Sumber: http://www.dakwatuna.com

Tazkiyatun Nafs, Syarah Hadits

4/2/2007 | 15/Muharram/1428 H | Hits: 2,591 

Bencana: Azab atau Ujian? 

Oleh: Mochamad Bugi 
----------------------------------------------------------------------
----------

  

Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah saw. 
bersabda, "Tidaklah suatu kaum yang melakukan dengan terang-terangan 
berupa riba dan zina, melainkan halal bagi Allah untuk menimpakan 
azabnya kepada mereka." (HR. Ahmad)

Cobaan dan ujian adalah sunnatullah yang Allah `berlakukan' terhadap 
hamba-hamba-Nya di muka bumi. Ada beberapa gambaran mengenai hal ini 
dari Alquran dan hadits. Setidaknya seperti berikut.

1. Cobaan dan ujian adalah sarana untuk mengungkap keimanan 
seseorang; apakah ia benar-benar beriman atau tidak.

"Alif laam miim. Apakah manusia itu mengira bahwa mereka dibiarkan 
(saja) mengatakan: "Kami telah beriman", sedang mereka tidak diuji 
lagi? Dan sesungguhnya Kami telah menguji orang-orang yang sebelum 
mereka, maka sesungguhnya Allah mengetahui orang-orang yang benar dan 
sesungguhnya Dia mengetahui orang-orang yang dusta." (Al-Ankabut: 1-3)

2. Cobaan dan ujian merupakan hakikat dari kehidupan manusia di dunia.

Maha Suci Allah Yang di tangan-Nyalah segala kerajaan, dan Dia Maha 
Kuasa atas segala sesuatu. Yang menjadikan mati dan hidup, supaya Dia 
menguji kamu, siapa di antara kamu yang lebih baik amalnya. Dan Dia 
Maha Perkasa lagi Maha Pengampun. (Al-Mulk: 1-2)

3. Cobaan dan ujian alat introspeksi diri dan pelajaran agar manusia 
dapat lebih baik dalam beribadah kepada Allah swt.

Maka Kami hukumlah Fir`aun dan bala tentaranya, lalu Kami lemparkan 
mereka ke dalam laut. Maka lihatlah bagaimana akibat orang-orang yang 
zalim. (Al-Qashas: 40)

4. Cobaan dan ujian sebagai sarana peningkatan ketakwaan seseorang 
kepada Allah swt.

Dari Sa'd bin Abi Waqash, aku bertanya kepada Rasulullah saw., "Wahai 
Rasulullah, siapakah manusia yang paling berat cobaannya?" Beliau 
menjawab, "Para nabi, kemudian orang-orang yang seperti para nabi, 
kemudian orang-orang yang seperti mereka. Seorang hamba diuji Allah 
berdasarkan keimanannya. Jika keimanannya kokoh, maka akan semakin 
berat cobaannya. Namun jika keimanannya lemah, maka ia akan diuji 
berdasarkan keimanannya tersebut. Dan cobaan tidak akan berpisah dari 
seorang hamba hingga nanti ia meninggalkannya berjalan di muka bumi 
seperti ia tidak memiliki satu dosa pun. (HR. Turmudzi).

5. Cobaan dan ujian merupakan salah satu bentuk cinta Allah terhadap 
hamba-hamba-Nya.

Dari Anas bin Malik bahwa Rasulullah saw. bersabda, "Besarnya suatu 
pahala adalah tergantung dari besarnya ujian dari Allah. Dan 
sesungguhnya Allah swt. apabila mencintai suatu kaum, Allah menguji 
mereka. Jika (dengan ujian tersebut) mereka ridha, maka Allah pun 
memberikan keridhaan-Nya. Dan siapa yang marah (tidak ridha), maka 
Allah pun marah terhadapnya." (HR. Turmudzi dan Ibnu Majah)

Bencana Alam: Antara Ujian dan Azab

Ketika bencana datang dan menimbulkan korban dan kerugian yang besar –
seperti gempa dan tsunami di Aceh, banjir yang melumpuhkan Jakarta– 
sering muncul pertanyaan: musibah ini azab atau cobaan dari Allah?

Sesungguhnya kita telah punya jawabannya dari ayat-ayat Alquran. 
Ketika Allah membinasakan suatu kaum, di satu sisi hal tersebut 
adalah azab yang Allah timpakan kepada mereka lantaran kekufuran 
mereka kepada Allah swt. Namun, di sisi lain itu merupakan ujian bagi 
kaum yang beriman; supaya mereka lebih dapat meningkatkan keimanannya 
kepada Allah swt.

Contoh, kisah Nabi Nuh a.s. yang dipaparkan Allah dalam surat ayat 25-
49. Di sana Allah mengisahkan kaum Nabi Nuh senantiasa ingkar dan 
tidak mau beriman kepada Allah swt., maka Allah timpakan azab kepada 
mereka berupa banjir yang sangat besar. Bahkan, Alquran menggambarkan 
banjir itu datang dengan gelombang seperti gunung. (Hud: 42).

Saat terjadi banjir besar itu, Nabi Nuh melihat anaknya di tempat 
yang jauh terpencil. Lalu beliau memanggilnya. Namun sang anak tidak 
mau mengikuti, bahkan berlari ke arah bukit. Kemudian Nabi Nuh berdoa 
agar Allah menyelamatkan anaknya karena anak itu adalah anggota 
keluarganya (Nuh : 45). Namun Allah mematahkan logika manusiawi Nabi 
Nuh. Bagi Allah, anak itu bukan termasuk keluarga Nabi Nuh karena 
tidak mau beriman kepada Allah swt.

Peristiwa ini jika dilihat dari satu sisi adalah azab yang Allah 
timpakan kepada kaum Nabi Nuh karena keingkaran dan kekufuran mereka. 
Namun di sisi yang lain peristiwa itu adalah ujian dan cobaan 
sekaligus rahmat bagi orang-orang beriman yang mengikuti Nabi Nuh.

Bagi Nabi Nuh sendiri, kejadian tersebut merupakan ujian berat. 
Karena dengan mata kepalanya sendiri dari bahtera yang dinaikinya, ia 
menyaksikan anak kandungnya lenyap ditelan ombak besar (Hud: 43). 
Orang tua mana yang tega melihat anaknya meregang nyawa ditelan ombak 
besar, sementara ia aman di atas sebuah bahtera? Jadi, ini adalah 
cobaan yang begitu berat bagi Nabi Nuh, sekaligus peringatan bagi 
Nabi Nuh sendiri maupun bagi umatnya.

Sebab-sebab Terjadinya Bencana

Dalam Alquran banyak sekali diceritakan tentang musibah dan bencana 
yang menimpa orang-orang terdahulu. Dan, semua musibah dan bencana 
besar yang pernah menimpa manusia –diterangkan oleh Alquran—adalah 
selalu terkait dengan kekufuran dan keingkaran manusia itu sendiri 
kepada Allah swt. Silakan simak beberapa data di bawah ini.

Kaum Nabi Nuh, Allah tenggelamkan dengan banjir yang sangat dahsyat, 
yang tinggi gelombangnya sebesar gunung (Hud: 42). Hingga, tak ada 
makhluk pun yang tersisa melainkan yang berada di atas kapal bersama 
Nabi Nuh (Asyu'ara': 118). 
Kaum nabi Syu'aib, Allah hancurkan dengan gempa bumi yang dahsyat. 
Sampai-sampai Alquran menggambarkan seolah-olah mereka belum pernah 
mendiami kota tempat yang mereka tinggali. Lantaran begitu hancurnya 
kota mereka pasca gempa (Al-A'raf: 92). 
Kaum Nabi Luth, Allah hancurkan dengan hujan batu. Alquran 
menggambarkan, bangunan-bangunan tinggi hasil peradaban kaum Nabi 
Luth menjadi rata dengan tanah (Hud: 82). 
Kaum Tsamud (kaumnya Nabi Shaleh), juga Allah hancurkan dengan gempa. 
Mereka mati bergelimpangan di dalam rumah mereka sendiri (Hud: 67). 
Fir'aun dan pengikutnya dihancurkan oleh Allah dengan ditenggelamkan 
ke dalam lautan hingga tidak satu pun yang tersisa (Al-A'raf: 136). 
Karun beserta pengikutnya, Allah benamkan mereka ke dalam bumi 
sehingga kekayaannya sedikitpun tidak tersisa. Ini lantaran ia 
sombong kepada Allah swt. (Al-Qashash:81). 
Alquran juga mengabarkan bahwa bencana atau musibah yang tidak 
terkait dengan kaum tertentu, penyebabnya juga sama: karena 
kemaksiatan, kufur, ingkar, dan mendustakan ayat-ayat Allah. Penyebab 
yang paling ringan adalah karena perbuatan tangan manusia sendiri 
yang merusak alamnya (Ar-Rum: 41-42).

Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan karena 
perbuatan tangan manusia, supaya Allah merasakan kepada mereka 
sebahagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke 
jalan yang benar). Katakanlah: "Adakan perjalanan di muka bumi dan 
perhatikanlah bagaimana kesudahan orang-orang yang dahulu. Kebanyakan 
dari mereka itu adalah orang-orang yang mempersekutukan (Allah)."

Berikut adalah di antara ayat-ayat Alquran yang berbicara mengenai 
bencana atau azab yang menimpa suatu kaum kaum, termasuk diri kita.

Penyebab terjadi azab atau musibah adalah lantaran mendustakan ayat-
ayat Allah. Padahal jika kita beriman, Allah akan membukakan pintu-
pintu keberkahan baik dari langit maupun dari bumi. (Al-A'raf: 96) 
Penyebab terjadinya bencana atau musibah adalah lantaran manusia 
menyekutukan Allah dengan sesuatu (baca: syirik), seperti mengatakan 
bahwa Allah memiliki anak. 
Dan mereka berkata: "Tuhan Yang Maha Pemurah mengambil (mempunyai) 
anak." Sesungguhnya kamu telah mendatangkan sesuatu perkara yang 
sangat mungkar. Hampir-hampir langit pecah karena ucapan itu, dan 
bumi belah, dan gunung-gunung runtuh. Karena mereka mendakwa Allah 
Yang Maha Pemurah mempunyai anak. (Maryam: 91)

Allah timpakan bencana kepada kaum yang tidak mau memberikan 
peringatan kepada orang-orang dzalim di antara mereka. 
Dan peliharalah dirimu dari siksaan yang tidak khusus menimpa orang-
orang yang zalim saja di antara kamu. Dan ketahuilah bahwa Allah amat 
keras siksaan-Nya. (Al-Anfal: 25)

Dalam hadits juga digambarkan bahwa azab dan bencana itu bisa 
bersumber dari kemaksiatan yang akibatnya dirasakan secara sosial. Di 
antaranya adalah perbuatan zina dan riba. 
Dari Abdullah bin Mas'ud r.a. bahwa Rasulullah saw. 
bersabda, "Tidaklah suatu kaum mereka melakukan dengan terang-
terangan berupa riba dan zina, melainkan halal bagi Allah untuk 
menimpakan azabnya kepada mereka." (HR. Ahmad)

Sesungguhnya masih banyak ayat dan hadits yang memaparkan tentang 
sebab-sebab terjadinya musibah atau bencana. Tapi, dari yang 
dipaparkan di atas kita tahu bahwa setiap musibah dan bencana selalu 
terkait dengan dosa yang dilakukan oleh manusia. Bentuknya bisa 
berupa membudayanya praktik riba dan zina. Bisa juga karena 
mengkufuri nikmat Allah, mendustakan ayat-ayat Allah, dan 
menyekutukan Allah.

Karena itu, atas semua musibah dan bencana yang tengah kita alami 
saat ini, seharusnya kita mawasdiri: apakah ini azab akibat 
kemaksiatan yang kita lakukan, ataukah cobaan untuk meningkatkan 
ketakwaan kita? Yang pasti, tidak ada waktu lagi bagi kita untuk 
tidak segera bertaubat. Jangan sampai menunggu bencana yang lebih 
besar kembali datang memusnahkan kita. Ketika bencana itu datang, tak 
ada lagi kata taubat diterima! 

Sumber: http://www.dakwatuna.com

Kirim email ke