Kenapa Arah Kiblat Dipermasalahkan Jadi Besar ???
                                        
Yang jadi besar itu bukan masalahnya tapi dananya yang jadi diperbesar untuk 
dipermasalahkan.

Baru saja ribut2 rebutan wewenang pemungutan tarif peneng "Halal" yang ditarik 
dari semua pabrik2 yang ada di Indonesia bukan cuma sebatas pabrik2 makanan 
saja.  Akhirnya urusan stiker "halal" ini dimenangi entah oleh siapa.  Tapi 
tidak puas urusan stiker "halal" maka lanjutannya adalah arah kiblat mesjid2 
diseluruh Indonesia.

Kita sama2 tahu, DepAg ini adalah departement yang paling miskin dalam 
mendapatkan dana dari pemerintah.  Meskipun sebenarnya termasuk yang paling 
banyak dalam mengutib dana dari masyarakat.  Namun dana masyarakat yang 
dikutibnya bukanlah berupa pajak sehingga bisa dikorupsi seenaknya tanpa takut 
jadi masalah besar dalam negara.  Sehingga DepAg dalam anggaran pemerintah 
bukanlah tempat menghasilkan dana seperti halnya Pertamina, melainkan lebih 
merupakan lembaga Sosial dimana justru pemerintah menghamburkan uang tanpa 
audit formalnya diperiksa.

Kalo esselon atas masih bisa kebagian dana haji, kebagian dana zakat, infak, 
sadaqoh dll.  Tetapi gimana dengan esselon2 dibawahnya ???  Inilah yang 
biasanya jadi pergunjingan masyarakat, misalnya mau cerai, mau kawin dan mau 
lain2 yang perlu penghulu, pengadilan agama dll, maka disinilah sumber uang 
yang tak terhitung banyaknya dan juga tidak pernah diperiksa oleh para penguasa 
yang berkuasa selama ini, karena sebagai penguasa ada jatahnya tersendiri.

Namun jumlah pegawai DepAg juga makin lama makin membengkak karena meskipun ada 
larangan penerimaan pegawai negeri baru, tapi kalo urusannya adalah saudara 
tentu ukhuwah persaudaraan darah lebih kuat daripada sekedar ukhuwah agamanya 
saja.  Dilarang jadi pegawai negeri mereka dititipkan jadi honorer.  Tidak 
digaji pun tetap bisa pungli ke-mana2 hanya membawa nama DepAg saja.  Apalagi 
pengusaha2 kecil yang dipalak urusan makanan Halal tak susah sama sekali.

Urusan arah kiblat yang dianggap kurang benar tentunya bisa di jadikan proyek 
untuk membenarkannya, dan kalo sudah jadi proyek diseluruh Indonesia, maka 
proyek ini jadi proyek raksasa karena ada dananya juga besarnya raksasa hanya 
cuma bermodal kompas dan bacaan2 Yasin saja sudah boleh dikirim jadi utusan 
pusat untuk memeriksakan arah kiblat dari mesjid2 di-daerah2.  Biarkanlah biaya 
perbaikan mesjid2 di daerah masing2 itu jadi makanan bagi para pegawai2 DepAg 
di PemDa sana saja.  Yang penting di pusat ada kebocoran dana untuk workshop, 
untuk semintar, dan untuk pertemuan2 ber-hari2 di-hotel2 mewah hanya untuk 
membicarakan cara2 memperbaiki arah kiblat yang pasti selalu salah sedikit 
arahnya.

Oleh karena itulah, masalah arah kiblat semua mesjid2 di Indonesia ini sengaja 
dipermasalahkan meskipun sang menteri Agama pura2 menganggap tidak perlu 
dipermasalahkan.  Dengan gunjang ganjing dan ribut2 inilah nantinya sang 
menteri mendapatkan legitimasi politik untuk menekan presiden agar menyetujui 
kucuran dana untuk DepAg ini karena DepAg adalah Departement yang tidak 
menghasilkan dana seperti halnya pertamina dan Dep Perdagangan.

Ny. Muslim binti Muskitawati.





Kirim email ke