Membebaskan Diri dari Obsesi Menikah
>      
>              
>            Setelah menyelesaikan kuliah S2 nya di Australia, Becky (29)
> memutuskan untuk bekerja di Indonesia dan melanjutkan salah satu "tujuan
> hidupnya" yaitu mencari suami. Namun pencariannya ternyata tidak mudah,
> akhirnya ia menerima cinta teman sekantornya meski sebenarnya tidak ada
> kecocokan di antara mereka. Tidak mengherankan kalau hubungan mereka
> dipenuhi pertengkaran, tapi Becky tetap bertahan sambil berharap
> kekasihnya itu segera melamar. Sang kekasih akhirnya melamar, tapi bukan
> ke Becky, melainkan wanita lain yang selama ini juga dikencaninya. 
>                  
>             
>              
> 
>       Mungkin kita akan bertanya-tanya, mengapa seorang wanita
> berpendidikan tinggi seperti Becky melakukan hal bodoh dengan
> menghabiskan waktu dengan seseorang yang salah. Masih banyak Becky lain
> di sekitar kita, meski dunia semakin canggih, tetap saja menikah masih
> menjadi tujuan hidup banyak perempuan.  Sebenarnya apa yang menjadi
> motivasi orang-orang yang terobsesi untuk menikah ? yuk, simak uraian
> berikut :
> 
>       1. Sindrom "Butuh Pria"
> 
>       Banyak wanita berusia pertengahan dua puluhan yang merasa hubungan
> dengan pacarnya tidak seperti yang didambakan. Tapi banyak dari mereka
> memutuskan tetap menikah dengan pasangannya karena merasa tidak bisa
> hidup tanpa pria. Akibatnya terjadi semacam shock di awal pernikahan.
> Menurut Mary Jo Fay, konsultan di situs helpfromsurvivor.com, jika Anda
> memiliki sindrom "butuh pria", ingatlah bahwa orangtua Anda telah
> mengurus Anda dengan baik, berpikirlah dua kali karena berada di bawah
> "asuhan" pasangan yang sebenarnya tidak cocok hanya akan membawa Anda
> dalam hubungan yang tidak sehat. 
> 
>       2. Target hidup
> 
>       Biasanya perempuan selalu menetapkan target pencapaian berdasarkan
> umur, dan dibuat sangat spesifik. Misalnya menikah di usia 23, punya
> anak paling lambat 25 tahun.  Menurut penelitian yang dilakukan oleh
> beberapa psikolog, sebenarnya perempuan, sama halnya dengan pria juga
> takut untuk berkomitmen, tetapi "target-target" tadi menekan mereka.
> Semakin dewasa dan makin luasnya wawasan, biasanya mereka akan melupakan
> target tadi. Bukankah lebih baik menunda pernikahan daripada
> terperangkap dengan orang yang salah ?
> 
>       3. Tik Tok
> 
>       Jam biologis masih menjadi salah satu faktor mengapa banyak
> perempuan muda memutuskan cepat menikah. Ketika seorang wanita menjalin
> hubungan dengan seorang pria, yang mereka inginkan adalah sebuah
> hubungan yang serius, dalam arti dilanjutkan ke jenjang pernikahan.
> Terlebih jika usia sudah masuk kepala tiga, bayangan menggendong bayi
> sudah menari-nari di kepala. 
> 
>       4. Lingkungan dan Keluarga
> 
>       Hidup dalam masyarakat  yang ikatan kekeluargaannya masih kuat
> seperti di Indonesia tidak selalu enak. Salah satunya adalah tuntutan
> dan desakan dari keluarga besar jika ada salah satu anggota keluarga
> yang belum menikah. Ada sebagian keluarga yang menggangap bercerai masih
> lebih baik "ketimbang" tidak menikah sama sekali. Usia 30 tahun adalah
> angka keramat, jika sampai usia tersebut perempuan belum menikah dan
> tidak ada tanda-tanda menjalin hubungan serius, orang akan berpikir
> apakah ada yang salah. 
> 
>       5. Uang
> 
>       Desakan ekonomi ternyata menjadi salah satu alasan sebagian
> perempuan untuk menikah. Memiliki suami kaya raya, hidup enak tanpa
> perlu bekerja keras masih menjadi impian. Banyak pula yang akhirnya
> bercerai ketika usia perkawinan mereka belum berjalan 5 tahun. Pati
> (35)seorang ibu satu  anak dan sudah bercerai di usia 29 tahun, membagi
> pengalamannya : "meski mantan suami saya berasal dari keluarga kaya,
> tetapi sejak tahun lalu ia berhenti memberi tunjangan pada anak kami.
> Sekarang saya melanjutkan kuliah dan bekerja keras membesarkan anak
> saya, kelak ketika ia akan menikah saya akan memastikan ia menikah
> karena cinta, bukan uang". 
> 
>       Membuat deadline kapan menikah
> 
>       Do's
> 
>       Realistis
> 
>       Membuat deadline kapan kita akan menikah sah-sah saja, tergantung
> apa motivasi yang melatar belakanginya. Dengan adanya deadline kita akan
> bekerja keras untuk mencapai tujuan, asalkan bukan menikah hanya untuk
> melengkapi tujuan
> 
>       Tahu apa yang dicari
> 
>       Tanyalah pada diri sendiri ; bagaimana kita ingin menjalani hidup
> ? dengan siapa ? di mana ? setelah semua pertanyaan itu terjawab, siapa
> tahu Anda akan sadar kalau selama ini hanya membuang waktu karena
> berhubungan dengan orang yang salah. 
> 
>       Hargai target pasangan
> 
>       Jika sekarang Anda sudah menemukan Mr.Right tetapi ia belum ingin
> menikah, bersabarlah. Kita tentu tahu kalau pria biasanya takut
> berkomitmen, bukan berarti si dia tak ingin serius, bisa jadi itu karena
> ia sedang menikmati masa-masa berpacaran. Kebanyakan wanita merasa
> dikejar deadline dan takut tidak jadi menikah dengan pasangannya, justru
> yang sebenarnya adalah jika kita terlalu menekan bisa-bisa si dia kabur
> ketakutan. Pernikahan bisa terjadi jika dua belah pihak sudah siap bukan
> ?
> 
>       DON'T...
> 
>       Menikah menjadi tujuan hidup
> 
>       Lebih baik menunda atau bahkan menolak lamaran jika hati kecil
> kita mengatakan tidak, daripada menghabiskan hidup tanpa rasa bahagia.
> Masih ingat kisah Becky di atas bukan ? karena obsesinya untuk menikah
> ia jadi "gelap mata" dengan menjalin hubungan dengan pria yang salah. 
> 
>       Semua dijadikan beban
> 
>       Mari kita andaikan deadline Anda telah lewat dan Anda masih juga
> melajang. Atau misalnya Anda telah menjalin hubungan dengan seorang pria
> yang baik tetapi he's not the one, dan Anda merasa kesal karena merasa
> membuang waktu dengannya. Sebenarnya tidak ada yang sia-sia, jadikan
> pengalaman itu sebagai pelajaran. Itu yang disebut dewasa.  Tidak ada
> yang bisa menggantikan pengalaman hidup dari kesalahan yang pernah kita
> buat, karena dari situ kita justru bisa memilih orang yang lebih baik. 
> 
>       Lupa bersyukur
> 
>       Seringkali kita jadi kecewa dan merasa jadi orang yang paling
> berbahagia dan hidupnya tidak lengkap karena masih melajang. Kita jadi
> lupa kalau kita dikelilingi orang-orang yang sayang dan perhatian ;
> keluarga, sahabat, teman-teman. Ibarat pepatah, karena nila setitik
> rusak susu sebelangga. 
> 
>       Wanita yang percaya bahwa dirinya tetap manusia yang utuh tanpa
> pria, tetapi juga menikmati hidup dan membaginya dengan pria telah
> terbukti memiliki perasaan yang kuat dan biasanya memiliki hubungan yang
> sehat dan menyenangkan dengan pasangannya.  Dan wanita-wanita dalam
> golongan ini sudah merdeka dari tuntutan deadline.  Biarkan semua
> mengalir dengan wajar, tak ada yang perlu dikejar. Selama kita tetap
> membuka diri untuk bertemu banyak orang, seseorang yang istimewa akan
> datang pada saat yang tepat. (An/Ivillage)
>      
> 
> 
> 
> 








Milis Curhat The Friendliest Way ...
Curhat@YahooGroups.Com

 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/curhat/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke