http://www.antaranews.com/berita/1265948281/maroko-polisario-gagal-capai-perjanjian-sahara-barat

Maroko, Polisario Gagal Capai Perjanjian Sahara Barat
Jumat, 12 Pebruari 2010 11:18 WIB | Mancanegara | Timur Tengah/Afrika | 
Markas PBB, New York (ANTARA News/AFP) - Maroko dan gerakan kemerdekaan Front 
Polisario pada Jumat gagal mempersempit perbedaan mereka mengenai Sahara Barat 
yang disengketakan, setelah dua hari pembicaraan tidak resmi di Markas 
Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB) di New York, Amerika Serikat (AS).

Chritopher Ross, utusan pribadi Sekjen PBB Ban Ki-moon untuk Sahara Barat, 
mengatakan bahwa dalam sebuah pernyataan di akhir pembicaraan itu bahwa "tidak 
ada pihak yang mau menerima usul pihak lainnya sebagai dasar bagi berlanjutnya 
pembicaraan di masa mendatang".

Ia menyatakan, kedua pihak bagaimanapun telah menegaskan kembali komitmen 
mereka "untuk meneruskan pembicaraan mereka secepat mungkin."

Menurut dia, untuk maksud itu, ia berencana melakukan perjalanan ke wilayah 
tersebut guna berkonsultasi lagi dengan berbagai pihak terkait. 

Ross mengatakan, pembicaraan itu "dilakukan dalam suasana kerja yang serius, 
keterusterangan dan saling menghormati".

"Pertemuan tertutup di Pusat Pengetahuan IBM di dusun kecil Armonk itu meniru 
pertemuan tidak resmi yang sama di Austria Agustus lalu. Pembicaraan itu 
ditujukan untuk memuluskan jalan bagi putaran kelima pembicaraan resmi antara 
pihak-pihak tersebut.

Empat putaran sebelumnya yang diadakan di Manhasset New York Juni 2007 gagal 
untuk memecahkan perselisihan mengenai wilayah kaya pospat yang dicaplok Maroko 
pada 1975 setelah mundurya penguasa kolonial Spanyol.

Pencaplokan atas wilayah itu telah memicu perang antara pasukan Maroko dan 
gerilyawan Polisario yang didukung Aljazair. 

Kedua belah pihak menyetujui gencatan senjata pada 1991 tapi pembicaraan yang 
disponsori PBB mengenai masa depan Sahara Barat sejak itu tidak menghasilkan 
kemajuan.

Rabat telah berjanji untuk memberi Sahara Barat otonomi luas tapi 
mengesampingkan kemerdekaan.

Front Polisario yang mendapat dukungan Aljazair menginginkan referendum untuk 
memutuskan nasib sendiri dengan kemerdekaan sebagai salah satu opsi.

Mohammed Khadad, seorang pejabat senior Polisario yang menghadiri pertemuan di 
Armonk, menjelaskan berbagai pihak yang terlibat, Rabu, memusatkan perhatian 
pada masalah hak asasi manusia dan langkah-langkah untuk membangun kepercayaan.

Namun, kepada AFP, ia mengatakan bahwa Rabat terus "mengecilkan masalah hak 
asasi manusia" dan menolak bukti komisi internasional atau pengawasan atas 
dugaan pelanggaran yang dilakukan kedua belah pihak melalui Misi PBB untuk 
Referendum Sahara Barat (MINURSO) atau kantor Komisaris Tinggi untuk Pengungsi.

"Bola berada di Dewan Keamanan," kata Khadad.

Ia menekankan bahwa badan PBB yang memiliki 15 anggota itu harus memecahkan 
masalah hak asasi manusia ketika mereka bertemu April mendatang guna memutuskan 
pembaruan mandat MINURSO.

Delegasi Maroko tidak memberi komentar.

Tahun lalu, beberapa anggota Dewan Keamanan PBB menyuarakan keprihatinan mereka 
mengenai situasi HAM di Sahara Barat.

Beberapa diplomat menyatakan bahwa DK-PBB mungkin akan mengubah mandat MINURSO 
yang di dalamnya tercakup pengawasan hak asasi manusia.
(Uu.S008/R013/P003)

<<foto-polandia.jpg>>

Kirim email ke