemalasan bersidang juga memperlihatkan bahwa anggota DPR belum menjalankan 
fungsi pengawasan dengan baik. Sebab, agenda sidang paripurna tersebut adalah 
pertanggungjawaban realisasi APBN Tahun 2008. Melalui sidang paripurna itulah, 
anggota dewan semestinya mengawasi, mengontrol, dan meminta pertanggungjawaban 
lembaga eksekutif dalam merealisasikan APBN. 

Kemalasan bersidang sudah terlihat pada sebulan pertama masa kerja DPR. Saat 
sidang internal berlangsung di ruang rapat komisi, banyak anggota dewan malah 
asyik masyuk mengurusi kredit tunai dari satu bank nasional. 

Virus malas lain yang menjangkiti tubuh wakil rakyat adalah kemalasan 
menyerahkan Laporan Harta Kekayaan Penyelenggara Negara (LHKPN). Berdasarkan 
catatan Komisi Pemberantasan Korupsi, hingga pertengahan Januari 2010, baru 229 
dari 560 anggota dewan yang telah menyerahkan laporan kekayaan mereka kepada 
KPK. Padahal, tenggat penyerahan laporan harta kekayaan berakhir 1 Desember 
2009. Itu artinya tingkat kepatuhan pelaporan kekayaan para legislator hanya 
40,69%. 

Virus malas lain yang juga berjangkit di tubuh para legislator adalah kemalasan 
membuat nomor pokok wajib pajak (NPWP). Direktorat Jenderal Pajak mencatat 
terdapat 113 dari 560 anggota DPR belum memiliki NPWP. 

Kemalasan memiliki NPWP jelas bukti tersendiri bahwa anggota dewan belum mampu 
menjadi warga negara yang baik. Akan tetapi, sang pemalas itu sangat rajin 
menuntut dan menikmati haknya. Lihat saja, baru tiga bulan bekerja, anggota 
dewan telah mendapat fasilitas komputer mahal, renovasi rumah dinas mewah, dan 
sebentar lagi, kenaikan gaji. 

Ada logika yang terbalik di situ. Di mana pun, siapa pun, semestinya 
menunjukkan kinerja dulu, baru memperoleh fasilitas. Di gedung wakil rakyat, 
diberikan fasilitas dulu, termasuk kepada mereka yang malas, baru kinerja 
diharapkan meningkat. Sungguh logika yang menyesatkan. 

Kirim email ke