Puasa, Etos kerja Dan Solidaritas

Sekilas singkat tuturan Prof Dr Azyumardi Azra, Rektor Universitas Islam Negeri 
(UIN) Jakarta, 
menjelang Ramadhan, Jum'at 22 Desember 2006 dalam percakapan dengan Suara 
Karya, 
di ruang kerjanya, UIN Jakarta.
---------------------------
Makna Ramadhan bagi bangsa yang banyak dirundung bencana ini, bahwa Ramadhan 
menjanjikan 
rahmat (karunia), maghfirah (ampunan), dan itqun min al-nar (pembebasan dari 
api neraka), 
sesungguhnya adalah momentum ideal untuk menemukan solusi bagi berbagai 
persoalan umat 
dan bangsa. Aktivitas muraqabatullah (pendekatan diri kepada Allah), ketaatan, 
kasih sayang, 
solidaritas dan kepedulian sosial yang terakumulasi selama Ramadhan dan 
direalisasi di luar bulan 
ini, mudah-mudahan bisa menjadi salah satu "jalan keluar" bagi problematika 
negeri ini.
Terkait dengan kenyataan-kenyataan pahit sekarang ini - bencana alam, 
kemiskinan yang terus 
bertambah dan ketimpangan sosial yang semakin menjadi-jadi 

Ramadhan harusnya dipergunakan sebaik-baiknya untuk introspeksi dan muhasabah 
(mawas diri) 
agar bangsa ini tidak terus-menerus dirundung bermacam musibah. 

Jika dilihat dari masalah kemiskinan yang meraja-lela menunjukkan bahwa masih 
ada kontras atau 
disparitas antara tujuan atau hikmah puasa dengan realitas kehidupan 
sehari-hari. Padahal tujuan 
atau hikmah puasa itu antara lain adalah bukan hanya menahan hawa nafsu seperti 
makan, minum, 
dan seks, tapi juga untuk menunjukkan solidaritas kita terhadap mereka yang 
lapar. 
Banyak saudara kita yang tidak punya apa-apa. Jangankan rumah atau kendaraan, 
buat makan 
sehari-hari saja susah. Ini sangat kontras dengan hikmah puasa, terutama 
tentang solidaritas dan 
sikap santun kepada orang miskin. 

Umat Islam dari dulu sudah berpuasa. Tapi, solidaritas yang betul-betul 
membebaskan, mengangkat 
harkat dan kehidupan orang-orang miskin menjadi lebih layak, belum banyak 
terwujud, sampai hari ini. 
Walaupun, memang, di bulan puasa biasanya solidaritas meningkat dalam bentuk 
empati dengan 
cara sama-sama merasakan lapar. 

Persoalan kemiskinan sangat kompleks. Kita tidak bisa mengandalkan semangat 
keagamaan saja. 
Kita tidak bisa mengharapkan hanya dari peningkatan solidaritas terhadap orang 
miskin pada bulan puasa.
Untuk menuntaskan masalah kemiskinan, perlu pendekatan komprehensif. Selain 
penyelesaian dengan 
pendekatan keagamaan juga diperlukan. Artinya, solidaritas umat Islam, mukmin 
dan mutakin harus 
ditingkatkan dengan memperbesar ZIS dan kontribusinya bagi umat yang miskin.

Ramadhan tentu sangat relevan sebagai upaya menggairahkan kehidupan ekonomi.
Karena selain menuntut peningkatan solidaritas terhadap sesama, etos sosial, 
etos kerja dan etos 
ekonomi kaum Muslim juga harus ditingkatkan. Selama ini ada kajian-kajian yang 
menyebutkan bahwa 
etos kerja kaum Muslim di Nusantara relatif lemah. 
Etos ekonomi dan sosial juga masih rendah. Kita melihat banyak yang lebih 
senang santai, mungkin 
karena lingkungan alam di negeri ini terlalu ramah. Sehingga banyak yang merasa 
tidak perlu kerja keras 
karena apa saja bisa tumbuh. Kata orang, tongkat kayu dan batu pun bisa jadi 
tanaman. 
Solusinya, ya etos kerja harus ditingkatkan. 
Bukan etos agama saja yang kuat namun jika faktor-faktor struktural tidak 
diatasi, tetap saja akan 
terjadi ketidakadilan ekonomi. Maka persoalan kemiskinan di Indonesia tidak 
akan pernah selesai. 
   
Agama mengajarkan, bekerjalah untuk dunia seolah-olah kau akan hidup abadi 
selamanya. Tapi pada saat 
yang sama, agama juga memerintahkan, beribadahlah untuk akhiratmu seolah-olah 
engkau akan mati esok 
hari. Dengan demikian, mestinya etos kerja dan agama dalam jiwa umat Islam 
harusnya kuat sekali.
---------------------------------------
l.meilany
161006/23ramadhan1427h
   






[Non-text portions of this message have been removed]




===================================================================
        Menuju Ahli Dzikir, Ahli Fikir, dan Ahli Ikhtiar
=================================================================== 
Yahoo! Groups Links

<*> To visit your group on the web, go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/

<*> Your email settings:
    Individual Email | Traditional

<*> To change settings online go to:
    http://groups.yahoo.com/group/daarut-tauhiid/join
    (Yahoo! ID required)

<*> To change settings via email:
    mailto:[EMAIL PROTECTED] 
    mailto:[EMAIL PROTECTED]

<*> To unsubscribe from this group, send an email to:
    [EMAIL PROTECTED]

<*> Your use of Yahoo! Groups is subject to:
    http://docs.yahoo.com/info/terms/
 

Kirim email ke