Aku lagi sedih, bingung dan gak tahu musti ambil tindakan apa.
Ceritanya, aku dapat panggilan kerja untuk jadi pengawas di sebuah tambak udang di daerah Sulawesi sana. aku lulusan sarjana perikanan/pertanian, otomatis arahnya pasti jadi orang lapangan. Tapi yang aku sayangkan, orang tua terutama ibuku tidak mengizinkan dan bahkan melarang, beliau penginnya aku jadi orang kantoran, bukan kerja dilapangan. Di matanya orang lapangan itu mirip gembel, nggak punya masa depan pasti, dll dll. Padahal bukannya konsekuensi dari dulu, kalo aku ambil kuliah perikanan ya mestinya aku terjun ke lapangan donk!!.
Lucunya, keputusan untuk kuliah di perikanan ya dari ortuku sendiri, terutama ayah. Salahku, aku bukan anak yang punya pendirian seh, istilahnya cap nurut, nurut sana nurut sini. Ketidak tahuanku dimanfaatkan ke-otoriter-an orang tuaku. Kadang aku sering diledekin "anak mami", dll dll. Atasanku yang dulu aja bilang gitu.
Aku punya prinsip, kalo kita nurut sama ortu pasti hidup kita bahagia. Hidup kita akan makmur, akan tenang, akan  bahagia dan akan akan lainnya. Bukankah itu yang dijanjikan Tuhan..? tapi nyatanya, saat ini aku lebih mirip pecundang di rumah sendiri.
Adikku sudah sukses dengan pekerjaannya dan tahun depan akan menikah. Adikku yang satu lagi sudah tugas akhir, dan melihat konsentrasi studinya (IT) mungkin dia tidak mengalami kesulitan berarti. Lapangan kerja IT lagi luas. Lalu aku..?
Sering aku sedih dan menangis dalam hati, setiap hari aku harus bangun di rumah yang orang memandangku dengan pandangan sinis, kasihan dan semacamnya. Kadang aku su'udzon sama Tuhan, kenapa ya aku hidup menderita terus..? Sebagai orang yang ta'at agama, ada saat dimana aku bisa tegar. Tapi ada juga saat dimana aku frustasi dan nyaris gila. Iya, bukannya sumber orang gila di negeri ini berasal dari frustasi karena nggak dihargai di lingkungannya, keluarga misalnya...?
Pernah aku punya pikiran untuk melawan ortu, artinya work must go on..aku tetap pada pendirianku, pergi dari rumah dan mengambil pekerjaan lapangan seperti itu. Aku yakin dan sanggup mengatasi kendala di lapangan, karena aku bukan orang manja, toh semasa kuliah hal2 seperti itu (panas, di daerah terpencil) bukan masalah buatku. Tapi Ortu..? satu lagi yang aku kuatirkan, jika aku tetap pada pendirianku, artinya kan aku kerja dibawah bayang2 ketidak ridho-an ortuku. Dan itu setali tiga duit, pada akhirnya hidupku toh menderita lagi.
Apa birrul walidain (ketaatan dan bakti pada ortu) masih relevan di jaman sekarang? Aku malah sering melihat tidak sedikit anak di jaman sekarang yang menderita karena (kebodohan) ortunya sendiri. Ada anak yang jadi perawan tua karena ortunya banyak menghalang2i jodohnya, calon suaminya dipersulit dengan permintaan yang aneh2, toh ada juga ortu yang kasar dan tukang pukul sama anaknya sendiri, terakhir aku lihat di berita kriminal bapak bacok anaknya sendiri. Masih relevankah kawan..?  :-(( dan apa yang bisa dilakukan terhadap ortu semacam itu...?
Tidak apa2 kalo ada yang ingin menasihati dgn kacamata agama, INsyaAllah aku masih terima (walo dengan gigit jari). Makasih sebelomnya.



Yahoo! FareChase - Search multiple travel sites in one click.

Milis Curhat The Friendliest Way ...
Curhat@YahooGroups.Com





SPONSORED LINKS
Bali indonesia hotel Bali indonesia Indonesia hotel
Romance relationship Bali indonesia vacation Bali indonesia travel


YAHOO! GROUPS LINKS




Kirim email ke