Assalamu'alaikum Wr Wb

TAFAKUR
Sebuah Paradigma Baru Menuju PERUBAHAN Sikap

Setiap kegiatan harus selalu dimulai dari tujuan. Bila kita tidak punya 
tujuan yang jelas maka langkah kita tidak akan focus. Selain dari itu akan 
sangat sulit sekali bagi kita untuk mengevaluasi sampai sejauh mana tingkat 
keberhasilan yang telah kita capai. Juga seandainya kita tidak punya tujuan 
yang jelas berarti kita telah gagal dalam membuat planning/perencanaan. 
Bila hal itu terjadi berarti kita secara sadar sedang merencanakan satu 
kegagalan.
Apa yang kita harapkan dari suatu tausiah atau ceramah agama?
Mungkin diantara kita ada yang ingin menambah ilmu. Sehingga ia rela pergi 
kesana kemari menghabiskan banyak waktu hanya untuk menambah ilmu.
Atau mungkin ada juga diantara kita yang ingin mendapatkan kesejukan hati, 
karena lagi dirundung masalah yang datangnya bertubi-tubi. Sehingga ketika 
mendengar informasi bahwa di daerah tertentu ada pengajian/tausiah yang 
sangat menyentuh dan menyejukkan hati tidak frontal maka pasti akan dikejar 
dan didatangi meskipun jaraknya sangat jauh. Tapi ada juga yang datang ke 
tausiah atau ceramah agama menginginkan adanya perubahan sikap dirinya.
Itulah mungkin beragam tujuan orang mau meluangkan waktu dan datang ke 
tempat tausiah atau ceramah agama. Mungkin diantara tujuan-tujuan tersebut 
diatas tujuan yang paling baik orang datang ke pengajian atau ceramah agama 
adalah mengharapkan adanya perubahan sikap.
Tapi ada satu pertanyaan mendasar berkaitan dengan hal ini, sudah berapa 
banyak perubahan sikap yang kita dapatkan dengan jam terbang pengajian kita 
yang begitu padat, bahkan mungkin bagi ibu rumah tangga bisa tiap hari 
pergi ke pengajian?
Sudah merupakan suatu konsekuensi logis dari keinginan "adanya perubahan 
sikap" maka kita harus bertafakur.

Mengapa harus bertafakur?
Karena tidak ada satupun perubahan sikap yang terjadi pada diri seseorang 
tanpa melalui proses berfikir.
Tafakur adalah sebuah paradigma baru menuju perubahan sikap.
Tafakur adalah suatu kegiatan menggunakan akal untuk 
menganalisa/mengobservasi dan kalbu untuk menghayati dan merasakan sehingga 
melahirkan.
KEYAKINAN adalah sesuatu yang terpatri didalam kalbu yang mampu merubah dan 
melahirkan sikap. Sedangkan KEYAKINAN ILAHIYYAH adalah suatu keyakinan yang 
selaras dengan Al-Qur'an dan hadits.
Jadi yang sangat berperan terhadap perubahan sikap seseorang bukanlah 
karena ilmunya, tetapi TERGANTUNG keyakinan yang ada di dalam kalbunya.
Nabi saw bersabda:
"Ingatlah dalam diri manusia ada segumpal daging. Bila daging itu baik maka 
akan baik pula akhlak orang itu. Tapi bila daging itu buruk, maka akan 
buruk pula akhlak orang itu. Ingatlah daging itu adalah kalbu/hati".

  Dengan demikian  jelaslah yang berperan sangat besar terhadap perubahan 
sikap adalah tergantung dari keyakinan yang ada di dalam kalbunya dan bukan 
tergantung dari keluasan ilmu yang dimiliki.

Apakah penceramah mampu membuat orang mendapatkan keyakinan sehingga 
terjadi perubahan sikap?
Ingatlah, tidak ada yang bisa membuat seseorang menjadi "indah" kecuali 
dirinya sendiri. Peran penceramah atau fasilitator hanyalah memfasilitasi 
dan menstimulasi audiens atau mustami supaya mudah dalam menemukan 
keyakinan untuk terjadinya PERUBAHAN SIKAP yang lebih baik.
Jadi kita jangan merasa bangga disaat ada orang yang berubah sikapnya 
setelah mendengar ceramah kita. Atau kita jangan buru-buru merasa puas 
gara-gara ceramah kita orang jadi shaleh.
Orang menjadi berubah sikapnya  atau menjadi shaleh, bukan karena ceramah 
kita. Itu terjadi karena ia mau berfikir menggunakan akal dan kalbunya.
Sebab disaat seseorang menginginkan perubahan sikap dan dia berfikir 
menggunakan akal dan kalbunya sebetulnya dia sedang berusaha mendekat 
kepada Allah, dan berusaha kembali kepada fithrahnya. Pada saat yang 
bersamaan Allah akan membalas kedekatan si hamba kepada-Nya dengan mendekat 
bahkan lebih dekat lagi dari upaya si hamba mendekati Allah, maka saat 
itulah hidayah Allah untuk perubahan sikap dibuka dengan selebar-lebarnya 
bagi si hamba.
Dengan bertafakur kita dituntut untuk menggunakan akal kita seoptimal 
mungkin untuk menganalisa dan mengobservasi ilmu yang telah kita dapatkan. 
Lalu kita gunakan kalbu untuk menghayati dan merasakan sehingga kita olah 
ilmu tersebut, kemudian kita tenggelamkan dalam kalbu kita menjadi suatu 
keyakinan. Jadi dengan bertafakur kita mensimulasikan akal dan kalbu kita 
seolah-olah kita mengalami langsung.

Apakah mungkin meraih keyakinan dengan senda gurau?
Kunci keberhasilan meraih keyakinan terletak pada keseriusan kita dalam 
menggunakan akal dan kalbu kita.
Kegagalan dalam meraih keyakinan karena mencampur adukkan kebenaran dengan 
senda gurau.
Tapi maaf, bukan berarti dalam tafakur kita tidak dibolehkan adanya 
selingan/intermezzo. Menurut ilmu presentasi dibolehkan "ice breaker" 
asalkan tidak lebih dari 5% dari waktu yang disediakan, itupun harus ada 
hubungannya dengan tema, tidak ada unsur ngibul atau dusta.
Nabi saw bersabda:
"Jangan engkau campur-adukkan kebenaran dengan senda gurau, niscaya ia akan 
dimuntahkan oleh hati".
Dalam hadits lain beliau bersabda lagi:
"Banyak tertawa membuat hati mati".

Iqro' :
Ketika kita melihat atau mengalami atau merasakan suatu peristiwa, maka 
ber-iqro'-lah dan ber-tafakur sehingga kita bisa mengambil hikmahnya, untuk 
kita sarikan merubah sikap kita yang jelek, jahat, berdosa menjadi 
perbuatan yang berpahala.

Dua anak berumur 15 tahun, mereka sepupu yang jarang bertemu, sebut saja 
namanya Amir dan Umar. Amir hidup di Jogyakarta, badannya dua tahun lalu 
kecil kerempeng, sehingga saat itu merasa minder karena sering diejek 
kawannya sebagai si-kurus. Maka dia mulai berolah raga, fitness, sehingga 
sekarang dia gagah, mulai timbul percaya diri. Tetapi begitu percaya 
dirinya mulai timbul, dia down lagi, minder lagi, karena mukanya mulai 
banyak jerawatnya, kesana kemari diejek oleh kawan-kawannya sebagai si 
biang jerawat.
Dua Minggu lalu Amir bertemu dengan Umar di Bali, karena kedua orang tuanya 
yang kakak beradik mengadakan liburan bersama. Umar ternyata anak yang 
cacat akibat kecelakaan motor setahun lalu. Jalannya betul-betul pincang, 
tetapi Umar begitu percaya diri, tidak minder, walau cacat kaki. Di 
bandara, di mall, di restaurant, di jalan berbelanja, Umar senantiasa 
bersenyum lepas bebas, walau jalannya betul-betul pincang berguncang kekiri 
dan kekanan, sehingga menarik perhatian orang yang melihatnya. Amir melihat 
perilaku Umar yang penuh percaya diri, riang selalu walau dengan cacat di 
tubuhnya, membuat Amir berpikir, bertafakur, oooooo kalau begitu ngapai 
saya harus minder dengan jerawatku, dengan HP ku, dengan motorku yang lebih 
jelek daripada punya kawan-kawan. Ada orang yang lebih pedih cobaannya 
dengan cacatnya dikaki, sehingga pincang kalau berjalan, tetapi ternyata 
sepupuku begitu mulia tidak stress, tidak minder. Ya Allah, ampunilah 
segala dosaku karena hambaMU ini tidak punya rasa syukur.

Begitulah Amir bercerita kepada saya minggu lalu, dia mampu ber-iqro' atas 
pengalaman liburannya dengan sepupunya yang cacat. Amir sekarang tidak 
minderan lagi, lebih rajin shalat. Amir berubah karena dia mampu BERPIKIR 
ber-iqro' atas pengalaman yang dirasakannya.



Pesantren al-Quran dan Teknologi DURIYAT MULIA
http://www.duriyat.or.id.
pudjo rahardjo,
nurjaeni,
ade sutisna

Tafakur merupakan salah satu kurikulum kami. Silahkan datang secara 
langsung (gratis) di Majelis Tafakur:
Setiap Sabtu di Moslem Shopping Centre, Lantai 3, Jl. BKR (Lingkar Selatan) 
63, Bandung, pukul 9:00 s/d 11:00
Setiap Ahad di rumah kami Komplek Sukamenak Indah H-47, Jl. Kopo Sayati, 
Bandung, pukul 8:00 s/d 10:00.




Kirim email ke