Janji Bukan Sebatas Ucapan

Oleh Ust. Abu Syauqi M., Lc. 

 

Sesungguhnya orang-orang munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang 

paling bawah dari neraka. Dan kamu sekali-kali tidak akan mendapat 

seorang penolongpun bagi mereka. (QS. An-Nisaa: 145)

 

DISEBUTKAN dalam sebuah hadits shahih bahwa ciri-ciri orang munafik ada 

tiga: pertama, apabila ia berbicara ia berdusta; kedua, apabila ia 

berjanji ia mengingkari; ketiga, apabila diberi amanah ia berkhianat. (HR. 

Muslim)

 

Dari hadits tersebut dapat dilihat bahwa janji bukanlah perkara biasa. 

Meski demikian, kenyataannya janji sering muncul sebatas ucapan, yang 

begitu saja mudah dilupakan, seolah tiada bekas sama sekali. Padahal, 

kedudukan janji sangat tinggi pertanggungjawabannya di sisi Allah. Dalam 

hadits riwayat Muslim sendiri, orang-orang yang senang mengingkari 

janji dikategorikan sebagai orang-orang munafik. Selain itu, Al-Quran pun 

mensinyalirnya sebagai berikut, Orang-orang munafik mengatakan dengan 

mulutnya apa yang tidak ada terkandung dalam hatinya. Dan Allah lebih 

mengetahui apa yang mereka sembunyikan. (QS. Ali Imran: 167).

 

Betapa banyak wahyu Allah Swt. yang diturunkan kepada umat-Nya 

mengingatkan tentang bahaya orang-orang munafik dan balasan yang akan 

diterimanya, baik pada kehidupan dunia maupun akhirat. Salah satunya dapat kita 

petik dari surat An-Nisaa ayat 138 yang mengabarkan siksaan yang amat 

pedih bagi orang-orang munafik.

 

Hidup manusia tidak pernah luput dari selimut janji. Sejak ruh manusia 

ditiupkan, manusia telah berjanji kepada Rabb-Nya, kepada Rasul-Nya dan 

atas konsekuensi dien-nya. Sebuah ucapan kalimat sakti dari setiap 

hamba sebagai bentuk janji, ikrar diri tentang keesaan Tuhannya.

 

Kemudian, seorang anak manusia lahir ke dunia. Dalam perkembangannya, 

manusia akan hidup dalam lingkungan keluarga, menjalankan fungsinya 

sebagai bagian dari masyarakat, mengemban peran-peran. Di situlah manusia 

mulai akrab dengan istilah yang disebut janji. Di situ pula kesetiaan 

seseorang pada ucapannya diuji. 

 

Ucapan menuntut sebuah pembuktian. Pembuktian tentang jaminan 

kesejahteraan, dan peningkatan kesejahteraan hidup, dan yang lain. Mungkin juga 

pembuktian atas janji pada diri, keluarga, anak, istri, untuk melakukan 

perbaikan.

 

Lisan memang menjadi godaan yang berat. Bukankah semua hal yang kita 

ucapkan atau bahkan hanya kita simpan dalam hati, akan dipinta 

pertanggungjawaban oleh Allah?

 

Tidak dipungkiri, hati kecil sendiri sering berontak dengan 

pengingkaran-pengingkaran yang kita perbuat. Tapi entah, manusia lebih suka 
dengan 

dalih. Ya, segala macam alasan sering terlontar sebagai bentuk 

pertahanan dari kekerdilan jiwa yang ringkih. Sebagai bentuk pembenaran dari 

peningkatan yang dibuat sendiri. Kebohongan yang kesekian kali untuk 

pembenaran diri sendiri. Karena begitu seringnya terjadi atau kita dengar 

dalam lingkungan hidup kita, tak heran bualan-bualan janji akhirnya 

berkembang menjadi budaya. Budaya buruk yang terpelihara.

 

Dalam tatanan sosial, sanksi yang diterima oleh orang-orang yang 

mengumbar janji, antara lain jatuhnya harga diri seseorang. Kepada 

orang-orang yang sering berjanji dan sering pula mengingkari, ia tidak akan 

dipercaya lagi dalam lingkungannya. Apapun yang diucapkan akan dianggap 

angin lalu yang tidak berguna sekalipun itu sangat penting. Inilah 

konsekuensi berat yang harus diterima bagi orang-orang yang senang "obral" 

janji. Orang yang senang mempermainkan janji juga akan tersisih dari 

lingkungannya.

 

Lalu, apa yang akan diterima baginya sebagai balasan di akhirat nanti? 

Dikatakan dalam surat An-Nisaa ayat 145, Sesungguhnya orang-orang 

munafik itu (ditempatkan) pada tingkatan yang paling bawah dari neraka. Dan 

kamu sekali-kali tidak akan mendapat seorang penolongpun bagi mereka.

Ya, Allah lindungilah kami, hamba-Mu ini dari sifat ingkar janji. 

Semoga kita terpelihara dari sifat-sifat orang munafik, sifat yang suka 

mengumbar janji tanpa peduli untuk menepati. Wallahu a'lam.*** 

 

 




===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 


Kirim email ke