http://www.cenderawasihpos.com/detail.php?ses=&id=668
23 Juni 2010 11:30:49 Ketika 2 Warga Kota Jayapura Mendapat Penghargaan dari Pemerintah Norwegia Tanam Pohon Sejak Tahun 2001, Sedih Jika Ada Lahan Kritis Pemerintah Norwegia bekerjasama dengan Foker LSM Papua memberikan penghargaan kepada Tonci Aibini dan Paulus Samay sebagai pembela lingkungan (hutan) Papua 2010 "Save The People and Forests of Papua". Mengapa mereka mendapatkan penghargaan itu? Laporan : Ronald Manurung, Jayapura Pengelolaan sumber daya alam pada hakekatnya ditujukan bagi kesejahteraan atau kemakmuran manusia dengan tetap memperhatikan prinsip kelestarian serta keseimbangan alam (lingkungan) untuk keberlanjutan kehidupan. Namun pengelolaan sumber daya alam, baik laut, tanah, hutan dan tambang oleh negara yang berlangsung selama ini di Papua masih saja mengabaikan hakekat dan prinsip pengelolaan sumberdaya alam. Hal di atas jelas menimbulkan kontradiksi, dimana di satu sisi potensi sumber daya alam Papua yang dikelola selama ini telah memberikan kontribusi yang signifikan terhadap penerimaan (devisa) negara serta kesejahteraan sosial rakyat Indonesia serta kelompok elite beserta kroninya. Namun di sisi lainnya, pengelolaan tersebut masih saja menyisakan berbagai persoalan besar di lokasi atau wilayah eksploitasi, seperti hancurnya keanekaragaman hayati, kerusakan dan pencemaran lingkungan, kemiskinan, rusaknya tata nilai masyarakat adat di Papua serta pelanggaran HAM dan konflik. Dalam prakteknya, faktor-faktor di atas seringkali memberikan pengaruh yang berarti terhadap penafikan hak-hak masyarakat (adat) atas sumber daya alamnya. Karenanya, tidaklah mengherankan bahwa hal tersebut sering memicu konflik sumber daya alam yang berkepanjangan antara pemerintah dan pengusaha di satu pihak, sementara masyarakat lokal (adat) di pihak lainnya, maupun diantara masyarakat adat itu sendiri. Tersadar akan fakta bahwa pengelolaan sumberdaya di Papua selama ini yang semakin mengancam kelangsungan dan keberlanjutan kehidupan dan penghidupan masyarakat adat, organisasi masyarakat sipil pemerhati hutan Papua, Foker LSM Papua bersama Rain Forest Norway, sebuah organisasi masyarakat sipil Norwegia yang memiliki jaringan kerja sangat luas untuk melindungi hutan-hutan tropis di Amerika Selatan, Kongo dan Papua New Guinea merancang sebuah penghargaan bagi para pembela hutan di Papua yang disebut Penghargaan Pembela Hutan Papua 2010. Paulus Samay dinobatkan untuk menerima penghargaan dari Pemerintah Norwegia yang bekerjasama dengan Foker LSM Papua dalam rangka penyelamatan hutan lingkungan dengan menanam pohon Jati dan pohon Mengkudu di lahan kritis tempat tangkapan resapan air di daerah Buper, Waena. Penyerahan itu sekaligus kepada Tonci Aibini yang juga berhasil menanam kembali hutan Bakau di daerah Pantai Hamadi, Jayapura Selatan. Penyerahan itu dilaksanakan di Swiss Belhotel, Selasa (22/6) kemarin. Kepada Cenderawasih Pos, Paulus Samay menuturkan, dirinya merasa bangga atas apa yang sudah didapat dan ke depan setelah mendapatkan penghargaan ini tentunya bangga, bahkan dari awal tahun 2000-2001 dirinya sudah mulai bekerja menanam pohon-pohon, dan semua tanaman yang sudah ditanam di daerah lahan kritis di daerah sumber tangkapan air. "Memang saat melakukan pekerjaan ini membutuhkan kesabaran dan ketabahan karena bekerja di lahan krisis. Sebab kita ketahui bahwa kalau kita tanam, maka tidak semudah itu langsung tumbuh sehingga membutuhkan kesabaran,"ungkapnya. Diakuinya, di daerah Buper, Waena yang hanya alang-alang dan tidak ada pohon, namun karena dirinya sudah ada di lokasi sejak 2001, maka tergugah untuk menanam. Soal motivasi, lanjutnya, sejak dari kecil memang sudah terbiasa dengan hutan, artinya lingkungan hutan di seluruh Papua termasuk di Mamberamo Tengah, Mapenduma, Pegunungan Bintang bahkan banyak memberikan pelajaran bagi masyarakat. "Kalau saya melihat daerah kritis, maka saya sangat sedih apalagi tempat itu sangat bagus, maka saya tergugah bagaimana bisa menanam pohon di sana,"ujarnya menambahkan. Selain itu, dirinya bersyukur kepada Pemerintah Norwegia yang telah bekerjasama dengan Foker LSM Papua yang sudah turun melihat hasilnya bahkan menurut mereka ini sesuatu yang mustahil. "Pastinya sebelum memilih saya sebagai pemenang, maka sudah pasti dilakukan survey di lokasi sehingga bisa memutuskannya," tuturnya. Senada dengan itu, Tonci Aibini mengungkapkan, awalnya dirinya memang senang dan berterimakasih kepada Foker LSM Papua yang sudah memberikan kepercayaan. Dia menceritakan, awalnya dirinya dengan kelompok lain melakukan penanaman semacam lebih peduli terhadap kawasan Pantai Hamadi sehingga setelah mendengar ada lomba dari Foker LSM Papua maka dirinya mencoba ikut dan ternyata bisa menang. "Soal yang dilakukan, kegiatan ini hanya penanaman sejak tahun 2000-an sehingga kalau dilihat Pantai Hamadi itu hancur, bahkan seharusnya ada jalan untuk keperluan umum, namun digunakan manusia untuk menebang pohon sampai habis sehingga saya mencoba menanam kembali," imbuhnya. Manurutnya, banyak lahan hutan Bakau hanya di Pantai Hamadi, sedangkan di Holtekamp sudah habis sehingga secara kebetulan dirinya tinggal di daerah Hamadi maka merasa memiliki kemudian melakukan penanaman. "Hasilnya memang luar biasa artinya setelah orang tebang habis, maka kembali ditanam,"tandasnya